Tampilkan postingan dengan label Healing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Healing. Tampilkan semua postingan

Memaknai Sebuah Pertemuan

Kita tidak pernah bisa mendikte takdir yang telah digariskan. Hanya bisa mempercayai bahwa setiap takdir adalah kebaikan. Setiap hari Allah telah menyediakan berbagai macam pelajaran, yang terserak dan ada di depan mata. Pesan yang ingin diajarkan selalu terselubung sehingga memanggil kepekaan untuk memahaminya. 

Untuk hal paling sederhana, sebuah pertemuan yang mungkin hanya sejenak. Terkadang bisa membuat logika dan rasa kita terhenyak. Meski hanya sejenak tetapi jika Allah sudah berkehendak kita akan kembali sadar akan awal mula dan memberi nasihat dan masukan mengenai bagaimana cara seharusnya. 

Setiap manusia butuh peristiwa untuk mengembalikan dan mengingatkan sebuah niatan. Peristiwa itu tidak harus yang bersifat dramatis. Cukup sederhana dan sesaat tetapi menuntut kita memahami makna. 

Begitulah kira-kira maksud dari berbagai pertemuan. Meredam rasa pemberontakan dan mengingatkan posisi dan menengok keinginan. Perjalanan panjang yang telah dilalui, pilihan yang telah dijalani pasti memiliki alasan. Alasan yang berasal dari interpretasi sebuah nilai. 

Ya, pada akhirnya kalimat kita melakukan untuk Allah bukan manusia akan di uji validitasnya. Bayangkan yang menguji adalah Sang Maha. Maka, perlu belajar mengekspresikan ketawadhuan bukan kepongahan. Nampakkan lunak namun tak tersentuh. Halus tapi keras. Keras akan sebuah prinsip tetapi dibalut oleh kelembutan. Oh...ini sunggu siasat di atas siasat. Seperti seorang ksatria Jawa saat bernegosiasi. Ah lupa, kan ini memang hidup di tanah Jawa. 

Rentetan pertemuan dan kalimat dari orang luar yang ditemui beberapa hari ini ternyata hanya ingin mengajak pada sebuah titik kesadaran, tundukkan ego. Bersikaplah sebagaimana seorang priyayi Jawa bersikap (seperti yang di ajarkan Mbah Putri). Bersikap dan berbahasalah seperti apa yang mereka inginkan. Maka kamu akan menaklukkan. Hey....bukankah itu yang dulu dilakukan. 

Pilih kunci yang tepat, bukalah pintu, lalu obrak-abrik hihi...

Pertemuan-pertemuan ini adalah alarm untuk menghentikan seluruh gejolak. Jika merasa gundah berselancarlah dalam samudra kata maka akan hinggap bijaksana. 

Makna sebuah pertemuan adalah untuk memperingati, untuk menguji diri, untuk menilai, dan kemudian lakukanlah sesuatu untuk memperbaiki. 

Tidak ada suatu pertemuan yang Allah tidak memberikan makna. Tidak ada suatu pertemuan yang bernilai sia-sia. Selalu indah bukan cara Allah mengingatkan kita?

Read More

Belajar Dari Tabina, Lagi

 


Mendapatkan gambar ini dari Ustadzah ada rasa haru yang membuncah. Ketika mendapatkan pemberitahuan dari Ustadzah bahwa kamu akan melakukan ujian kenaikan jilid rasanya ingin menangis. Tapi nyatanya gengsiku lebih besar dari keinginan itu wkwkwk. Oh, Ya Allah aku sampai lupa mengucap rasa syukur kepada-Mu. Betapa besar kasih sayang-Mu kepada anakku. Terimakasih Ya Allah, atas kemudahan yang Engkau berikan kepada Tabina dalam memahami secuil ilmu-Mu. Semoga Engkau selalu permudah dia dalam mempelajari agama-Mu hingga kelak menjadi salah satu bagian dari penegak risalah yang telah Engkau turunkan kepada Nabi-mu.


Hai, Tabina... jika suatu hari nanti kamu merasa lelah bacalah tulisan ibumu ini. Bahwa ketika kamu masih berumur 5.5 tahun telah berhasil berjuang dan tekun belajar. Kamu dilahirkan bukan sebagai orang yang mudah menyerah dengan keadaan. Meski berawal dari hal serba kekurangan dan penuh ketidakmampuan tapi darahmu adalah darah pejuang. Tidak pernah menyerah dan terus menyelesaikan semua tantangan. Aku adalah saksi saat kamu baru saja lulus dari balita. Awal masuk ke kelas TK A, teman-temanmu sudah mendapatkan kitab untuk mengaji. Sebagai tanda mereka telah memiliki start lebih awal darimu. Mereka telah memiliki bekal lebih banyak dari mereka. 


Kamu pulang dengan wajah sedih, karena teman-teman sudah berfoto dengan kitab dan kamu belum. Akhirnya, kamu tak merasa lelah untuk belajar dan mendapatkan kitab. Awalan, alfatihahmu pun masih berantakan, sedangkan ada temanmu yang sudah berbekal hafalan lainnya. Aku, ibumu sempat khawatir kamu akan tertinggal. Aku tak bisa meraba perasaanmu seandainya hal itu terjadi. Tapi, sekali lagi kamu menjunjukkan kegigihan. Setiap berangkat sekolah selalu semangat karena memiliki tujuan yang akan dicapai. Di rumah tetap mau murajaah...


Mungkin kamu akan bertanya, kenapa bisa Tabina yang anaknya ibuk dan bapak ketika masuk TK belum bisa apa-apa? Ada beberapa hal, Bin... Pertama, kamu pernah trauma saat belajar mengaji. Kami salah memintamu mengaji bersama teman-teman di desa kelahiran Ibuk. Datang pertama kali di majelis ilmu itu kamu langsung diminta untuk membaca Al Qur'an. Kamu hanya diam saja, karena memang belum bisa. Lalu disuruh pulang oleh guru ngaji pertamamu. Atau akan bertanya, kenapa bukan ibu? Aku tak ingin memaksamu, sebenarnya sudah di ajari tapi sering lupa. Musuhmu belajar adalah smartphone dan TV. Kedua benda itulah yang mendistorsi yang telah kamu pelajari.


Nak. aku percaya kamu adalah anak yang tidak akan mudah menyerah. Hanya sering ragu, dan kamu hanya butuh percaya. Saat nanti kamu butuh orang yang mempercai kemampuanmu datanglah pada ibu. 


Selamat berjuang Tabina, jalan panjang menuju Surga Allah itu tidak mudah maka mintalah Allah untuk meberikan kekuatan dalam melewatinya. 

Read More

Selebrasi 2023



 Hai, 2023!

Tadi malam saat mati lampu aku mencoba untuk membayangkanmu sejenak. Memprediksi bagaimana aku saat berada di tahun 2023. Ya, terlintas dalam kepala bahwa aku akan banyak sekali belajar dan melakukan banyak hal. Tahun ini sepertinya aku akan belajar cara membaca dan menulis dengan benar. Akus adar, selama ini aku tidak benar-benar baik dalam membaca, aku tidak dengan mudah mengingat dan menyerap setiap kata dalam buku yang terbaca. Hanya beberapa ide gagasan dalam  buku tersebut yang benar-benar bisa aku ingat dan aku mengerti. Bukankah seharusnya saat membaca akan banyak informasi baru dalam kepala?


Padahal banyak sekali buku terbeli yang belum terbaca. Kecepatan membeli buku tidak sebanding dengan kecepatan membaca. Belum lagi kecepatan memahami makna. Inilah titik dimana aku merasa otakku seperti siput. Lamban kalu kau memahami sesuatu. Tapi, aku meyakini ini pasti karena jarang aku gunakan. Ibarat seorang bayi yang sedang belajar berjalan, pasti langkahnya perlahan dan harus jatuh berkali-kali baru dia mahir berjalan. Sama tu kayak otak yang jarang digunakan, ototnya masih kaku untuk berfungsi menyerap banyak informasi. Belum lagi, kalau terjatuh dalam kemalasan enggan berdiri. Menikmati jatuh dan tidak mau bangkit lagi. 


