Umur manusia dulu, kini dan nanti...,


Ada sebuah pertanyaan yang cukup menarik saat kos di semarang. Pertanyaannya sangat bisa kalu dijwab ya..itu takdir dan kehendak Allah he..., Pertanyaannya itu adalah: mengapa usia Nabi dan umat sebelum nabi Muhammad lebih lama dibandingkan usia nabi Muhammad dan umatnya? Terus kenapa ukuran tubuh manusia jaman dulu lebih tinggi daripada kita? apa mungkin di masa depan manusia akan di isi ma manusia 'cebol'. Eh, ternyata pertanyaan nya dua ya...kok baru nyiapin jawaban buat pertanyaan pertama ya. Em....untuk di artikel kali ini baru akan membahas kenapa sih usia manusia jaman dulu lebih lama?. Penjelasan ini bukan menggunakan alasan makanan, pola hidup dan kawan-kawannya, teapi secara Fisikanya gimana.
Jadi begini dalam satu tahun, terdapat 365 hari pada tahun biasa atau 366 pada tahun kabisat yang terjadi setiap 4 tahun sekali (Bulan Februari memiliki 29 hari, bukan 28 hari). Nah, dari hari-hari dalam satu tahun itu, mungkinkah jika suatu ketika, satu hari lebih lama dibandingkan hari-hari biasa pada waktu sekarang? Jawabannya mungkin. Saya pernah membaca berita yang berhubungan dengan jam atom yang ada di Inggris, para ahli mereka menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk berputar dalam satu hari itu semakin lama semakin bertambah yang angkanya amat sangat kecil jika dibandingkan dengan waktu 24 jam, sehingga diabaikan. Pertambahannya yang kecil itu memang belum bisa dianggap besar jika kita rasakan sekarang, karena memang yang menjadi pembanding adalah waktu dalam satu hari. Namun, bagaimana jika kemudian diakumulasi hingga ratusan bahkan ribuan tahun ke depan (jika dunia belum kiamat). Pastinya pertambahan waktu perhari itu akan sangat besar jumlahnya. Bisa jadi, dalam satu hari, bukan 24 jam saja, dengan semakin lambatnya waktu, sehari bisa 25, 26, atau mungkin 30 jam. Wallahu a’lam.
Nah, jika saya menganggap umur manusia telah ditetapkan waktunya, anggap saja 63 tahun (saya samakan dengan usia Rasulullah saw.), jika usia itu dibawa ke ukuran masa depan, yang satu harinya bisa 25 sampai 30 jam, pastinya jika dihitung, usia seseorang tidak akan sampai 63 tahun. Misalnya saja saya anggap dalam satu hari 30 jam (ini untuk memudahkan Anda melihat perbedaan). Dan dalam satu tahun ada 365 hari, seperti biasa. Maka dapat kita hitung : Umur yang telah ditetapkan (63 tahun) x hari dalam satu tahun (365 hari) x jam dalam satu hari (24 jam) = 551.880 jam. Dan untuk menghitung berapa tahun umur kita di masa depan : Jumlah jam yang telah tetap (551.880 jam) dibagi jumlah jam dalam satu hari (30 jam) dibagi jumlah hari dalam satu tahun (365 hari) = 50,4 tahun!
Dari sini bisa ketahui bahwa jika dibandingkan dengan tahun sekarang, orang yang ditakdirkan meninggal pada usia 63 tahun, jika di’geser’ waktunya menjadi waktu di masa depan, maka ia hanya akan memiliki waktu 50,4 tahun, karena dalam satu hari, waktu berjalan lebih lambat, yaitu 30 jam. Anda bisa bermain-main menggunakan angka jam yang berbeda, tetapi yang jelas semakin lama, waktu yang berjalan semakin lambat.
Tetapi hal ini masih memiliki misteri yang belum terpecahkan. Beberapa diantaranya adalah :
  1. Bagaimana Allah swt. menetapkan umur seseorang. Sungguh saya berdoa agar saya terhindar dari sesuatu yang merembet ke musyrikan dan ketamakan. Karena sungguh saya dan setiap manusia, termasuk rasulullah saw.tidak akan pernah ada yang tahu rahasia takdir dan umur seseorang, kecuali Allah swt. dan para malaikat yang membawa pesan.
  2. Bahwa menurut beberapa ulama’ pengertian dari bertambahnya usia seseorang karena menyambung bersilaturahmi adalah pengertian secara nyata, bukan kiasan. Saya tidak tahu apakah hal ini benar atau tidak, karena rahasia umur memang hanya Allah swt. saja yang mengetahui secara benar, karena Dialah Sang Pencipta manusia.
  3. Bagaimana sistem perhitungan dan pewaktuan di masa depan (terutama dalam satu hari), apakan tetap menyesuaikan dengan ketentuan bahwa waktu satu hari adalah 1 kali siang dan 1 kali malam, ataukah akan ditetapkan waktu satu hari sepanjang 24 jam atau ketentuan lain. Ini hanya bisa kita ketahui jika kita ke masa depan. Sedangkan entah apa benar mungkin kita bisa menjelajahi waktu. Wallahu a’lam.
Dan berikut ini beberapa hal pendukung yang pernah saya dapatkan :
  1. Bahwa para ahli geologis dan arkeologi menyimpulkan bahwa pada saat dunia dipenuhi oleh dinosaurus, dunia ini berputar lebih cepat, sehingga dalam satu hari itu hanya akan berlangsung selama 6 jam saja!
  2. Bahwa ada kenyataan yang telah dijelaskan para ahli geologis dan arkeologi bahwa pada jaman dahulu kala, bumi pernah ditabrak oleh satu benda langit yang cukup besar, sehingga akhirnya bumi berubah sumbunya (poros), dan berotasi dengan sangat cepat.
Wallahu a’lam.
Read More

