Review Buku Insecurity is My Midle Name



 Ini buku sudah lama banget ku incer. Tepatnya setelah salah seorang selebgram dan penulis buku (Larissa) membuat SG daftar isi buku ini. Sampai aku screenshoot segala wkwkwk. Melihat daftar isinya tertarik gitu, seperti merasa wah... cocok ini, sepertinya bisa buat bahan konten yang pas dengan anak muda. Setelah membaca, eh... malah cocok juga buat aku yang kadang terserang badai insecurity. Jadi sebenarnya nyari buku ini karena mau buat bahan konten atau karena emang aku insecure? Beda tipis ini kayaknya mah hahaha.


Kak Alvi Syahrin dengan sangat apik mengemas setiap kalimatnya. Berasa banget kita lagi ngobrol sama beliau. Terus pas kita ngeles sebuah pernyataan, eh dianya juga udah ngasih jawaban di lembar berikutnya. Ini penulisnya membuat sesuai pengalaman pribadi atau cenayang sih? Ngerti amat sama yang ada dalam hati pas membacanya.


Good Looking

Pembahasan yang dilakukan pun runtut dan kita bakal di ajakain buat ber-oia juga sih- sama buku ini. Pertama fokus pembahasan ada pada diri sendiri. Insecure yang datangnya dari diri sendiri. Mulai dari penampilan fisik sampai dengan skill atau kemampuan. Banyak banget sih ini orang disekitarku yang insecure dengan penampilannya. Merasa ga good looking gitu. Ini menjadi masalah karena lingkungan pergaulannya yang seolah tidak bisa menerima keberadaannya sebagai manusia yang ga good looking. Apalagi ada pemikiran bahwa hanya yang good looking yang bakal banyak diterima di tengah masyarakat. Hanya yang good looking yag berhak bahagia dan dicinta #eaa. Lemak dan jerawat seolah menjadi penghalang untuk dapat bersosialisasi sampai dengan mendapatkan pekerjaan. Nah, disini kita akan diajakin untuk ga terlalu pusing dengan hal ini. Konon kalau ada yang masih fokus pada penampilan kita saja tanpa memperhatikan faktor lain tandanya lagi ketemu orang yang dangkal plus ga tulus. Dia hanya melihat casingnya saja. Padahal casing bukanlah jaminan kualitas sebenarnya. Attitiude, skill, kecerdasan emosi, dan sejenisnya dapat membantu kita nampak cantik dalam artian berbeda. Perlu digali lagi sih sebenarnya, orang tidak mau menerima kita karena penampilan kita atau karena yang lainnya? 


Makanya, kita kudu fokus untuk mengembangkan diri. Jangan terlalu memikirkan masalah glow up tetapi lupa buat grow up. Allah itu sudah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Tidak ada satupun makhluk Allah yang diciptakan dengan sia-sia. Sama dengan kita yang kadang merasa hidup tidak berguna. Ibarat kata mah, udah merasa ga good looking merasa ga punya kemampuan pula. Ditambah kita hanya sibuk mikirin kekurangan tanpa melakukan apa-apa. 


Masa Depan

Hey! Jangan mengkambinghitamkan mood atas kemalasan yang dimulai. Ngerti sih, sadar sih tapi magernya ga produktif banget. Ga masalah sih rebahan di kasur mainan HP tapi dia dalam rangka belajar skill tertentu.Jangan karena lulusan kampus tak tenar jadi merasa masa depan suram. Jangan karena sekarang masih di level gini-gini aja dan melihat teman-teman sudah wow lalu kita pasrah. Lalu muncul pembenaran, tuh bener kan masa depanmu pasti suram. Semakin merasa tidak memiliki passion sama sekali. Hidup kok berasa tidak punya keahlian atau skill yang berguna.


Pembahasan mengenai  skill dalam buku ini menjadi bagian cukup menohok sih buat aku. Bukan karena merasa ga punya skill, tapi merasa bisa banyak hal tapi ga ada yang ekspert (hahaha rada sombong). Membaca buku ini menjadi diingatkan untuk memilih satu skill yang akan dipelajari dengan benar dan penuh kesungguhan. Bahkan pada sesi pembahasan mimpi, sesuatu yang nampaknya abstrak dan jadi takut melakukannya karena seringnya gagal pun diulas dan rasanya dapat penyelesaian setelah membaca buku ini. Katanya, ga mungkin orang itu ga punya cita-cita. Pun, ketika kita ragu sebenarnya kita pasti punya mimpi tertinggi yaitu, masuk surga. Uhhh berasa habis ngomongin dunia dibuat adem buat ingat akhirat. Tapi, memang disetiap akhir bab pembahasan pasti endingnya kita diingatkan bahwa ada Allah, bahwa standar sukses versi Allah, tentang ukhrowi. Semakin lama membaca buku Insecurity is My Midle Name berasa lagi baca di bawah pohon aja, adem gitu.


