Makna Lagu Mengemis Kasih



Lagu mengemis kasih merupakan nasyid yang populer pada tahun 2000-an. Mengemis kasih dipopulerkan oleh Raihan pada tahun 2003, tetapi jauh sebelum Raihan lagu ini sudah dibawakan oleh The Zikr. Kedua grup Nasyid tersebut berasal dari Malaysia. Pada masanya, lagu mengemis kasih menjadi sangat populer karena sering disampaikan oleh ustadz kondang Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dalam taujihnya. Sesuai dengan asal penyanyinya, lirik lagu mengemis kasih menggunakan bahasa Melayu. Sebelum kita membahas makna dari lagu tersebut, berikut adalah lirik dari Mengemis Kasih


Tuhan dulu pernah aku menagih simpati

Kepada manusia yang alpa jua lupa

Lalu terhiritlah aku di lorong gelisah

Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah


Semalam sudah sampai ke penghujungnya

Kisah seribu duka kuharap sudah berlalu

Tak ingin lagi kuulangi kembali

Gerak dosa yang menghiris hati


*)

Tuhan... dosaku menggunung tinggi

Tapi rahmat-Mu melangit luas

Harga selautan syukurku

Hanyalah setitis nikmat-Mu di bumi


Tuhan... walau taubat sering kumungkir

Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi

Bila selangkah kurapat pada-Mu

Seribu langkah Kau rapat padaku


Mari kita bahas per paragraf ya..

Paragraf pertama

Tuhan dulu pernah aku menagih simpati --> orang yang berharap simpati

Kepada manusia yang alpa jua lupa --> kepada manusia

Lalu terhiritlah aku di lorong gelisah --> dia terseret dalam kegelisahan

Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah --> luka hati akibat rasa gelisah dan dosa semakin parah


Pada paragraf ini menceritakan tentang seseorang yang sedang curhat kepada Allah. Dia menceritakan bahwa dia selalu mengharap simpati dan pengakuan dari manusia.  Akhirnya, dia hanya mendapatkan kekecewaan. Dia melakukan apapun untuk mendapatkan pengakuan, meskipun hal yang dilakukan melanggar ketentuan dari Allah. Akhirnya hal tersebut memberikan kegelisahan. Semakin dia menyandarkan dan berharap kepada manusia semakin dia terluka. .

Paragraf kedua

Semalam sudah sampai ke penghujungnya --> pada malam hari dia akhirnya sudah tidak tahan

Kisah seribu duka kuharap sudah berlalu --> kisah hidup yang menyedihkan

Tak ingin lagi kuulangi kembali -->  tidak ingin lagi melakukan kesalahan

Gerak dosa yang menghiris hati --> dosa-dosa yang dimiliki sangat menyakiti hatinya

Saat ini dia sudah sampai pada titik pertaubatan. Tidak ingin lagi terjerumus kepada dosa dan kemaksiatan. Dia bosan dengan dosa-dosa yang dimiliki. Kegelisahan atas dosa yang dilakukan sudah tidak terbendung lagi.

Paragraf Ketiga

Tuhan... dosaku menggunung tinggi --> pengakuan kepada Allah atas dosa yang dimiliki

Tapi rahmat-Mu melangit luas --> Rahmat Allah sangat luas, sehingga Allah mengampuni dosanya

Harga selautan syukurku 

Hanyalah setitis nikmat-Mu di bumi --> harga dari banyaknya rasa syukur yang dia berikan tidak sebanding dengan nikmat Allah di bumi

Pada paragraf ini ada dua pembahasan mengenai maghfirah Allah atas dosa manusia dan nikmat Allah. Surat Az Zumar sepertinya menjadi inspirasi dari dua lirik pertama.

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar {39} : 53-54).

Ayat ini mengingatkan manusia sudah sejauh apapun dirinya meninggalkan syari'at Allah, sebanyak apapun tabungan dosa yang dimiliki untuk tetap kembali kepada Allah. Allah akan mengampuni seluruh dosa-dosa tersebut. Seseorang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Hari-hari ini sering kita temui karena merasa sebagai ahli maksiat merasa dirinya tak pantas untuk menghadiri majelis dzikir. Padahal pemikiran seperti ini sangatlah salah. Dosa karena telah kafir saja akan Allah maafkan apalagi dosa dibawah itu. Ingatlah, Rahmat Allah itu sangat luas...

Pada baris ke 3 dan 4, menegaskan kesyukuran kita atas nikmat Allah hanyalah setitik atas nikmat Allah di bumi. Kita tidak akan sanggup menghitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, ini sejalan dengan surat An Nahl ayat 18.

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (An Nahl:18)

Paragraf  Keempat

Tuhan... walau taubat sering kumungkir --> sering mangkir dari taubatnya

Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi --> pengampunan Allah selalu ada

Bila selangkah kurapat pada-Mu 

Seribu langkah Kau rapat padaku --> saat kita mendekat kepada Allah selangkah maka Allah akan mendekat kepada kita sebanyak 1000 langkah.

Pada dua lirik terakhir sangat berkaitan erat dengan Hadits Qudsi berikut.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Jika kita mendekat kepada Allah maka Allah akan lebih mendekat kepada kita. Sungguh tidak ada satupun makhluk yang memiliki rahman dan rahim sebesar Allah. Maha Besar Allah Rabb yang menguasai langit dan bumi.