Setetes Embun,

"Embun pagi..
kepadanya kutitipkan salam untuk matahari
kutenangkan diri dalam balutan sejuk pada tiap tetesan,
embun pagi..
kutemukan engkau dalam cantik kuncup bunga
aku akan merindumu kembali sesaat setelah kau hilang bersama dengan naiknya sang mentari...,"

em...sekarang kita akan membahas tentang bagaimanakah embun itu menjadi ada, bukan sekedar kitamencintai embun tapi ga mau mengenal darimana dia bersal,

Mengembun adalah proses fisika dimana air dalam wujud gas melepaskan panasnya sehingga menjadi zat cair. Di siang hari benda-benda menyerap panas dari matahari. Udara yang panas ini akan menahan uap air. Sedangkan di malam hari benda-benda kehilangan panas. Udara yang lebih dingin tidak dapat menahan uap air sebanyak udara yang lebih hangat. Kelebihan uap air itu kemudian berubah menjadi embun dan melekat di atas benda-benda yang dilewatinya.

Embun terbentuk dengan baik pada malam hari yang cerah dan tenang. Ketika angin bertiup, udara tidak cukup waktu untuk bersentuhan dengan benda-benda dingin. Embun menguap ketika matahari bersinar. Matahari memanaskan tanah dan kembali menghangatkan udara. Udara yang lebih hangat dapat menahan uap air lebih banyak, dan embun menguap ke dalam udara ini.

Bila embun yang terbentuk kemudian membeku, maka hal ini disebut sebagai embun beku atau embun putih. Embun beku adalah sebuah pola dari kristal-kristal es yang terbentuk dari uap air di atas rumput, daun, dan benda-benda lainnya yang berada di dekat tanah. Embun beku terbentuk terutama pada malam yang dingin dan tak berawan ketika suhu udara turun di bawah 0 derajat Celcius yakni suhu titik beku air. Ne gambar embun bekunya:




 
Read More

Langit...,(bag 3)


1. Waktu Sholat Subuh
Suka perhatiin ga, kalau waktu selepas subuh apalagi menjelang siang, warna langit itu (kalau cerah) berwatna biru yang diselingi dengan merah (orange) yang dihasilkan oleh sinar mentari yang mau terbit.
Dalam islam tidur setelah subuh itu ga boleh karena akan ketinggalan rizki. Seperti Sabda Rasulullah,
Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi harinya
(HR. Abu Dawud no. 2606, Tirmidzi no. 1212, Ibnu Majah no. 2236, shahih At-Targhiib waTarhiib no, 1693)