Hai,  2023! Dengerin aku ya, ini adalah masa untuk memahirkan otak dalam memahami makna, Tidak boleh berhenti meski rasa malas selalu mengikuti. 


Tahun ini harus benar-benar bisa menjaga diri agar tetap sehat dan bugar. Impianmu untuk berkutat dengan digital semakin dekat. Dan itu membutuhkan ide, gagasan, jauh dari kasur, kecekatan, kecepatan, dan lain sebagainya. Semua membutuhkan proses, dan kamu sudah berproses sejauh ini. Belajar membuat video dengan baik adalah tugasmu saat ini. Memperbaiki tampilan web agar menarik, mencoba iklan dll. Sungguh di kepala sudah mulai menari-nari, keinginan membuat kalender konten untuk beberapa chanel. Bismillah, bukan hanya tentang obsesi diri tapi ini juga menyangkut nilai yang sedang kamu bawa. 


Hai, 2023!

Jangan lupa tetap berapi dalam masalah human development. Ini juga bidang yang sudah lama dipelajari. Meskipun sekarang pemahamanmu terlampau tradisional untuk era modern ini. Banyaklah membaca dan belajar. Apa kamu tidak merasa kekerdilan pemahaman dalam hal ini? Allah telah memberikan ruang bebas untuk berkreasi. Maka, mulailah dan mencobalah untuk melakukan itu. Kita boleh berupaya untuk mengubah paradigma manusia, tapi ingat tetaplah DIA penentu segalanya. Ingat, tumpukan buku paling banyak tentang ini.


Hai, 2023!

Setelah kamu yakin dengan pengukuhan dirimu, untuk mencoba belajar kembali tentang tiga hal di atas, jangan lupa ada amanah paling besar dari Allah. Tabina Evren Karissa. Seorang putri kecil yang dititipkan Allah agar menjadi guru bagimu. Dialah perantara dari Allah untuk membuatku menjadi lebih dewasa. Mencoba hal yang paling aku takuti sebelumnya. Melihatnya seperti melihat aku di masa kecil. Ohh... ya Allah, kenapa sofwarenya aku banget. Kan jadi berasa mengaca, keras kepalanya, cara marah, cara bahagia, cara bicara, bahkan pola fikirnya sama. Hanya rapalan kebaikan yang selalu kuharap untuknya. Aku tau, tak ada dinding pembatas atas doaku untuknya. Setiap kataku adalah doa, dialah anak pertama yang membuatku belajar untuk hati-hati dalam bicara. Meski amarah dan emosi kadang menguasai, sebisa mungkin kutahan untuk berucap kebaikan untuknya. Bin, ijinkan ibuk menjadi ibuk yang baik untukmu. Aku akan belajar perlahan memahamimu. 

Kalau ditanya ingin punya apalagi di tahun ini? Pengen deh punya kamera wkwkwk, inget banget kemarin ada acara, blurr semua hasil jepretan. Padahal angel udah bagus. Gemes rasanya. Bisalah ya, belajar fotografi untuk kesekian kalinya.


Inilah selebrasi setiap awal tahun. banyak kali harapan. Setelahnya adalah tantangan untuk mewujudkan. Bisa?

Kurangi membaca flizzo, kepo sinetron. Pastikan segala hal yang kamu lakukan dengan menggunakan HP adalah kebaikan. Nah, lo!

Ayok ini saatnya banyak belajar. Banyak ayat Al Qur'an yang belum kamu pahami, betapa hadits banyak yang terlupa. Teruslah berbenah mumpung Allah masih memberimu kesempatan usia. 

Perbaiki diri dan semesta maka kau akan tahu dimana kedudukanmu di mata Sang Maha.


Read More

Seni Menerima dan Menghadapi Kenyataan #1


 

Tulisan ini aku dedikasikan buat siapapun yang masih belum bisa menerima kenyataan yang saat ini sedang dihadapi. Sudah menjadi satu dari sekian hukum alam ada keadaan yang tidak bisa kita kendalikan. Semua terjadi begitu saja tanpa ada aba-aba, tanpa ada pemberitahuan. Hal paling meyakitkan adalah ketika hal tersebut datang dan kita dalam kondisi tidak siap menghadapinya. Serasa mendapatkan hantaman besar dan langsung melumpuhkan.


Kenyataan pahit yang dihadapi oleh masing-maaing orang tentunya beragam. Ada kehilangan, penolakan, hujatan, dan lain sejenisnya. Tingkat heart disaster juga beragam, semua bergantung dari beberapa poin di bawah ini.

1. Kondisi keimanan
Kenyataan tidak menyenangkan itu datangnya dari Tuhan. Ia hadir sebagai sarana pengujian bagaimana seorang hamba dalam menyikapi. Saat dia sedang jauh dari Allah pasti akan butuh effort yang tinggi agar dapat menerima. Tetapi, jika dia dalam kondisi baik akan lebih mudah menerima semua kejadian.

2. Kondisi Hati
Semua yang terjadi selalu tanpa kode, sehingga kadang kita tidak sempat menata hati agar mau ikhlas menerima semuanya. Hati yang lapang akan menerima semua cobaan dengan mudah. Hari yang sempit dan penuh tekanan akan menerima kenyataan sebagai racun dalam hidupnya.

3. Support system
Saat masalah datang menyambut hari-hari kita dukungan dari orang terdekat sangatlah penting. Support sistem disini tidak harus berasal dari keluarga atau temen. Ada salah satu penulis sinetron yang menggunakan BTS (boyband asal Korea) sebagai support sistem dalam hidupnya. Melalui lagu-lagu yang dibawakan membuat dia menjadi lebih baik.

4. Cara Pandang
Ini merupakan hal krusial dalam menghadapi kenyataan. Ketika cara pandangnya sempit tentang hidup rasa hancur akan semakin besar. Kita butuh memperluas cara pandang akan rasa keberterimaan semakin besar.

 
Ada satu kalimat yang cukup ampuh untuk sampai pada titik kesadaran. Jika kamu tidak dapat mengubah suatu keadaan maka ubahlah cara pandangmu. Mengubah cara pandang tidak semudah kepala kita menoleh kanan atau kiri. Banyak hal yang perlu kita ketahui agar cara pandang terhadap suatu takdir dapat berubah. Semua dari kita pasti sepakat bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik bagi hamba-Nya. Tetapi menerima firman ini saat kondisi terendah menjadi sangat sulit.

Dalam Al Qur'an disebutkan, apabila engkau mendapatkan suatu masalah maka hadapilah dengan sabar dan sholat. Respon pertama saat masalah itu datang menunjukkan bagaimana kualitas diri kista sebenarnya. Perintahnya jelas, saat ada masalah hal pertama yang perlu dilakukan adalah bersabar. Ini artinya kita diminta untuk mengkondisikan diri menerima semua yang terjadi. Jika masih belum tenang, maka sholat agar semuanya menjadi lebih mudah. Bahkan tidak cukup sampai di situ. Allah melanjutkan dengan firman lainnya, Dia tidak akan membebani seseorang di luar batas kesanggupanNya. Ketika Sang Pencipta percaya kita bisa, yakin ini masih sanggup kita lalui kenapa kita tidak percaya?

Menerima seluruh kejadian dalam hidup tanpa syarat akan menjadikan hidup kita lebih bahagia dan bermakna. Tarohlah orang yang selama ini bersama dengan kita menikah lagi. Atau orang yang kita sayang meninggal dunia. Sikap apapun tidak akan bisa membuat semua kembali. Semakin kita tidak menerima kenyataan akan semakin menyakitkan. Padahal hidup harus terus dilanjutkan. Perlahan sampaikan kepasa diri secara perlahan, ajaklah dia menerima rangkaian kejutan kehidupan dari Sang Maha Hidup.