Kesimpulan
  1. Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai macam sarana, salah satunya adalah dengan syair dan musik
  2. Untuk dapat membuat syair yang sesuai dengan Al Qur'an dan hadits dibutuhkan pengetahuna tentang Al Qur'an dan Hadits tersebut
  3. Lagu Mengemis Kasih mengingatkan kita semua untuk melakukan segala sesuatu karena Allah. Kita tidak boleh berputus asa atas Rahmat Allah. Allah akan selalu menerima taubat yang dilakukan dengan sebenar-benarnya taubat. Datanglah kepada Allah maka tidak akan ada rasa kecewa dalam diri kita. Sandaran yang tak akan pernah mengecewakan, sandaran yang tak akan pernah menjatuhkan hanyalah Allah.


Read More

Bersembunyi di Balik Kata Membeli Kebenaran

Hari ini, 14 Februari 2024 Indonesia melakukan pemilihan DPR D Kabupaten, DPRD Provinsi, DPR RI, DPD, dan Presiden dalam waktu yang sama. Inilah pertama kalinya masyarakat Indonesia dengan usia minimal 17 tahun melakukan pemilihan secara bersamaan. Konsentrasi pemilihan seperti terpecah karena partai politik yang biasanya mengkampanyekan partai dan alegnya saja saat ini harus mengkampanyekan Presiden yang di dukung. Meskipun jika dilihat dari segi efisiensi pemilih ini lebih efisien waktunya. Kan cuma sekali aja dapat banyak. 

Tapiii menurut aku, ini juga menjadi hal yang membingungkan. Soalnya kudu belajar banyak mempelajari partai, aleg, dan calon presiden. Mempelajari visi misi dan lain sebagainya. Eh, tapiiii ga semua mau mempelajari itu. Bukan ga mau nding ga sempat karena disibukkan dengan aktivitas mencari sesuap nasi. Kalau dipikir-pikir jumlah pemilih rasional yang benar-benar menilai bagaimana kinerja, track record, rencana pembangunan dan lainnya itu lebih sedikit dari pemilih irasional. Pemilih irasional ini pada awalnya bisa di anggap oleh partai sebagai swing vote atau suara mengambang. Eh bentar, pemilih rasional juga awalnya swing vote sih.

Wah bisa ini kita bicara perbedaan swing vote rasional dan irasional. Soalnya cara pendekatan mereka akhirnya akan berbeda. Swing vote rasional jelas pendekatan melalui visi misi, program, janji, track record. Swing vote irasional ini nih...yang pendekatannya rada ekstrim kadang. Dia di dekati dengan benda. Bisa berupa sembako, uang, baju, dan lain sebagainya. Emang boleh? Sudahlah mari kita akui saja kalau semua partai menggunakan cara tersebut untuk mendapatkan suara dari swing vote irasional. Nggak ada satupun yang enggak deh kayaknya. Partai Islam pun? Iyaaa partai Islam pun. Mereka berkedok sedang membeli kebenaran. Bukan lagi fatwa halal haram katanya, tapi ini tentang penyelamatan. 

Ini jawaban deep banget loh sebenarnya. Kalimat itu harusnya dilandasi oleh ideologi yang jelas dengan kiprah perjuangan yang jelas pula. Masalahnya terkadang terjadi bias niat. Kalau di rasa-rasa nih ya, ga ada satupun partai yang memiliki ideologi jelas. Kalau di awal kemerdekaan kotak ideologi jelas Islam, nasionalis, komunis. Sekarang tu ga jelas banget wkwkwk. 

Misal ada yang mengaku ideologi Pancasila atau Islam juga ga gtu banget deh. Kita sedang disajikan sebuah drama politik dimana semua orang berkedok ingin membeli kebenaran dengan lupa bahwa mereka tidak pernah melakukan tugasnya dalam rangka pendidikan politik kedapa masyarakat. Mereka seolah menikmati kondisi masyarakat yang irasional ini. Minim upaya untuk pencerdasan masyarakat dalam hal kontestasi politik ini. Bagi mereka adalah hal rugi melakukan pendidikan politik atau pemberdayaan masyarakat melalui dana yang dimiliki karena belum tentu akhirnya memilih mereka. 

Stigma, nanti akhirnya kalau fokus pada pencerdasan masyarakat selama bertahun-tahun akan kalah dalam sepagi saja. Nah kan, padahal ini masyarakat butuh edukasi memandang peran mereka dalam negara ini. Butuh edukasi gimana bisa DPR atau presiden akan mempengaruhi hajat hidupnya. 

Jangan setiap tahun bersembunyi di balik topeng membeli kebenaran dari orang dzalim jika ternyata tidak pernah benar-benar menyampaikan kebenaran yang dipercayai. Karena siapa tau hak mereka untuk mendapatkan edukasi tentang kebenaran itu tidak pernah didapatkan. Atau kalian salah dalam memberitahukan kebenaran itu. 

Sudahlah kalian para elit politik..., Kaum cendekiawan..., Plis berikan hak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan informasi dan akhirnya mengerti kebenaran yang sedang kalian perjuangkan tanpa bersembunyi dibalik kalimat jual beli suara. 
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.