Selain itu, mengapa kita tidak dibenarkan tidur selepas subuh adalah karana warna biru mempertenagakan kelenjar tyroid. Bila kelenjar tyroid kita lemah seseorang itu akan mengalami masalah kehausan sepanjang hari.
Pada Waktu Subuh Alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh. Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahasia yang berkaitan dengan rizki dan komunikasi. Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rizki.
Ini karena tenaga alam yaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang mesti berlaku dalam keadaan roh dan jasad dalam keadaan tidur dalam arti kata lain lebih baik terjaga daripada tidur. Disini juga dapat kita ambil hikmah untuk solat di awal waktu.
Bermulanya saat azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonansi pada waktu rukuk dan sujud. Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenar sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.

2. Waktu Sholat Dzuhur
Ketika ini warna kuning mendominasi atmosfera. Mengurangi makan pada waktu kuning (siang hari) ialah amalan yang terbaik untuk menjaga supaya pemikiran menjadi kreatif, tajam, dan peka. Ini adalah mengapa kita amat digalakkan untuk melakukan puasa sunah Senin dan Kamis untuk menggurangi beban kerja organ pencernaan.
Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Warna kuning ini mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang- ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya.

3. Waktu Sholat Ashar
Kemudian warna alam akan berubah kepada warna orange, yaitu masuknya waktu Ashar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovarium dan testis yang merangkumi sistem reproduktif.
Rahasia warna orange ialah kreativitas. Orang yang kerap tertinggal Asar akan hilang daya kreativitasnya dan lebih malang lagi kalau di waktu Asar dipakai buat tidur.

4. Waktu Sholat Magrib
Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga kerana mereka beresonansi dengan alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dahulu pada waktu ini (solat Maghrib dulu). Rahasia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, frekuensi otot, saraf dan tulang.
Tahukah anda bahwa warna merah yang dipancarkan oleh alam ketika itu mempunyai resonansi yang sama dengan jin dan syaitan. Kita lebih baik untuk berada di dalam rumah pada waktu magrib ini.

5. Waktu Sholat Isya
Apabila masuk waktu Isya, alam berubah ke warna merah dan seterusnya memasuki fasa Kegelapan. Waktu Isya ini menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian dimana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak.
Mereka yang kerap ketinggalan Isyanya akan selalu berada dalam kegelisahan. Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam dimana keseluruhan sistem tubuh berada dalam keadaan relax / istirahat.


Read More

Langit...(bag 2)



Jika sore telah tiba dan kebetulan hari cukup cerah, tidak ada salahnya kalau kita mengarahkan pandangan ke ufuk barat. Sebuah pemandangan indah sedang dipertontonkan Allah untuk setiap hamba-Nya, yakni langit yang berwarna jingga kemerah-merahan. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan dan kerap kali membuat kita semakin menyadari betapa luar biasa sang pencipta. Dialah yang menciptakan langit dan bumi, siang dan malam dengan segala keindahan dan keistimewaan yang menyertainya. Namun pernahkah kita bertanya, apakah ada penjelasan ilmiah mengapa langit berwarna jingga ketika sore hari?
Setelah pada bagian sebelumnya kita mengkaji mengapa langit berwarna biru, kini kita akan coba mengembangkan kajian tentang “mengapa langit di ufuk barat nampak berwarna jingga ketika sore hari menjelang magrib?” Persoalan ini masih ada hubungannya dengan kajian langit biru di siang hari.
Sebelum ini telah diketahui bahwa, pada siang hari ketika cahaya putih melewati atmosfer maka cahaya putih tersebut akan mengalami hamburan. Yakni, cahaya biru dan ungu (karena memiliki frekuensi paling tinggi di antara warna-warna yang lain) akan dihamburkan lebih banyak daripada warna merah, jingga, dan kuning. Pertanyaannya, lalu apa yang terjadi dengan warna merah, jingga dan kuning tersebut? Bagaimana nasibnya? Kemana ia pergi?
Nah…jawaban dari pertanyaan ini akan membawa kita pada pemahaman mengapa langit di ufuk barat tampak berwarna jingga pada sore hari menjelang magrib. Kenapa demikian? Ya…karena ketika warna biru dan ungu sudah lebih banyak dihamburkan, maka warna-warna dengan frekuensi kecil seperti merah, jingga, dan kuning tetap bergerak lurus melewati atmosfer. Akibatnya, pada belahan bumi yang lebih timur, orang sudah tidak lagi dapat melihat warna biru dan ungu karena sudah dihamburkan. Saat itu, orang pada belahan bumi yang lebih timur hanya akan melihat “sisa” warna yang belum terhamburkan. Siswa warna yang masih ada adalah percampuran antara merah, jingga, dan kuning. Itulah sebabnya mengapa langit tampak berwarna merah ketika sore hari.
Secara lebih deskriptif, Gambar berikut barangkali akan lebih memperjelas pemahaman kita.

