Peta Hidup #1


Menemukan dan meyakini bahwa aku jujur dengan paradigma hidupku adalah hal mendesak untuk segera dilakukan. Life is never flat. Hidup ga boleh kalau datar-datar aja, dinamisasi itu perlu. Loncatan-loncatan harus dilakukan. Terus mengasah untuk mendefinisikan kemampuan, kepribadian, kehidupan.


Okay, langkah pertama adalah mengingat hal yang menjadi golden dalam hidup serta bagaimana perasaan saat itu. Aku selalu merasa rindu dengan masa-masa saat kuliah di semester satu. Keinginan besarku menunjukkan bahwa mahasiswa paralel tidak boleh di anggap sebelah mata jika dibandingkan mahasiswa reguler begitu besar. Saat itu, aku bertemu dengan hal-hal baru. Sangat mungkin untuk aku menjadi aku yang tidak dikenali lagi oleh teman-temanku saat SMA. Saat itu, aku menemukan ritme belajar yang sangat mengasyikkan. Ada nuansa tenang saat belajar dan mengerjakan tugas. Bangun tengah malam, kadang mandi dulu baru belajar lalu sholat malam tilawah subuh berjamaah dan al ma'tsurat menjadi kebiasaan yang sangat menenangkan. Ya... Saar itu aku tenang. Aku yakin dengan obsesiku. Aku mencintai jurusanku. Saat itu pula, aki adalah anak yang disayang oleh ayah dan ibuku. Yaps, paket lengkap kasih sayang dari bapak, ibuk, dan lingkungan baru hadir untukku.


Semua mulai berubah ketika studiku kacau di akhir kuliah. Semua keteteran...semua berantakan. Aku merasa bukan aku. Ya..ada ruang kosong yang tak bisa didefinisikan. Semangat belajar dan ibadahku bisa dikatakan turun drastis. Target di awal kuliah hanya tinggal cerita. Meski aku juga menemukan setitik bahagia, banyak orang yang menganggapku ada. Ya... di akhir perkuliahan ini aku punya banyak orang yang menjadikan aku tempat sampah dan tempat berbagi. Ada bahagia ketika mereka bahagia. Ada sisi otak yang sepertinya terpakai dan aku menjadi merasa berharga namun, disisi lain aku merasa gagal. Gagal menjadi kebanggaan ayah dan ibu karena lamanya masa studi.


Rasanya, ada ganjalan...aku merasa kehilangan kepercayaan ayah dan ibu dalam menentukan masa depan. Hubunganku dengan orang lain tak ada masalah, tapi komunikasi ke kedua ortu itu perlu diperbaiki.


Aku ingin selalu lantang dan ada di bagian terdepan dalam melakukan kebaikan. Menggagas ide baru, melakukan hal-hal segar dalam berkreasi.


Aku sangat ingin ujung dari seluruh usahaku adalah Allah. Namun, kadang ada bisikan yang mengganggu. Yakin Allah? Ortumu saja kau kecewakan. Begitu kurang lebih. Yaaa ternyata, ridha nya ayah dan ibuku benar-benar memberikan pengaruh besar.


Dulu aku pernah bilang, akan berada di jalan kebaikan ini tersebab ingin menjadi alasan bagi ayah dan ibuku masuk ke dalam surganya Allah.


Aku hanya ingin ayah dan ibuku mempercayaiku kembali, mempercatai dalam aku menemukan masa depanku.


Hari ini aku menjadi seorang ibu rumah tangga. Pilihanku jelas, bekerja full time setelah anak-anak sudah bisa ditinggal. Bukan sekarang. Tapi, ini tak bisa diterima. Kadang aku merasa, aku harus menjadi simbol kebanggaan mereka. Kudu perfect.


Aku merenung kembali, dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa, aku menjalani aktivitas dengan penuh semangat, kebahagiaan, dan ketenangan jika aku melakukan sesuatu karena alasan orang lain. Aku bahagia ketika orang lain merasa bahagia dan berhasil karena bantuanku. Ya...aku ingin ikut andil dalam keberhasilan seseorang. Dan seringnya aku lupa kalau aku juga harus sampai pada keberhasilan itu.