Lalu bagaimana cara paling ampuh agar kita bisa menghadapi kenyataan? Next tulisan, ya!
Read More

Media Sosial Dan Insecure Pada Remaja

Tidak sengaja melihat postingan yang isinya, berdasarkan survey yang dilakukan oleh Facebook menunjukkan bahwa keberadaan selebgram membuat pengguna Instagram menjadi insecure. Eh, lupa belum baca caption udah main ilang aja tu postingan. Nyoba nyari di google belum ketemu dengan penelitian Facebook tersebut.

Akhirnya, searching mengenai penggunaan media sosial dan tingkat insecure seseorang. Tenyata sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hal ini. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan pemilihan objek dilakukan dengan random sampling.

Dari beberapa penelitian tersebut ada beberapa aspek yang merupakan poin bagi seseorang merasa insecure. Pertama, tubuh. Bentuk tubuh yang tidak proporsional menjadi pemicu insecure tertinggi. Entah karena dia merasa gendut, kurang tinggi, gigi kelinci, warna kulit, bentuk rambut, dan sebagainya. Apalagi yang difollow olehnya adalah selebgram kecantikan dan kesehatan, makin merasa nggak sempurna tu pastinya.

Kedua, sifat. Terkadang seseorang merasa dirinya sangat tidak layak berteman dengan entitas tertentu. Menurut pendapat pribadinya dia memiliki sifat/karakter yang tidak akan diterima. Misalnya, sangat merasa menjadi pendosa saat harus bertemu dengan orang yang menghadiri pengajian. Dia seperti membuat blok atas pasangannya tersebut. 

Kegita, finasial. Gap ekonomi yang terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lain juga menjadi pemicu insecure. Seseorang yang berasal dari kelas ekonomi rendah tentu akan malu saat harus bertemu dengan anak orang tajir. Melihat barang yang dipakai merupakan barang branded akan membuat kita tidak yakin dengan apa yang kita kenakan.

 

Insecure sendiri lahir dari tidak adanya rasa keberterimaan terhadap dirinya. Apa yang didapatkan sekarang tidak disyukuri. Malah melih ke mengeluhkan keadaan. Padahal bisa jadi apa yang kita miliki sekarang merupakan hal terbaik yang kita miliki. Jangan pernah menjadikan apa yang dimiliki orang lain sebagai patokan hal apa saja yang harus kita punya.

Apa-apa yang ditampilkan di media sosial bisa jadi hanya kamlufase belaka. Para selebgram, artis, dan pejabat bisa saja membagi momen bahagia seperti, membeli rumah, mobil, dan sebagainya. Kemudian tampaklah mereka sebagai orang paling sempurna. Padahal dia menyimpan banyak sekali luka yang dipendam sendirian. Mereka sengaja tidak membagikan kemalangan yang dihadapi. Jadi, nggak usah terlalu menjadikan orang lain sebagai kiblat dalam melihat diri sendiri. 

Media sosial cukup memberikan dampak bagi para remaja dalam perkembangan dirinya. Perasaan rendah diri dapat memicu beberapa gangguan. Salah satunya adalah kecemasan. Dia sangat cemas jika lingkungan tidak mau menerima apa adanya. Disinilah peran orang tua menjadi sangat besar dalam mengatasi gangguan akibat gadget. Parahnya adalah masih ada orang tua yang gaptek. Sehingga mereka tidak dapat mengontrol dengan baik aktivitas anak di gadget.

Mari kita menggunakan media sosial dengan bijak. Apa yang kita lihat saat ini di feed IG mereka belum tentu benar-benar sempurna. Pasti ada kekurangan yang dimiliki hanya saja tidak diposting di sosial media. Cintai apa yang kamu miliki sekarang, karena bisa jadi apa yang kamu miliki sekarang adalah hal yang sedang orangain inginkan. Jika dirasa melihat medsos menyiksamu maka cobalah kurangi screentime 
Read More

Rindu adalah Residu


Rindu adalah senyawa residu dari sebuah titik temu. Setelah lama tak saling tegur sapa, tak ada lagi saling bicara maka muncullah rasa yang akan mengganggu jiwa. Rindu itu bukan melulu tentang pertemuan dua orang manusia. Bisa jadi, dia hanya rindu dengan suasana saat bersama.

Perpisahan memang sangat menyakitkan. Tidak jarang membuat manusia menjadi hilang kendali. Tidak mampu lagi mengendalikan diri untuk mengontrol emosi. Rasanya, tangisan tidak akan mampu mempertemukan. Pada masa seperti ini jangan sesekali mengambil keputusan. Karena semua bisa jadi bersifat luapan. Ya, hanya luapan atas rasa ingin bertemu tetapi tidak mampu. 

Rindu adalah residu yang megusik kalbu. Ingin rasanya menembus ruang dan waktu agar dapat mengulang dan memperbaiki keadaan. Tetapi, itu sudah tidak lagi mungkin dilakukan. Kehilangan adalah rangkuman dari semua perasaan. Kehilangan kesempatan, kehilangan momen, kehilangan seseorang. 

Kita harus tetap hidup dalam sebuah realitas. Tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan. Tidak semua kejadian membutuhkan persetujuan dari kita. Semua adalah kuasa Tuhan. Lalu apatah yang dapat kita lakukan? Hanya satu yang bisa dilakukan, menerima kenyataan dan berdamai dengan keadaan. 

Rindu datang karena saling berjarak. Tidak mampu saling menggenggam. Tidak ada lagi kata menguatkan. Seolah masing-masing berjalan sendirian. Rindu adalah risiko dari sebuah perpisahan. Perpisahan yang memang menjadi pilihan atau karena mengikuti takdir Tuhan.

Ya...rindu ini adalah residu
Read More

Titik Kulminasi

Titik kulminasi merupakan sebuah titik puncak dalam sebuah gerak parabola. Setelah beberapa detik berada di titik ini benda akan terjatuh dengan perlahan. Tidak akan lama berada di titik tersebut, hanya beberapa saat.

Titik kulminasi ini semacam puncak konflik dalam kisah fiksi. Menjadi plot yang ditunggu dan membuat senam jantung bagi yang menikmati ceritanya. Saat inilah jantung akan berdebar sambil melihat kapan waktu untuk penyelesaian konflik selesai. Secantik apa plot twist yang akan dibangun.

Perkara akan menjadi berbeda saat kisah itu nyata dan kitalah tokoh utama. Semua kejadian yang bisa diredam tapi perlahan menuju puncak sangat menggangu banyak sisi. Pikiran terkuras, perasaan tidak menentu, dan semua terasa menemui jalan buntu. Kita tidak tahu bagaimana orang di sekitar mengikuti alur hidup yang sedang kita jalani.

Semua terasa penuh, ruangan sudah sesak semua datang saling mendesak. Masalah datang bertubi, menumpuk menguras emosi. Dia bukan datang silih berganti, tapi datang dan seorang tidak mau pergi. Semua menumpuk dan akhirnya sampai pada titik kulminasi. Titik dimana rasanya pundak tak lagi sanggup menerima beban. Ada emosi yang perlu diluapkan. Ada air mata yang harus ditumpahkan.

Belajar mengendalikan titik, lalu membawanya perlahan menuruni puncak permasalahan. Mulai membangun rasa kesadaran bahwa semua dapat diselesaikan. Semua masih pas sesuai porsi kekuatan manusia. 

Healing, adalah cara paling ampuh untuk menyudahi titik klimaks episode kehidupan. Mencari lingkungan yang positif dan mendukung, kelak support system juga akan membantu penyelesaian.
Read More

Merdekakan Diri Saat Pandemi

Sudah satu tahun lebih virus Covid-19 singgah di bumi. Inginnya manusia pasti berdamai dengan mereka, namun sepertinya kita salah dalam hidup bersama mereka. Seandainya virus itu tampak dalam pandangan mata biasa dan bisa dibasmi dengan air atau senyawa lainnya pastinya hari ini kita sedang sibuk untuk melenyapkannya. Kehadiran mereka seolah ingin mengajak kita untuk memiliki dunia baru. Dunia yang harus saling menjaga jarak, bermasker, dan rajin mencuci tangan. 