Gambar 1. Peristiwa Hamburan Cahaya (di ambil dari http://www.math.ucr.edu/home/baez/physics/General/BlueSky/blue_sky.html)
Sebagai permisalan ada dua orang A dan B. Masing-masing berada pada belahan bumi yang berbeda. A sedang berada di suatu belahan bumi yang sedang mengalami siang hari, sedangkan B berada lebih timur dari A dan oleh karenanya ia telah memasuki waktu sore hari.
Matahari akan meradiasikan cahaya putih dalam arah lurus seperti pada Gambar 1. Jarak antara A dengan matahari lebih pendek jika dibandingkan B yang sudah masuk sore hari. Pada jarak yang pendek tersebut cahaya putih dari matahari akan mengalami hamburan terutama untuk warna biru dan ungu karena berfrekuensi tinggi. Peristiwa ini, seperti yang telah di bahas sebelumnya, menyebabkan si A akan melihat bahwa langit berwarna biru. Namun pada jarak yang lebih jauh, yakni bagi si B, ia sudah tidak lagi bisa melihat warna biru. Hal ini karena sebagian besar warna biru telah dihamburkan di belahan bumi yang sedang siang hari. Oleh karena itu, tinggal warna merah, jingga dan kuning saja yang masih diteruskan sampai ke mata si B. Itulah sebabnya, kenapa sore hari langit cenderung berwarna jingga kemerah-merahan.
Tapi jangan lupa, setelah kita lihat indahnya ufuk barat di sore hari, segera ambil air wudlu, datang ke masjid, kita agungkan kebesaran Allah. Semoga bermanfat.

Read More

Langit, (bag 1)


Sangat suka dengan senja, sangat suka dengan birunya langit. Jadi teringat pesan seorang dosen saat kuliah dulu...kalau mau memahami sains jadilah seperti anak kecil atau bisa juga seperti 'wong ndeso'. Misal kita liat langit sempet ga sih kepikiran kenapa langit berwarna biru dan kenapa berwarna merah atau jadi gelap saat malam. Jawaban "sudah takdir" kadang menumpulkan sisi keilmiahan yang kita punya. Semua pasti ada alasannya.
Oke, untuk yang pertama kita akan sedikit mengulas tentang alasan kenapa langit berwarna biru. Di salah satu sumber yang ane dapetin untuk membahas masalah ini kita perlu memahami terlebih dahulu tentang atmosfer dan karakter cahaya.
Hal ini mengingat fenomena langit berwarna biru melibatkan kedua komponen tersebut. Cahaya yang datang dari matahari akan mengalami hamburan ketika melewati partikel yang mengisi atmosfer. Tanpa atmosfer, maka langit kita akan gelap sepanjang hari. Hal ini karena tidak ada molekul yang dapat menghamburkan cahaya ke berbagai arah. Dalam keadaan semacam itu, bintang dapat dilihat di siang hari dan cahaya matahari dapat dilihat hanya jika kita melihatnya secara langsung. Keadaan ini persis sama dengan keadaan dari berbagai planet lain di tata surya matahari yang tidak memiliki atmosfer.