Aku mampu jika kuoptimalkan semua. Tak bisa aku dipaksa melakukan sesuatu jika alasannya adalah diriku. Ada orang lain yang lebib berhak menjadi alasan untuk aku bangkit dari keterpurukan. Misalnya, ketika studu S1 ku sudah di ujung tanduk. Hatiku bersikeras ingin menemukan alasan kuat kenapa aku harus lulus. Ternyata, penyulut api semangat terbesar adalah kesadaranku untuk menjaga nama baik organisasi kebaikan yang aku ikuti. Aku tidak mau jika kelak di kemudian hari ada mahasiswa enggan serius menjadi sponsor dan pelaku utama kebaikan gegara ada kisah burukku secara akademik.


Nah, sekarang berarti aku harus menemukan alasan mengapa aku tidak menjadi ibu rumah tangga biasa. Mengapa aku harus kembali bekerja. Benarkah menjadi PNS adalah pilihan terbaik? Atau menjadi penulis?


Serius menjalani hidup, lebih terencana, lakukan seoptimal mungkin, rapikan seluruh mimpi dan sumberdaya yang akan membantu sampai pada mimpi-mimpi itu. Yuks, tata ulang peta hidup.

Read More

Menikah Itu...,


Menikah itu... artinya menyatukan dua yang berbeda. Kebiasaan,cara pandang, budaya... terlalu naif jika aku mengatakan mudah untuk melakukannya. Ungkapan jika sudah menikah berarti kita sudah bersiap menikahkan segala embel-embel yang ada pada diri kita dengan pasangan bukan perkara sederhana untuk melakukannya. Seolah kita membutuhkan taaruf seumur hidup untuk bisa sempurna. Atau bahkan tidak pernah sempurna,karena ruang pemakluman harus dibuka lebar agar tak ada luka yang menganga.


Menikah itu... mempertemukan dua cara pandang untuk selaras menjadi satu. Beda cara berfikir bisa diminimalisir asalkan memiliki visi yang sama. Semua masih bisa dikomunikasikan asalakan tidak ada yang merasa paling dibanding yang lain. Mencari titik temu dari perbedaan dan semakin memupuk persamaan baik yang dimiliki akan menyebabkan relationship goals terjadi.


Menikah itu... Ibadah seumur hidup. Setiap usaha menumbuhkan mili per mili rasa cinta adalah ibadah dan bernilai pahala. Saling menguatkan untuk mendekat kepada Sang Pencipta. Berjuang bersama memenuhi salah satu dari 7 maratibul amal adalah kemestian bagi mereka yang meyakini bahwa menikah adalah bagian dari membangun peradaban.


Amarah, selisih, beda paham itu hal biasa. Bahkan kadang air mata menghiasi pernikahan karena ulah pasangan kita. Lalu, haruskah kita menyerah? Tentu tidak.


memandang perbedaan sebagai alat untuk saling melengkapi, bukan memandang perbedaan sebagai benteng untuk memisahkan. Kita harus yakin tak ada yang sempurna. Suami kita bukanlah malaikat tanpa cela, dan suami pun bukan bidadari penghuni surga. Semuanya manusia biasa ada salah lupa adalah fitrah dari-Nya.


Entah mengapa akhir-akhir ini terngiang dengan kisah perceraian di kalangan sahabat Rasulullah. Perceraian itu terjadi bukan karena ketidaksholihan tetapi tidak bisa menahan keegoisan. Menerima kekurangan dan saling mendengar, bertukar penapat adalah cara ampuh menyembuhkan benih keraguan.


Kita harus meyakini bahwa menikah itu adalah titian mengantarkan islam sebagai guru peradaban. Rumah kita, keluarga kita akan menjadi sebuah organisasi terkecil di masyarakat yang menyalakan cahaya kebaikan. dari keluarga kitalah peradaban manusia akan diperbaiki.


Menikah itu... Bukan penghalang kita melakukan beragam aktivitas. Bukan menjadikan semuanya berbatas. Semuanya tetap bebas hanya saja butuh ingat posisi dan kewajiban yang bertambah. Jangan sampai kita menjadi lilin. Mencoba menerangi sekitar akan tetapi membakar diri. Coba kita sampaikan kebaikan diluar rumah tetapi lupa menjaga nyala kebaikan dalam rumah kita. Mencoba beribadah mendekat kepada Yang Maha tetapi lupa ada ibadah terlama yang tak lagi kita jaga.