Banyak masa dan momen berharga yang harus dilewatkan karena Pandemi tak kunjung usai. Ada masa anak-anak yang seharusnya mereka bebas bermain, bersekolah, belajar membaca dan menulis bersama guru. Berkumpul di ruang kelas sambil bernyanyi, tetapi kini sudah tidak bisa sebebas seperti dulu lagi. Ada anak yang seharusnya duduk di kursi menanti dipanggil untuk maju ke depan lalu menggeser tali wisuda, tapi tidak bisa lagi. Demi menjaga kesehatan dan atas nama keselamatan harus banyak hal yang dilewatkan. 

Anak sekolah tak lagi berkumpul di sudut sekolah. Mereka hanya bertatap melalui media daring. Berjam-jam menghadap gadget atau PC untuk mengerjakan tugas. Kebahagiaan masa mereka terenggut. 

Belum lagi para pesakitan disembuhkan, sudah ada rengekan anak meminta susu kepada ayah yang tak lagi berpenghasilan. Dampak ekonomi dari berbagai macam sektor mulai nyata di hadapan kita. Beberapa pengiat wisata mulai mengibarkan bendera putih sebagai tanya menyerah dan mengaku kalah dengan keadaan. 

Jika kita tidak benar-benar berdamai dengan keadaan, ancaman kecemasan akan datang. Kita sudah bebas dan merdeka tetapi tidak dengan jiwa kita. Ada rasa terpenjara dan terkurung dalam dunia yang amat luas leluasa. Berbagai macam tekanan datang dari segala penjuru. Belum lagi, saat kita menjadi satu diantara sekian ribu orang bergejala. Rasa takut tidak sembuh, rasa takut dikucilkan pasa ada. 

Kita harus bisa menjadi manusia merdeka di tengah prahara pandemi ini. Seandainya tidak dapat mengubah keadaan paling tidak kita harus dapat merubah paradigma. Cobalah merdekakan jiwa. Jangan penjarakan rasa bahagia. Nyalakan lilin harapan untuk menerangi optimisme kita. Kalahkan seluruh rasa pesimis yang ada. Yakinlah, kita hebat dan bisa melaluinya. 

Merdekakan dirimu, jangan terpenjara dengan keterbatasan mengekspresikan rasa. Kalahkan rasa takut, kalahkan rasa cemas, dan menangkanlah seluruh energi negatif yang ada. Kita pasti bisa menjadi manusia merdeka. Merdeka sejak dalam alam pikiran dan jiwa. Tuhan pasti punya rencana. 
Read More

Saat Kamu Marah Sama Orang Tua, Lakukan Hal ini

Dalam lingkaran terdekat pastilah ada konflik dan ketidaksepakatan antar anggota. Tidak serta merta semua satu suara. Meski sudah dibersamai tumbuh sejak dalam kandungan dan cukup mengenal karakter atau sudah biasa dengan gaya bahasa yang diberikan tetap saja ada rasa tidak nyaman dengan sikap ataupun tutur kata. Semua pasti ada titik kulminasinya. Tidak semua perkataan dari orang tua kita yang membuat kita tenang. Ada kalanya perkataan mereka malah menyakitkan atau menjatuhkan mental. Rasa marah dan kesal adalah reaksi wajar atas perlakuan yang tidak baik menurut kita. Tetapi, tetap tidak boleh jika kita harus berlarut-larut dalam kekesalan. Seperti yang disampaikan di awal tadi, kita sudah dibersamai tumbuh sejak dalam kandungan.


Semua kebutuhan sekolah, sandang, pangan, dan papan mungkin masih bisa kita uangkan kemudian kita ganti di masa depan. Ya, uang bisa dicari. Namun, ketulusan, rasa sakit sejak dalam kandungan, air susu yang di alirkan itu adalah hal yang tidak akan bisa ditukar dengan apapun. Meski pada akhirnya kita merawat kedua orang tua saat sudah menua dan tak berdaya tidak akan mampu mengganti semuanya. Tentunya kita meyakini, sejak tangis pertama kita menyapa dunia mereka penuh rasa bahagia. Berjuta harap dititipkan kepada kita. Tidak terbesit sedikitpun dimasa depan untuk menyakiti kita. Bahkan mungkin mereka sudah siap, ketika seluruh dunia memberikan penolakan dan menghujani olokan mereka adalah garda depan perlindungan.


Sekali lagi, marah serta kecewa kita terhadap sikap dan tutur kata orang tua adalah hal manusiawi dan wajar. Sejenak kita menjadi lupa dengan semua pengorbanan mereka karena emosi sesaat. Lalu, kalau kita sedang marah dengan orang tua kita apa yang harus dilakukan?


Pertama, berdiam diri. Kita perlu mengontrol jangan sampai ketika kita marah lalu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti mereka. Tetap jaga perkataan. Kalau memang sudah tidak tahan, carilah tempat untuk menepi. Coba untuk berdiskusi dengan diri sendiri atau menceritakan rasa kepada teman terdekat dan terpercaya. Seandainya tidak bisa, tuliskan apa yang saat ini kamu rasakan. Jadi, berdiam diri di sini adalah kamu merenung dan mengurai semua satu per satu.


Kedua, maafkanlah dan mintalah maaf. Meski kita di posisi yang benar, tetap saja kita adalah orang pertama yang harus meminta maaf. Karena siapa tau ketika mengungkapkan amarah kita melukai hatinya. Melukai perasaannya. Kalau dalam siasat perang, mengalah untuk menang. Lupakan dan maafkan sikap tidak menyenangkan itu. Kita tidak pernah tau kan, bagaimana waktu kecil kita sering membuat mereka marah tetapi hanya dalam hitungan menit mereka sudah menyayangi dan memaafkan kita lagi?


Ketiga, sampaikan perasaan jika suasana sudah tenang. Perlu rasanya kita menyampaikan alasan mengapa kita marah kepada mereka. Pas sudah tenang tentunya. Saat kita dan mereka dalam kondisi normal. Sampaikan hal yang tidak disukai dan dengarlah hal yang mereka ingini. Kita juga harus adil dong. Jangan hanya kemauan kita saja yang ingin didengar. Jika memang ada perpedaan maka carilah kesepakatan. Mensepakati pilihan, sikap, dan lain-lain.


Keempat, mintalah doa. Setelah kesepakatan dan kedua belah pihak sudah saling memahami mintalah doa dari mereka. Ingat dan catat baik-baik. Doa seorang ibu kepada Allah itu tak berhijab. Tidak ada yang membatasi doa ibu kepada anaknya. Langsung sampai kepada Allah. Tidak ada kesuksesan seorang anak tanpa doa dari kedua orang tuanya.


Dari keempat langkat tersebut, hal yang paling sulit adalah pada titik memaafkan dan meminta maaf. Karena pada saat itu kita sudah meluruhkan ego dan emosi kita. Kita berhasil dari jeratan rasa kesal. Jangan pernah melampiaskan marahmu pada mereka dengan melakukan hal-hal negatif. Hal itu hanya akan merugikan diri sendiri dan membuat orang tua kita sedih. Tetap bersikap positif. Ambil hikmah dan pelajaran, semua pasti memiliki rahasia kebaikan. Udah marahnya, baikan dooong. Senyum yang manis dan tetep menghormati Ayah dan ibu kita ya...
Read More

Menguarai Rasa

Sudah lama banget tidak menguaraikan rasa di sini. Bukannya tidak ada yang terpendam, tetapi ga sempet aja buka. Beberapa waktu yang lalu sedang merasa pada fase penuh dengan unfaedah time. Pasca ramadan semua terasa menjadi kacau dan tidak tertata. Tidak kusangka luka yang timbul karena kondisi tim yang stag dan ga berubah benar-benar menyiksa batin dan pikiran. Halah, sok ye banget. Ada satu sisi berkata, sudahlah...hal itu sudah biasa. Ga usah terlalu dipikirkan. Tapi semua bakal balik lagi, terus masak harus didiamkan? Dan sampai pada titik ga tau harus digimanain lagi. Berasa ya sudahlah, hahahah. Selemah ini aku ternyata.