ATMOSFER
Atmosfer merupakan percampuran dari berbagai gas dan molekul yang melingkupi permukaan bumi. Komponen utamanya adalah gas nitrogen (78%) dan oksigen (21%). Selebihnya, atmosfer terisi oleh gas argon, air (baik dalam bentuk uap air maupun kristal es), dan berbagai partikel padat seperti debu, partikel-partikel sisa pembakaran (polutan), dan juga garam (terutama untuk daerah di atas permukaan laut).
Komposisi atmosfer bervariasi tergantung lokasinya.  Pada daerah permukaan laut, atmosfer banyak mengandung air dan garam. Pada daerah industri, atmosfer akan banyak diisi berbagai partikel sisa pembakaran. Kerapatan atmosfer juga bervariasi menurut ketinggiannya. Daerah dasar atmosfer memiliki tingkat kerapatan yang paling tinggi. Nilainya akan terus menurun dengan pertambahan ketinggian atmosfer.
CAHAYA
Cahaya merupakan energi yang diradiasikan melalui suatu gelombang. Gelombang yang dimaksud adalah gelombang elektromagnetik (gelombang em). Dinamakan seperti itu karena gelombang tersebut dibangun oleh getaran medan listrik dan medan magnet secara serentak secara saling tegak lurus. Arah perjalanan gelombang untuk masing-masing medan dapat ditunjukan pada Gambar 1.


Gambar 1. Konfigurasi Gelombang EM 
Cahaya tampak yang terdiri dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu hanyalah sebagian kecil dari radiasi gelombang em. Masing-masing warna memiliki panjang gelombang dan frekuensi yang khas. Artinya, warna suatu cahaya tergantung pada nilai panjang gelombang dan frekuensinya. Panjang gelombang dan frekuensi memiliki nilai yang berkebalikan, warna dengan frekuensi tinggi berarti memiliki panjang gelombang yang pendek. Semakin tinggi frekuensi, semakin besar energinya. Berdasarkan Gambar 2, warna merah memiliki panjang gelombang yang paling panjang , artinya ia memiliki frekuensi yang paling rendah dan dengan demikian energinya juga paling rendah jika dibandingkan dengan cahaya tampak yang lain.

Gambar 2 Spektrum Warna
Jika matahari meradiasikan seluruh panjang gelombang cahaya tampak (Mejikuhibiniu), mengapa yang kita lihat matahari berwarna putih? Yap..cahaya putih yang kita lihat tersebut sebenarnya tersusun dari keseluruhan cahaya tampak yang ada. Artinya, jika seluruh warna pada cahaya tampak bergabung menjadi satu, maka yang terlihat adalah warna putih. Kita dapat memecah warna ini dengan cara melewatkannya di suatu prisma kaca. Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh newton, ia melewatkan cahaya putih pada suatu prisma, ternyata pada ujung perjalanannya cahaya putih telah berubah menjadi susunan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Peristiwa ini dikenal sebagai dispersi cahaya.
Gambar 3. Dispersi Cahaya

HAMBURAN CAHAYA
Ketika cahaya putih (yang di dalamnya terkandung mejikuhibiniu) diradiasikan dari matahari dan melewati atmosfer, maka cahaya putih tersebut akan mengalami beberapa peristiwa. Pertama, cahaya tersebut akan diserap oleh berbagai molekul yang mendiami atmosfer. Kedua, setelah diserap cahaya tersebut akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Peristiwa inilah yang kita sebut sebagai hamburan cahaya. Pada peristiwa penyerapan bisa dibilang tidak ada sesuatu yang menarik. Namun pada saat cahaya dilepas dari molekul, muncul suatu fenomena yang menarik untuk dianalisis. Ternyata cahaya dengan energi yang besar (frekuensi besar) akan diradiasikan lebih banyak daripada cahaya dengan energi rendah (frekuensi rendah). Melalui analisis yang detail diperoleh hubungan bahwa jumlah energi yang diradiasikan pada peristiwa hamburan adalah sebanding dengan pangkat empat frekuensinya. Sehingga jika diketahui panjang gelombang ungu adalah 400 nm dan merah adalah 700 nm, maka perbandingan pangkat empat frekuensi kedua cahaya (Ungu : Merah) dapat dihitung sebesar (700 nm/400 nm)^4 dan diperoleh 9,4. Artinya cahaya ungu diradiasikan 9 kali lebih banyak daripada cahaya merah. Itulah sebabnya pada siang hari kita tidak melihat langit berwarna merah, melainkan biru. Tapi mengapa biru? Bukankah ungu memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan oleh karenanya semestinya paling banyak diradiasikan? Mengapa langit tidak berwarna ungu?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melibatkan ilmu tentang mata sebagai alat indra yang digunakan untuk melihat. Di dalam retina mata terdapat tiga reseptor warna, yakni reseptor merah, biru, dan hijau. Masing-masing reseptor sensitif untuk masing-masing warna. Sehingga ketika ada beberapa warna mesuk ke retina secara bersamaan, maka masing-masing warna akan ditangkap oleh reseptor yang sesuai.
Nah..pada peristiwa hamburan cahaya, berdasarkan nilai frekuensinya maka warna biru dan ungu adalah warna yang paling banyak dihamburkan. Namun langit tampak berwarna biru karena di dalam retina terdapat sel reseptor biru yang lebih sensitif untuk menangkap warna biru ketimbang ungu. Akibatnya, kesan warna yang paling dominan untuk dilihat adalah biru.