Menikah itu...

Read More

Aku dan CPNS


Ini adalah kali kedua kesempatanku untuk mengikuti tes CPNS setelah lulus. Semangat yang kedua ini sangat berbeda dengan yang pertama, mengingat posisi dan kondisi yang berbeda. Jikalau saja boleh jujur, aku tidak terlalu berminat untuk menjadi PNS. Hari-hari bersama Tabina menjadi alasan terkuat untuk untuk enggan menjadi wanita karir. Meninggalkan Tabina dalam waktu lama itu... menjadi ujian terbesarku setelah hampir 11 bulan menjadi seorang ibu.

Rasa malas belajar pastinya ada. Ikut sekadar formalitas. Menghormati keinginan bapak dan ibuuk. Dalam doa selalu kuselipkan semoga tidak diterima wkwkwkwk. Belajar alakadarnya saja. Tapi... akhir-akhir ini, menjelang jadwal tes yang ditentukan mendekat semuanya menjadi berubah. waktu tes CPNS ku tanggal 4 November 2018, bertepatan dengan hari Minggu. Ibuku libur, bapak juga sudah pensiun. Walhasil tercetuslah ide dari my mom untuk satu keluarga mengantarku pergi ke Magelang mengikuti tes. Heloowww... rasanya pengen tersedak air liur wkwkwkkw.

Mau tes CPNS di antar orang satu rumah dan anakku dibawa, masak iya aku kerjakan alakadarnya. Tidak aku persiapkan sama sekali. Mana banyak saudara yang daftar pula. Okeh... targetku tetep ga ketrima tapi paling ga lulus passing grade dengan nilai tinggi, 400an lah ya. Prinsipku, ibu dan bapak akan tetep bangga kepada anaknya dan aku tetap akan terhormat sebagai peserta CPNS yang tidak diterima ketika nilaiku juga mendekati sempurna. Pastinya akan ada alasan aku tidak ketrima, tidak lolos SKB misalnya. Kan konon bagi yang sudah memiliki sertifikat pendidik langsung dapat nilai 100 SKB nya. Hahaha.... Skenario dari Allah yang aku harapkan adalah, aku lolos passing grade dengan nilai bagus tetapi terkalahkan oleh mereka yang memiliki sertifikasi. Aku ikhlas hihihi. 465 itu targetku.

Belajar dengan serius, seandainya aku kalah pun akan kalah dengan terhormat dengan capaian nilai itu. Kemarin aku pernah berhasil dengan nilai 385, maka 465 menjadi angka realistis untuk aku wujudkan. Asal belajar dengan benar, berproses maksimal, maka hasil biarlah menjadi urusan Allah. Kalau kata suamiku, "Anaknya ikutan nganter ujian, nilainya jangan memprihatinkan". Kurang lebih gitulah nasihatnya. Efek satu keluarga ngaterin bahkan berencana mau bawa bekal makan adalah aku belajar sampai aku bosan.

Well tulisan ini diturunkan untuk menghilangkan sedikit rasa penat dan tetap menjaga kewarasan. Sampai tahap ini aku tinggal banyak latihan soal dan menghafal beberapa bagian yang belum diingat, terutama pasal-pasal dan nomer peraturan-peraturan dalam bentuk UU, PP atau bahkan TAP MPR. Matematika dan bahasa Indonesia banyak latihan, TWK banyakin baca dan perkaya jenis soal. Untuk TKP relatif lebih mudah, akan tetapi tidak ada salahnya ada satu hari kugunakan untuk belajar ini. Ini semua kulakukan demi menjaga harga diri, nama baik, dan kehormatanku. YA Allah... tolonglah emak-emak ababil ini, yang sedang mengejar rasa puas karena berhasil mengerjakan soal dengan nilai maksimal. Semoga Engkau Ridha dengan hidupku dan aku ridha dengan ridhamu, suamiku dan kedua orang tuaku pun ridha dengan itu.
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.