Sudah sengaja banget diem, maksudnya pengen liat adakah calon pahlawan baru yang akan muncul? dan taaaaram, Nggak ada ternyata. Sedih, perih wegilaseh. Sudah langit petirnya nggak berhenti-berhenti kitanya juga ga ada kemajuan-kemajuan. Terus harus gimana dong? Yaudah mending nyari momen buat nyenengin diri sendiri aja. Eh, akhirnya kebablasan. Terus lupa sama targetan. Bener banget, sekali kita berfikir untuk melambat bakal capek dan sulit untuk menjadi cepat kembali. Salah langkah nih gw. Seriusan, baru niat buat melambat aja, ga niat berhenti udah gini rasanya. Apalagi kalau aku bener-bener niat berhenti. Bakal hampa banget kayaknya. Berasa ga ada produktivitas. Udah ide berasa habis, yaumiyah juga drop, support sistem juga ga ada. Hahaha...berasa di ujung kehancuran.


Dan ternyata, obat dari semuanya adalah tangisan. Cukup aku sendirian, lalu aku mulai self deep talk. Coba mengurai satu persatu rasa kecewa. Mengurai satu persatu amarah, satu persatu kejelekan diri. Dan akhirnya seiring air mata yang mengering semua seperti kembali seperti sedia kala. Semangat menyala, membara, dan akhirnya ingat lagi harus kemana. Tapi ya itu tadi... terseok, masih tertatih dan butuh beberapa tahapan healing.


Kalau berasa ga punya teman, kayaknya itu ga boleh deh. Karena sebenarnya banyak telinga yang siap menampung. Hanya saja mungkin ga tau harus mulai dari mana dan harus cerita bagian mana. Emang aturannya langsung ditulis gitu pas lagi puncak-puncaknya.


Ditambah beberapa target meleset dari target. Haduh, berasa makin insecure, makin hancur. Ah tapi, tetap harus meluaskan syukur. Bisa jadi banget kan apa yang sedang dijalani saat ini sebenarnya orang lain iri dan pengen banget. Yaiyalah, mereka cuma liat luarannya aja. Ga tau apa halang rintang dalam hidupnya. Nah loh Ren, denger tu! Bisa aja kan orang yang kamu anggap hiduonya enak dan goals banget ternyata ada halangannya. Yang bisa jadi juga, kamu ga sanggup menjalani halangan itu. Setiap orang pasti punya rintangan masing-masing. Ada yang harus berhadapan dengan tumpukan kerikil tetapi juga harus berhadapan dengan julangan batu yang amat tinggi. Kunci banget nih, rasa syukur.


And then, udah berapa buku yang sudah kamu baca? Udah berapa surat yang kamu hafal dan mutqin-kan? Sudah berapa khatam dalam sebulan? Udah turun berapa kilo? Hahaha.. yuuk, tugas dan kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang dipunya. Semangat.
Read More

Masalah

Permasalahan pasti datang dan singgah silih berganti. Tanpa masalah manusia tidak aka berkembang dan berusaha. Mengapa manusia membeli baju? Karena dia dingin dan merasa malu. Mengapa butuh rumah? Karena sengatan matahari, hujan, dan rasa lelah yang harus beristirahat tanpa terganggu kondisi alam diluar. Coba kalau hidup itu tanpa masalah, mungkin manusia akan diam saja. Merasa tidak ada yang perlu dilakukan. Toh semua baik-baik saja.


Jadi, epic banget ketika Tuhan menyuguhkan masalah di hadapan manusia. Agar dia menggunakan seluruh pemberian-Nya untuk menyelesaikan masalah. Nah, masalah dalam masalah paling besar sebenarnya bukan pada masalah yang datang. Melainkan, pada cara pandang kita terhadap masalah itu. Reaksi pertama dan eksekusi penyelesaian. Tinggal dipilih, mau fokus pada masalah atau fokus pada penyelesaian.


Saat kita fokus pada masalah akan berdampak buruk, baik secara psikologis maupun jasadiyah. Stres berkepanjangan, tidur tidak teratur, makan tidak dijaga. Semua menjadi kacau. Prioritas-prioritas terbengkalai.

Bolehlah kita larut dalam masalah sejenak. Jangan berlama-lama. Karena masalah ini nantinya bisa beranak pinak. Berkembang jika tidak segera diselesaikan. Fokus pada cara menyelesaikan, jika sudah buntu dan tidak menemukan jalan serahkan semua kepada Tuhan. Yang terpenting usahamu menyelesaikan, pada akhirnya selesai atau tidak serahkan senua kepada Tuhan. 

Tugas kita berproses, masalah hasil sudah ada yang menentukan. Penentuan ini sangat bergantung dari kesungguhan kita mencari jalan keluar. Ingat, Tuhan tidak pernah salah memberikan soal. Semua pasti ada jawaban. Yang menjadi sumber pokok masalah, kita belum tahu cara penyelesaiannya. So, belajarlah untuk menyelesaikan seluruh soal yang diberikan.
Read More

Perasaan Sang Developer

Developer...disini bukan diartikan sebagai developer bangunan atau web gitu yaa, tapinlebih ke salah satu peta bakat yang ada di Talents Mapping. Ya, berdasarkan tes tersebut Developer menjadi salah satu bakat di tujuh teratas. Rasa ingin melihat orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan keahliannya sangat kuat. Seorang developer sangat suka jika orang di sekelilingnya berkembang menjadi sosok yang lebih baik.


Tetapi, kekuatan ini juga justru bisa menjadi sumber penyakit dalam dirinya. Saat orang di sekitar tidak mencapai hal yang diharapkan. Stagnan dan tidak ada perubahan atau malah cenderung mengalami penurunan. Sedih rasanya. Sudah mencoba berbagai macam cara agar orang disekitarnya bergerak menuju ke arah yang lebih baik, dan belum berhasil. Kecewa, sedih, sakit hati, dan aneka rasa sejenis berkumpul menjadi satu.

Dampaknya, api semangat yang dirawat meredup. Menyalakan diri sendiri dan menjadi sedikit frustasi. Kepala terus mencari jalan, mencoba menata satu demi satu. Meski jalan terasa gelap, dia akan terus mengejar cahaya. Meski lelah dia mencoba akan tetap berdiri tegap. 

Salah memang kita mensyaratkan sesuatu agar kita bahagia. Karena bahagia terletak darimana sudut pandang kita melihatnya. Bahagia terletak bagaiman rasa syukur diucap setiap harinya. Namun, manusiawi sesaat kita merasa bahwa kebahagiaan ternyata bersyarat. Dan kebahagiaan sang developer adalah pertumbuhan dari orang di sekitarnya. Pertumbuhan atas dirinya. Mampu berkembang dan bermanfaat bagi jalan Tuhan.

Pada akhirnya aku cukup megerti darimana sumber kecewa, rasa sakit, putus asa, dan sebangsanya. Sedang salah mengelola kelebihan. Berada dalam kebuntuan. Mencoba mencari kawan demi menjaga keseimbangan.


Read More

Apa yang kamu cari?

Ya... apa yang sebenarnya kamu cari dan benar-benar sedang diperjuangkan. Saat ini butuh ruang untuk sedikit merenungkan kembali. Meluruskan segala orientasi setelah semua datang bertubi. Menjadi sebaik-baik manusia dan menebar manfaat dengan apa yang dimiliki. Coba sekarang lebih adil dan bijaksana dalam memandang semua. Pasti ada jalan tengah yang telah disiapkan

Apa yang sebenarnya paling kamu takutkan selama ini? Apa yang kamu harapkan lalu benar-benar kamu cari? Muara tak pernah penuh menerima semua. Dia akan menampung lalu menguapkan ke langit agar menjadi berkah bagi seluruh alam.