Bagian paling inget tentang mimpi tu, cobalah bermimpi dari hal kecil tetapi mendukung mimpi yang besar. Misal, bermimpi menjadi penulis best seller. Nah, biar nggak merasa berat banget nih, kita disarankan buat bermimpi menulis konsisten setiap seminggu sekali pada hari tertentu. Jumlah tulisan pun nggak langsung seribu, sebaris dua baris dulu. Yang penting terlaksana.


Kebanggaan Orang Tua

Kebanggaan orang tua terhadap anak juga sering menjadi part yang cukup "menyiksa" batin. Apalagi saat sudah merasa tidak bisa membanggakan plus menjadi beban orang tua. Biasanya terjadi karena ada harapan orang tua yang tidak mampu kita wujudkan. Atau karena adanya mimpi yang berseberangan antara kita dengan orang tua kita (aku banget hahaha). Jurang pemisah perbedaan itu akan semakin dalam dan lebar jika dibarengi dengan komunikasi yang tidak baik. Bisa jadi saat kita mati-matian berusaha mewujudkan impian kita, orang tua menilai jika kita sedang bermalas-masalan di kamar. Padahal kamar merupakan medan perjuangan mewujudkan impian, menambah skill dan belajar banyak hal. Tetapi, karena tidak dikomunikasikan yang terjadi adalah salah paham. 


Komunikasikan apa yang sedang kamu lakukan. Bedialoglah dengan baik. Sampaikan bahwa apa yang sedang kamu kejar juga akan memebrikan dampak seperti harapan mereka. Jangan biarkan terlalu lama jurang kesalahpahaman itu menganga. Bahkan dalam buku ini kita juga diminta membayangkan bagaimana harapan saat sudah menjadi orang tua kepada anaknya. Kalau mampu melakukan hal tersebut akan membuat lebih memahami keinginan dan perasaan kedua orang tua.


Penutup

Bener banget kata film India Three Idiot... terkadang kita sedih dengan kegagalan yang dicapai oleh teman kita, tetapi lebih menyakitkan ketika mengetahui teman kita jauh lebih baik dari kita. Antara sedih atau bahagia yang kita tidak bisa mendefinisikannya. Melihat teman menunjukkan capaian dalam hidupnya terkadang membuat kita menjadi insecure. Merasa kita belum memiliki keberhasilan apapun. Mereka sudah melejit sampai bintang di langit, kitanya masih saja di bumi menjadi penonton keberhasilannya. Seneng sih pada kalimat, Allah tidak mewajibkan kita untuk sukses, terkadang kita tertekan karena apa yang ada di kepala kita sendiri. Pengennya sih lebih dari mereka padahal sebenarnya yang harus dikalahkan bukan teman tetapi diri sendiri. 


Efek setelah membaca buku ini adalah kita akan menjadi lebih menghargai diri sendiri dan proses yang sedang dilakukan. Menjadi lebih fokus untuk mengembangkan diri tanpa melihat orang lain lebih dalam. Selalu semangat untuk berproses menjadi ahli di suatu bidang. Ketekunan dan konsitensi yang dilakukan pasti akan memberikan hasil. Pohon kurma butuh waktu 4 tahun untuk tumbuh dan belasan tahun untuk berbuah. Tidak ada yang instan dan langsung bisa memetik hasil. Yang terpenting adalah kita jangan pernah berhenti berproses. Kalahkan segala dinding penghalang untuk tumbuh dan berkembang. Jadikan insecurity menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik, bukan dijadikan alasan terpuruk. Takdir Allah selalu indah bagi seluruh hamba-Nya. Bolehlah kita kalah dalam urusan dunia tetapi jangan lupa kita harus berjuang untuk memenangkan urusan akhirat.

So, buat kalian yang merasa insecure dan ingin segera menemukan solusi segeralah membaca buku ini. 