http://shobru.wordpress.com
Read More

Kabut...


Kabut adalah titik-titik air yang sangat kecil yang melayang di udara. Titik air tersebut merupakan hasil kondensasi dari uap air yang terapung di atmosfer dekat permukaan tanah (kondensasi merupakan proses perubahan bentuk dari zat padat/gas menjadi cair). Kabut mirip dengan awan, bedanya awan tidak menyentuh permukaan bumi sedangkan kabut menyentuh permukaan bumi. Biasanya kabut terjadi di daerah dingin atau dataran tinggi. Namun, di musim hujan seperti ini biasanya pembentukan kabut cenderung merata, baik di dataran tinggi ataupun dataran rendah. Hal ini disebabkan oleh kelembaban udara saat hujan lebih dibandingkan di musim panas serta hawa dingin yang merata di hampir seluruh wilayah. Menurut istilah yang diakui internasional, kabut adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.
Syarat terjadinya kabut adalah bercampurnya udara yang sejuk dengan udara yang lebih hangat sebagai akibat dari adanya aliran udara. Ketika aliran udara rendah, proses pendinginan uap air berlangsung di atas permukaan tanah. Saat aliran udara meningkat secara drastis, poses pendinginan berlangsung di tempat yang tinggi dan membentuk awan. Pencampuran antar udara dingin dan udara hangat ini dibantu oleh tiupan angin sehingga membentuk kabut. Jika udara berada di atas daerah perindustrian, udara itu mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut berasap, campuran yang mencekik dan pedas yang menyebabkan orang terbatuk. Di kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap fotokimia oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan mata dan merusak paru-paru. Seperti hujan asam, kabut berasap dapat dicegah dengan mengehentikan pencemaran atmosfer.
Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab, tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30º C dapat mengandung uap air sebangyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20º C udara hanya dapat menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut. Nah, udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Untuk mencapai kejenuhan udara dapat melalui beberapa proses,yaitu:
1.    Pendinginan Peristiwa pendinginan suhu udara yang memungkinkan untuk meningkatkan kejenuhan udara di antaranya di sebabkan karena adanya radiasi di bumi mengalami pedinginan yang berlangsung sepanjang malam sehingga lapisan udara dekat permukaan tanah akan menjadi lebih dingin dari lapisan udara di atasnya dan dalam keadaan angin yang lemah, pendinginan banyak terjadi pada lapisan udara yang tipis, maka karena lapisan di atasnya lebih panas, mengakibatkan timbulnya suatu inversi permukaan yang juga tipis.
2.    Adveksi udara secara horizontal Terjadi bila udara lembab bergerak di atas permukaan laut atau tanah yang lebih dingin dari suhu udara yang bergerak,maka kejenuhan udara akan naik.
3.    Gerakan vertikal udara Akibat adanya radiasi matahari yang sangat kuat pada permukaan bumi akan mempengaruhi udara di atasnya untuk terjadinya proses konveksi. Dengan adanya kenaikan udara akan terjadi pendinginan udara secara adiabatis, sehingga menaikkan kejenuhan udara di atmmosfer.
4.    Penambahan uap air Penguapan terjadi dari permukaan yang panas atau dari permukaan yang dingin. Jika air suhu cairan(liquid water) lebih tinggi dari suhu udara, maka penguapan akan berlangsung terus hingga mencapai keseimbangan sehingga tekanan uap jenuh pada suhu titik embun (ed) sama dengan tekanan uap jenuh pada suhu cair cairan (℮s) yang ini lebih besar dari tekanan uap jenuh pada suhu udara (℮a) kemudian uap air berkurang karena berkondensasi pada inti kondensasi dan kabut terbentuk bila es>ea sedangkan penguapan berhenti pada saat ℮d = ℮s < ℮a. Pada kondensasi ini atmosfer akan di tambah oleh penguapan butir-butir hujan panas yang jatuh melalui udara yang dingin sehingga menghasilkan kabut.