Cobalah untuk fokus pada semua tujuan. Semua perencanaan. Apa yang kamu butuhkan? Duduk bersama dengan rekan-rekan, mungkin? Mengurai satu persatu. Mulai serius dan lampaui batasan diri. Jangan menyerah lalu kamu mundur untuk kalah. Boleh mundur asal itu bagian dari strategi eksekusi.

Coba telisik kembali apa saja tugasmu sebagai manusia bumi. Coba di list, satu persatu. Tidak harus perfect dalam menyelesaikan semuanya. Pasti bisa dilakukan satu persatu. Hey...apa yang saat ini dirasakan? Ada rasa khawatir yang tak bisa didefinisikan. Serasa ada hal mengerikan di depan sana. Sanggupkah aku melampauinya. Apa? aku juga belum tau apa yang akan terjadi.

Astaghfirullah, kita harus meyakini bahwa masa depan masih suci dan Allah adalah pemegang kendali. Apapun yang terjadi di masa depan adalah konsekuensi dari keputusan di masa sekarang. Hey, kamu tidak mau kan menua tanpa peran?

Kejar lagi mimpi-mimpimu. Selesaikan targetmu. Jangan terjebak oleh suasana dan nuansa santai ini. Kamu yang memilki tombol stelan frekuensi. Ayok, kejar lagi apa yang ingin kamu cari. Fokus, kerjakan, dan berlarilah... sampai keputusasaan lelah mengejar tekadmu.

Apa yang kamu cari? Sudah ada kan? Realisasikan. Segera dan tanpa tawar. Waktumu sangat berharga untuk berlalu begitu saja. Kamu bisa, pasti bisa.
Read More

Dimana Posisi Kita?

Terkadang, manusia butuh mengetahui dimana sebenarnya posisinya dihadapan manusia lainnya. Bagaimana orang sekitar memandang dirinya dan apa yang dipikirkan ketika nama kita disebut. Ini bukan dalam rangka insecure atau OT, tetapi lebih sebagai kontrol awal tolok ukur pertama bagaiaman seharusnya bersihkan saat berada dalam lingkungan mereka.

Seringnya, kita salah menilai diri kita saat berada pada suatu tempat. Sudah PD kita adalah seseorang yang berharga, eh nyatanya dalam lingkup itu kita bukan apa-apa. Seluruh niat dan pikiran yang sudah di set pada mulanya tidak begitu pada akhirnya.

Kita berfikir bahwa kita adalah orang penting, tapi ternyata kita hanya dibutuhkan sebagai pelengkap etalase saja. Bukan diminta keberadaannya karena dibutuhkan. 

Peringatan beruntun ini perlu disyukuri, karena tanda bahwa Allah sedang menyayangi kita. Menunjukkan segala lemah agar terhindar dari sombong dan riya'. Mengingat kembali betapa lemahnya manusia. 

Hanya karena ingat terhadap hal menyakitkan di masa lalu, langsung menarik kemungkinan di masa depan. Hey, tapi ini kita sedang bermain hipotesa. Kisah hidup manusia siapa yang tau,bukan? 

Karena sampel terhadap suatu keadaan berbicara berbeda dengan harapan. Maka, wajar saja kan jika kemudian dia berfikir betapa tak bermanfaatnya hidupnya.

Allah,...
Read More

Masih Pada Batas Mampuku

Pernah nggak sih, kalian merasa buntu dan sudah tidak ada jalan keluar lagi? Berada pada masa seolah Allah mendekat ke telinga lalu berbisik, ayok buktikan imanmu pada-Ku. Seberapa besar kita percaya dengan kuasa Allah. Sampai titik mana kamu akan berhenti dan merasa putus asa. Ditanyakan lagi dimana keyakinan yang kamu punya. Hey, bukantah Dia tidak akan menguji di luar batasmu?


Cobalah berfikir sederhana. Gunakan segala potensi yang dipunya. Pasti Allah telah selipkan jalan melalui kemampuan yang kamu miliki. Jalan itu ada pada kekuatanmu. Cobalah sadari itu. 

Tidak pernah ada jalan buntu, semua pasti ada jalan keluar. Semua sudah disiapkan. Apakah hati terdalammu mau menerimanya? Sesat pikir yang mengganggu akan segera menemukan jalan kebenarannya. Luruskan orientasi. Cobalah berpijak pada nilai yang kamu miliki. 

Jalan ini masih panjang. Kamu mungkin belum pernah serius berjuang. Selama ini hanya bermain tanpa pembuktian. Hey, Allah telah menyapamu dengan keras, masihkah kau merasa cepat lelah?

Benarkah kamu telah berjuang? Memperjuangkan kehidupan ini. Benarkah....dan benarkah? Seluruh gejolak hati bertemu lalu beradu menjadi satu. Aku merasa sendirian tak berkawan. Aku merasa tak menemukan jalan. Tuhan... terlalu tebalkah dinding dosaku hingga mataku tang sanggup melihat cahaya petunjuk Mu. Jalan terbaik yang masih Engkau simpan.


Rabb, ini masih batasku, berikan aku kemampuan melihat tanda dan petunjuk darimu. Hanya kuasaMu aku bisa berjalan setegak itu. Rabb...tolong aku. Dalam sudut tak seberapaku ku ungkap ingin panjangku. Ah, malu rasanya. Memang pantas aku mendapat seperti itu...


Ini masih pada batasku...ijinkan aku, sekali ini saja serius memenuhi hak-hak impianku. Tujukilah jalanMu
Read More

Kepercayaan Itu Menguatkanku

Kadang aku merasa sudah merasa lelah, hampir jatuh malah. Tapi, aku tidak punya alasan kuat kenapa aku harus benar-benar jatuh. Meski kadang rasanya ingin berhenti sejenak. Menenangkan pikiran dan menyesap energi semesta. Tapi seringnya tidak jadi dilakukan. Aku ingat dengan mimpi. Aku ingat dengan target. Aku ingat dengan janji diri. Mejadi manusia yang lebih produktif dan bermanfaat. Di usia yang tak lagi muda.  

Terkesan terlambat memang untuk membuat portofolio diri, tapi bukankah setiap orang memiliki masanya sendiri-sendiri? Tidak ada jaminan orang sukses itu erasal dari masa muda yang gemilang. Ada kok, beberapa orang menemukan diri mereka di kala senja. Ya, meskipun aku nggak mau sesenja itu menemukan makna diri dan lebih pandai memaknai hidup.Kemarin, aku sempat tidak yakin dengan jalan yang aku tempuh. rasanya aku belum serius dalam mendefinisikan kata sukses untuk diriku sendiri. Terlalu sibuk dengan andil dalam mensukseskan orang lain. Oh,,, apakah beberapa waktu ini aku hidup dalam ilusi? Lalu lupa menarget diri? Nggak berani melewati batasan-batasan diri.  

Entah sudah berapa aku aku berkata, bahwa aku ingin menjadi seorang penulis. Nah, masalahnya mana ada seorang penulis tanpa sebuah tulisan. Atau aku dengan yakin mengatakan ingin menjadi blogger. Hey, seberapa konsisten kamu menulis. Bener banget, me jadi penulis hanya butuh untuk menulis. Bukan berwacana dan mengumbar mimpi kesemua orang. Sudah tidak saatnya merasa sendiri, merasa tidak berarti.  

Ini saatnya bangkit. Tunaikan semua tugas dengan sempurna. Istirahat itu hanya di surga! Menenangkan pikiranmu itu hanya dengan semakin mendekat kepada Allah.  

