Alumni Bumil Tolong Pahami Psikologi Bumil Baru Dooong


Taraaa... hari kedua kita, tante Ari. Setelah kemarin nulis tentang emak-emak new zaman now, sekarang mau ngebahas Para Bumil Baper. Hahaha.... Jujur aja, saya pernah mengalami fase itu. Perubahan hormon pada tubuh ibu hamil dapat memberikan beberapa pengaruh pada tubuh. Tak jarang juga berpengaaruh pada jiwa dan juga rasa. Tidak bisa dipungkiri, perasaan ibu hamil jadi lebih sensitif. Perkataan yang sebenarnya biasa aja bisa bikin baper tingkat kecamatan.

Terkadang kita berfikir, wanita yang nota bene pernah menjadi ibu hamil akan lebih memahami kondisi bumil. Namun, pada kenyataannya pria terkadang lebih care ketimbang alumni bumil. Bahkan tidak sedikit yang membandingkan kehamilannya dahulu dengan kehamilannya bumil di hadapannya. Misal nih... kita bilang, “Aku ga puasa soalnya muntah-muntah terus tiap pagi, sampai keluar kuning-kuningnya itu”. Terus lawan bicara kita nimpalinya, “Aku juga dulu gitu loh... tapi tetap puasa. Rasanya emang lemes-lemes gimana. Tapi saya waktu itu tetap puasa”. Sekilas jawaban itu biasa saja, tapi taukah kalian, alumni bumil? Jawaban itu menyakitkan. Perasaan mejadi orang yang lemah iman, hamba Allah yang aleman tetiba terbayang begitu saja.

Atau ketika di tempat kerja, jadi agak datang terlambat karena morning sicknes. Teman kerja bilang, “Dulu aku juga hamil, tapi ga pernah telatan.” Hey... alumni bumil, kalian tau kan orang hamil itu harus menjaga kebahagiaannya biar janin bahagia. Jawaban yang diucap ga ada lima menit itu menjadi alasan ketidakbahagiaan bumil dalam satu hari tersebut.

Berilah ruang pada bumil masa kini untuk memeriksakan kandungannya ke bidan atau USG ke dokter. Jangan ketika mereka ijin tidak berangkat kalian -para alumni bumil- berkata, “Aku aja dulu USG pas sudah mendekati HPL kok”. Atau, “Aku aja ga USG anaknya baik-baik saja.

Barangkali kita semua harus bersepakat kalau kondisi antara satu orang dengan orang lain itu berbeda. Kekuatan fisik tidak sama. Perlakuan keluarga yang satu dengan yang lan tak sama. Maka, berkatalah yang bijak ketika mendengar keluhan dari para bumil. Mereka bercerita kepada alumni bumil itu dengan harapan mendapat penguatan dan semangat. Bukan malah menghancurkan perasaan mereka. Bolehlah dalam hati kita bersuara, betapa manjanya sih ni bumil.... Tapi, plis ga usah di ungkapkan. Diperlukan sebuah kesadaran bahwa ujian satu orang dengan orang lain itu berbeda. Mari lebih bijak dalam berkata. Jangan mengeluarkan kata beracun untuk sesama.

0 comments:

Posting Komentar

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.