Berdasarkan proses terbentuknya kabut dibagi menjadi enam jenis yaitu:
1.    Kabut Radiasi (Radiation Fog). Terjadi bila udara lembab bersinggungan dengan permukaan tanah yang lebih dingin akibat radiasi bumi pada malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat permukaan tanah. Kedalaman inverse tergantung pada besarnya turbuensi. Pada keadaan angin tenang (calm) percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat dibawah lapisan inversi yang sangat dangkal atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah, mungkin hanya menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (frost). Kondisi udara pada malam hari yang sangat menguntungkan untuk terbentuknya kabut:
·      anginnya lemah
·      langit cerah atau sedikit berawan
·      Rh yang relatif tinggi (80-100 %)
·      kondisi tanah serta lingkungan basah.

2.    Kabut Adveksi (Advection Fog). Terjadi akibat adanya gerakan udara yang panas dan lembab keatas permukaan yang ingin. Udara akan didinginkan dari bawah dan inverse permukaan terbentuk pendindinan lebih lanjut di lapisan inversi akan menurunkan suhu udara sampai di bawah titik embun, sehingga proses-proses kondensasi akan menghasilkan kabut. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kabut adveksi:
·   Udara yang bergerak panas dan lembab
·   Terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga terbentuk inverse di permukaan.
·   Kecepatan anginya sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahaankan dan percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.

3.    Kabut Uap (steam fog). Terjadi karena adanya penguapan yang kuat dari permukaan air panas yang bercampur kedalam udara yang lebih dingin dan akan mengakibatkan terjadinya kondensasi yang lebih cepat terhadap uap air tersebut. Selanjutnya uap jenuh tersebut akan mengisi udara dibawah lapisan inversi sebagai uap. Karena proses ini mengakibatkan pemanasan yang kuat serta penambahan uap kondensasi dari bawah, maka inversi yang kuat harus terbentuk beberapa jauh diatas permukaan. Untuk mencegah patikel-partikel kabut agar tidak menghambur kedalam udara yang lebih kering lagi kaut ini seperti bentuk awan-awan cumulus saja dengan basis di air, dan sering terdapat ruangan yang cerah dibawahnya.Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahankan dan percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.

4.    Kabut Lereng (Upslope Fog). Terjadi jika udara lembab naik secara lambat sepanjang lereng pegunungan sehingga akan mengalami pendinginan secara adiatik. Pada ketiggian tertentu udara yang dingin tersebut akan mengkondensasi sehingga terbentuk kabut. Jika naiknya udara lembab tersebut terlalu cepat akan terjadi turbulensi konvektif, yang menyebabkan terjadinya kondensasi pada lapisan yang lebih tinggi, sehingga akan terbentuk awan stratus.

5.    Kabut Tekanan (Barometrik Fog). Terjadi jika distribusi tekanan suhu diatas mengalami perubahan yaitu suatu lapisan udara lembab pada permukaan mengalami penurunan tekanan barometrik, hasil pendinginan adiabatik dapat menghasilkan kondensasi. Kejadian kabut ini sering terbentuk di lembah – lembah atau basin yang berisi udara tetap.

6.    Kabut Percampuran (Mixing Fog). Terjadi jika udara yang lembab panas bertemu dengan udara lembab yang dingin, maka percampuran di daerah pertemuan dapat menghasilkan penjenuhan dan kondensasi. Jika pencampuran ini terjadi di permukaan tanah dapat menghasilkan mixing fog. Umumnya terjadi di daerah front antara dua massa udara maritim.
   
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.