Dijamin, kalau sedang pikiran kemana-mana. Nggak fokus dengan mimpi dan tujuan hidup, dijamin itu karena kamu sedang menjauh dari pusaran. Ayok, bergerak perlahan.... meski harus merangkak, meski harus tertatih. Meski kamu harus menjadi pejuang sendirian, tapi harus bertahan. Selesaikan misi. Tidak ada kata berhenti. Tata hati, pikiran, lalu berbuatlah. Sudah cukup beberapa tahun tersiakan. Ini saatnya pembuktian. Lakukan. Just Do It.
Read More

A Dispointed

Sesekali gaya judulnya pakai bahasa Inggris. Kekecewaan sering kali hadir karena antara harapan dan realitas jauh dari kenyataan. Standar yang dibuat terlampau sulit untuk didapat. Menyandarkan harapan kepada sesuatu yang salah juga bisa menjadi titik kekecewaan tertinggi yang dimiliki seseorang. Bener banget, perintah untuk menyandarkan harapan kepada Allah, jangan kepada manusia. Ada titik tertentu bagi sebagian manusia agak lambat menyesap makna dan mengambil hikmah dari kejadian. Mempercayai bukan hal mudah, memasang standar kepada orang lain juga harus menyesuaikan. Tidak boleh terlalu dipaksakan  

Sedih memang di awal. Rasanya hati tidak mau menerima begitu saja, Semacam luka menganga dan tak ada obatnya. Sakit karena kekecewaan bisa diibaratkan dengan paku tertancap di pepohonan. Bisa diambil penyebab rasa sakit. Tapi, sampai kapanpun luka itu akan tetap membekas. Butuh waktu cukup lama agar bekas tancapan paku tersebut dapat hilang.  

Untuk menerima bahwa semua sudah menjadi garis takdir Tuhan sangatlah tidak mudah. Butuh banyak rasionalisasi dalam diri untuk kemudian memerintahkan kepada seluruh anggota badan untuk menerimanya. Sebagian penonton bisa jadi berharap agar bisa segera pulih seperti sediakala. Tetapi, hati juga memiliki kuasa menolak sementara. Hanya diam, mencoba mencari celah agar bibir mau bergerak menyunggingkan senyum menjadi tidak mudah.  

Ada manusia jenis ini. Manusia yang semuanya perlu dipikirkan dan diterima akal sehat. Bukankah iman juga masih bisa diterma oleh akal? Pemuja bukti atas segala kata tak cukup menerima ribuan janji. Tak mudah memberikan maaf, meski ribuan maaf diucap berulang kali. Keras hati, begitu mungkin label yang akan diberi. Tetapi, kecewa dan rasa sakit tak semudah itu untuk diobati. Nggak ada obat di apotek.  

Jangan terlampau mudah mengumbar janji. Berkata sayang pada seorang wanita. Pada kenyataannya tidak semua wanita akan terbang melayang mendengar rayuan gombal dan kata pemanis bibir belaka. Jika cinta adalah kata kerja, maka bekerjalah untuk membuktikan cinta itu.  

Rasa Kecewa akan memberikan kita ruang belajar mengelola rasa. Merenungi segala situasi. Dan lebih jeli dalam memberi takaran. Lebih memahami lagi kepada siapa kepercayaan harus diberikan. Tidak mudah menaruh harapan. Kita harus merelakan dan belajar bangkit dari keterpurukan. Cobalah pahami, langit tak selamanya cerah. Angin tak selamanya menyejukkan. Matahari tak selamanya memberikan kehangatan. Pemilik kesempurnaan hanyalah Tuhan. Hanya Dia yang mampu menjalankan peran dengan apik dan tiada tanding. Sekali lagi, ikhlaskan. Kembalikan kepada sandaran paling tepat.  

Lalu, siapakah yang dapat mendatangkan obat itu? Hanya pemiliki kekecewaanlah yang mampu mengobatinya.... Biarkan semesta bekerja, menuntun hatinya untuk bisa normal seperti sediakala
Read More

Mengkondisikan Hati

Pada dasarnya kita hanyalah manusia biasa. Yang jauh dari kata sempurna dalam berucap, bersikap, berprasangka, atau berbuat. Bukan superhero yang bisa datang dan menyelamatkan semuanya. Saat semua sudah diberikan selalu ada rasa belum apa-apa. Belum sempurna.


Kita pengen fokus bergerak menuntaskan tanggung jawab, tapi sekali lagi manusia biasa seperti kita tidak akan mampu melakukan semuanya dengan sempurna. Tidak bisa sefokus itu rupanya.

Wajar kan ya kalau Tetiba merasa sendirian dan tak berkawan. Tegur sapa teman seperjuangan tak kunjung datang. Padahal hati menunggu ada kepekaan. 

Hey, aku harus gimana? Udah sesak rasanya memendam sendirian, seolah ingin hancur berkeping dan tak bertuan. Aku sedih... serasa dilepaskan kemudian terserah apapun yang bisa dilakukan, lakukanlah...padahal energi sudah mulai menipis. Hey, aku cuma butuh sapaan. 

Haaah se-receh itukah keinginan. Apa hanya karena itu rasanya menjadi sakit tak bertuan. Bendungan sudah tak sanggup lagi menahan. Dada sudah terasa sesak...aku ingin bicara. Tapi, dengan siapa dan tentang apa? 

Allah...ingin kutautkan hati ini hanya padaMu. Ingin kukonsentrasikan segalanya untuk Mu. Tapi sakit ini adalah yang terparah yang pernah aku rasakan. Berasa patah hati karena ditinggal pergi
Read More

My Healing

Iya... aku lagi menghealing diri sendiri. Eh kok balik lagi ke sini? Ceritanya tu si domain yang ada .com nya belum diperpanjang. Gelo? Enggak terlalu sih, soalnya disana belum sebanyak tulisan disini. Terus akhirnya aku harus balik lagi kesini. Buat healing nya aku. Menjaga kewarasannya aku. Gimana ya, ternyata ekstrovert nya aku tuh nggak bisa kalau harus ngadep orang terus bilang panjang kali lebar tentang rasaku. ekstrovertnya aku tuh terlampiaskan dengan menulis dengan penuh enggak jelasan di blog ini wkwkwkwk

Beneran deh seirus, saat kita tu lagi galau penat dan rasanya hampa terasa, menulis itu membuat semuanya lebih tenang. Sebanarnya apasih yang mau aku ceritain tu? Wkwkwkwkwk nggak jelas banget kan aku hahhaha

Biasalah, drama di ujung tahun. Pengen ngitung apa aja capaian hidup. Eh rasanya nggak ada yang udah dicapai. Nggak ada prestasi membanggakan, belum ada kemampuan yang keren gitu. Eh udah ada, Ren! Itu, kamu jadi jago main canva dan terpaksa kudu nyari follower, hahahha. Iyasih lumayan ya. Terus ada lagi, kamu bisa ngutak atik web. Iya, kamu bisa buat web, pesen hosting, domain, yekan? Terus kemarin juga bisa buat akun youtube hahahhaaha. Meski bingung tu mau diisi apa. Kemarin juga sempet nyusup ikutan pelatihan buat video, eh kamunya bisa buat video pakai aplikasi. Bisa sedikit-sedikit buat video pakai powerpoint. Ya ampuuuun masih sedikit-sedikit semua yaaa. Bisa menghijaukan YOAST, eh tu kan kamu jadi kenal sama YOAST SEO. Udah banyak yang kamu pelajari tapi emang belum ada yang ekspert. Daaan ada satu lagi, bisa jadi host zoom. Hahahaha receh banget sih capaian akutuh.

Ada tambahan, punya pengalaman ketipu pembeli dan penjual. Apasih? Nggak bisa ya kita lupakan aja bagian ini. Iya, aku udah lumayan punya skill di bagian desain canva, buat video ala-ala, nulis dikit-dikit. Udah, ini dijadiin bekal aja di tahun berikutnya. Lumayan kan ada modal. Tinggal ditenananin mau yang mana.

Ya... bismillah, kamu pasti bisa. Tinggal habit keseharian nih yang perlu diubah. Eh, diperbaiki.