Read More

Review : Ramadhan, Maaf, Kami Masih Sibuk



Judul buku : Ramadhan Maaf Kami Masih Sibuk

Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Tahun terbit : 2021


Isi buku ini mengajak pembaca untuk melihat bagaimana Ramadannya biasa berlalu. Memalui bahasa sederhana kita akan merasakan sebuah gejolak perjalanan ruhani. Secara perlahan akan lebih menginsyafi betapa banyaknya hal sia yang dilakukan saat Ramadan menyapa. Tidak mengherankan apabila buku ini sampai mengalami cetak kembali. Awalnya buku ini berjudul Ramadan, Maaf, Kami Sedang Sibuk, kemudian dengan isi yang sama berganti judul menjadi Ramadan, Maaf, Kami Masih Sibuk. Melihat perubahan judul ini kita akan disentil dengan lembut. Bahwa ternyata, setelah meminta maaf karena sedang sibuk pada Ramadan sebelumnya, tahun ini pun sama... kita masih sibuk.


Tidak jarang dari kita menjalani ramadan dengan biasa saja. Tidak ada sama sekali getar spiritualitas yang dirasakan. Lebih sibuk memikirkan akan berbuka dengan menu apa daripada ilmu apa yang ingin diperdalam. Masih saja sibuk dengan mengumpulkan cuan agar dapat membeli baju baru, kue lebaran, atau mudik yang sudah menjadi langganan. Bahkan seandainya hari ini ada pengumuman dari Jibril tentang peniadaan Ramadan yang kita sesali bukan karena akan kehilangan bulan yang penuh diskon ampunan. Lebih ke..., akan ada hal rutin yang tidak bisa dilakukan. Allah akan melipatgandakan pahala, mengampuni sebagian dosa tetapi... masih saja manusia sibuk dengan urusan dunia.


Pun, pengandaian Ramadan terakhirmu juga tidak mampu menumbuhkan semangat. Bahkan seandainya ada surat dari malaikat Izrail tentang usia yang hanya tersisa selama Ramadan saja belum tentu akan membuat kita semakin memperbanyak sujud kepada Allah. Dan seandainya itu yang terjadi sungguh terlalu kita sebagai manusia. Selemah itukah iman kita? Salah satu tanda orang yang akan menganggap Ramadannya sebagai ramadan terakhir maka akan melakukan pertaubatan sejak Ramadan belum dimulai. Dia sudah akan menyiapkan diri menyambut Ramadan. Hal yang dilakukan untuk mempersiapkan Ramadan antara lain : berdoa, merancang agenda, dan taubat. Berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan dan menjalaninya dengan baik. Persiapan kedua adalah menyusun agenda selama bulan Ramadan, semacam membuat list to do begitu.  Persiapan yang terakhir adalah bertaubat dengan penuh kesungguhan, taubatan nasuha. Seperti yang sudah disebutkan di awal ini sebagai bukti kesungguhan kita dalam menyambut Ramadan.


Penyambutan harus dilakukan dengan sangat meriah secara ruhiah, jasmaniah, dan fikriah. Kita akan menyambut tamu agung yang kehadirannya disambut dengan kata Marhaban bukan Ahlan. Secara tingkat bahasa Marhaban menandakan keagungan tamu yang akan disambut. Sebagaimana para sahabat saat menyambut kehadiran Nabi Muhammad.


Allah menyembunyikan waktu Lailatul Qadr agar kita selalu serius bermunajad di setiap malamnya. Bukan saat malam ganjil di sepuluh hari terakhir kita hanis-habisan kemudian di malam genap beristirahat. Menjelang malam terakhir Ramadan sudah mulai bahagia karena Ramadan akan berakhir. Bukan tangisan untuk menyambut perpisahan dengan Ramadan, tetapi suara riuh petasan sebagai tanda kebahagiaan. 


Benarkah kemenangan itu menjadi milik semua orang? Apakah semua akan terlahir fitri sebagaimana bayi yang baru terlahir tanpa dosa? Tentu semua bergantung dengan bagaimana kita bersikap saat Ramadan. 


Secara keseluruhan buku ini sangat bagus dan perlu untuk dibaca oleh siapapun. Boleh dibaca sebelum Ramadan agar lebih mempersiapkan diri dan tidak sibuk saat Ramadan. Apabila dicermati secara umum buku ini sudah terdapat tiga bagian renungan, sebelum Ramadan, saat Ramadan dan paska Ramadan. Tetapi memang tidak ada batas yang jelas. Dalam KBBI kata baku untuk Ramadan adalah tanpa huruh H setelah D tetapu dalam buku ini masih menggunakan kata Ramadhan tanpa dimiringkan sebagai tanda bahwa ini adalah kata dari bahasa Arab bukan Indonesia. Sekali lagi, buku ini bagus banget buat dibaca. Siap-siap akan merasa tercabik-cabik dan merasa gue banget saat membacanya.


Mari kita persiapkan Ramadan tahun ini dengan sebaik mungkin. Memanfaatkan diskon dan obral maghfirah serta pahala dari Allah.


Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.