Habiskan buku yang udah numpuk, sebelum beli lagi yang banyak hahahah. Terus baca Al Qur'an yang agak bener, hafalan dikuatin lagi. Murojaah... yga sholihah-sholihah gitu. Perbaiki hubungan dengan Allah. Lakukan hidup sehat, healthy lifestyle, oke gaessss

Rumuskan produktif ala kamu. Tuliskan target skil yang ingin dikuasai. Capaian yang ingin didapatkan... Bismillah... ayo bismillah emaknya Nteb! Kuasai beragam skill dan jangan nanggung. Be ekspert!!! Yuuuuk semangatttt gaessssss.

Kamu tidak seburuk yang kamu pikirkan. Ingat, jangan pernah bandingkan capaianmu dengan capaian orang lain, karena proses yang kalian lakukan tidaklah sama. Do the best, lakukan yang terbaik. Masalah hasil mintalah kepada Allah. Do the best, give the best, get the best. Be the best version of you. Ingat, tidak semua orang menyukaimu tetapi bukan berarti tidak ada yang mencintaimu. Luruskan orientasi. Btw, jangan jadikan menulis sebagai target dan beban, jadikan menulis sebagi bagian dari kebiasaan. Ingat, jangan terbebani dengan apa yang akan kamu lakukan. Lakukan semua dengan ringan, biasakan...biasakan.

Terus bergerak. Meski kadang kamu akan bertanya, apa yang sudah aku berikan kepada negeri ini. Jika melihat orang lain, teman-teman lain sudha sangat bermanfaat. Sudahlah, bagus itu sebagai cambuk untuk kamu segera bergegas dan berbenah. Menjadi salah kaprah ketika hal itu menjadikanmu lemah dan terpuruk dalam rasa yang tak seharusnya.

Tegapkan badan, pandanglah hamparan bumi ini. Kamu akan memiliki titik sinar cerahnya sendiri. Tidak harus menjadi yang terbaik, tetapi lakukanlah hal paling baik yang kamu bisa. Buat standar suksesmu, buat standar produktifmu. Kamu bisa jika berusaha dan Allah mengijinkanNya.

Kamu mampu. Ubah semua mimpi dengan aksi nyata. Kamu akan melihat betapa dunia ini adalah jembatan menuju keabadian. Semuanya adalah mahar untuk memasuki pintu surgaNya. Allah bersama kamu. Seimbangkan semua, anakmu, keluargamu, mimpimu, semua butuh keadilanmu dalam bersikap dan memberikan ruang berfikir. Lakukanlah kewajiban sebagai seorang muslimah, lakukanlah tugas sebagai muslimah. Allah....Allah,
Read More

M A N T A N

Pas tadi liat-liat beranda efbi nemu status seseorang yang ngadain chalenge menulis tentang MANTAN. Em... aku mikirnya, aku punya mantam nggak ya? Wkwkwkwk. Kayaknya sih nggak ada yang mau jadi mantanku. Eh, tapi ini mantan apa ya? Definisi mantan kan banyak banget. Bisa mantan pekerjaan, mantan tetangga,antan cita-cita, mantan presiden. Wuah, bisa luas banget tuh kata mantan kalau dijabarin. Tapi pastinya yang kebayang pertama kali tuh mantan pacar. Uhuk keselek rambutam jadinya. Apalagi anak-anak zaman now, uwuu.



Okay, aku mau membicarakan tentang mantan sebagaimana bayangan pertama orang-orang. Ada dua hal yang terlintas yaitu, novel ayah Pidi Baiq dan hukum Newton. Jadi inget nasib tulisan terkait newton yang masih melambai lambai minta disentuh. Novel ayah Pidi Baiq tau kan ya? Itu..tu novel yang baru aja jadi film, pemainnya Iqbal Ramadhan. Huumh penulis novel Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea.



Tuh novel emang kerasa unfaedah sih sebenarnya tapi asyik buat dibaca. Lucu gitu ceritanya. Khas Pidi Baiq banget, kebetulan aku suka dengan gaya menulis beliau. Baca novel-novelnya itu ya..niatkan buat seneng-seneng aja. Lagian yang namanya hikmah kan nggak harus ditulis sama penulisnya. Pembaca juga kudu cerdas dalam memilih hikmah. Wkwkwk kerasa pembenarannya kalau baca tu novel juga biaa dapet hikmah.


Eh..eh, OOT nih aku.


Baca novel Dilan dan Milea itu membuat senyum-senyum sekaligus nyesek. Kan kayaknya klop banget gitu Dilan sama Milea. Pembaca pasti berharap mereka akhirnya jadi suami istri. Ternyata engaaak. Milea jadi istri seniornya Dilan, disisiaim Dilan masih berharap pada Milea. Meski udah nikah Milea masih selalu memikirkan Dilan. Ibarat kata mah si Dilan dan Milea tuh mantan terindah.



Apa yang dilakukan Milea, ketika dia menjadi istri seseorang dan tetal memikirkan mantannya itu bakal jadi prahara kalau suaminya tahu. Sedangkan bagi Dilan mah nggak masalah. Toh dia belum menikah. Tapi Milea? Sudah punya ikatan.



Ada sebuah istilah Sianida yang akan menjadikan racun dalam kenikmatan kopi pernikahan. Seharusnya, setelah dia menikah dia melupakan Dilan dengan segala rayuannya. Segala sikapnya. Meski itu sulit.



Nah buat kalian yang udah nikah dan punya mantan bisa milih dua sikap nih.


Pertama, buanglah mantan pada tempatnya. Jika kalian meyakini berkomunikasi dengan mantan akan menjadikan sianida dalam pernikahan kalian maka, membuang mantan adalah cara paling tepat. Huum, kudu belajar hukum 2 Newton biar bisa cepetan move on. Lagi pula, sebenarnya bin sesungguhnya pas kalian yakin nikah sama orang lain artinya sudah bisa move on dari tu mantan. Orang dewasa pastilah menikah buat ibadah buakn buat pelarian, kan? Nah, jangan sampai ke-move on-an itu ternyata bergerak ke belakang saat intens komunikasi dengan mantan.



Kedua, tetap jalin komunikasi. Nahh, ini buat kalian yang yakin kalau punya benteng yang amat kuat. Bahwa si mantan telah menempati ruang sendiri dan kalian sepenuhnya menyadari bahwa orang yang dihadapan kalian adalah orang yang siap memperjuangkanmu. Jarang loh orang yang bisa kek gini.



Alasan putus juga macam-macam. Ada karena nggak asik, salah paham, perselingkuhan, atau akibat restu. Kalau putusnya baik-baik, buat tetep nganggep dia temen tuh bisa dibilang mudah. Tapi, kalau putusnya itu juga menorehkan luka untuk bisa melakukan hal kedua ini wow. Kenapa? Karena dia telah berhasil mereduksi segala sakit hati, kemudian menjadikan dia teman dan merangkum dalam balutan kemaafan. Melupakan bahwa dia orang yang tak pernah menyakiti. Ada nggak ya tipe yang ini? Hahahaha.



Eh bisa juga ya, sama mantan tuh benci setengah spasi. Karena terlalu dalam menyakiti. Sebelum nikah dengan orang lain semua media komunikasi udah diblokir. Benar-benar ingin mempunyai dunia baru. Mengubur rapat-rapat si masa lalu. Biar nggak menimbulkan DBD #nggak nyambung nih.



Okay well, begitu tulisan nggak nyambung ngalor ngidul. Semoga bisa jadi hiburan buat kalian barisan para mantan. Ingat loh ini mantan beneran bukan mantan boongan. Nyambung enggak, diakhiri juga enggak eh tetiba nyebut orang lain mantan kan aneh.



Tulisan ini kudedikasikan buat orang yang beneran punya mantan. Nggak cuma persepsi dia aja kalau dia punya mantan.


Hahahaha, betapa mbuletnya my bahasa.


Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.