TABINA EVREN KARISSA: 5 Hari Setelah Kelahiranmu


Lima hari setelah kau lahir ke dunia dengan keluar lewat jendela, hari Kamis tepatnya kau harus menginap lagi di RS PKU Muhammadiyah Temanggung. Sebenarnya perasaan ibu sudah tidak enak saat akan membawamu kontrol, sebagaimana jadwal yang ada. Beberapa orang di rumah sering bilang kalau kamu agak kuning. Berbagai upaya telah dilakukan, dengan menjemur, membangunkanmu agar mau nenen. Tetapi ternyata Allah berkehendak lain.

Waktu itu, pagi-pagi pukul 10an, kamu, ibu, bapak, dan mbah Minah pergi dari rumah menuju PKU. Pakaian yang dibawa pun alakadarnya. Popok cuma bawa tiga, baju satu, tisu basah satu.. ya, cuma itu. Kondisi ibu yang masih payah pasca SC membuat kamu digendong oleh mbah Minah. Waktu itu, Bapak mengurus segala administrasi sebelum kontrol ke dokter. Kita mengantri di depan Poli Anak. Menunggu giliran bertemu engan dr. Masturi, S.PA. Hingga giliran kta tiba, bapak belum selesai dengan urusannya. Kita masuk bertiga, kamu, ibu, dan Mbah Minah. Diruangan poli kau diperiksa, pak dokter berkata, "Kok rada kuning ya, bu? Kalau di ambil darahnya bagaimana? Untuk mengetahui kadar bilirubin".

Iya sih, setelah kamu pulang dari rumah sakit kamu banyak tidur. Bahkan cenderung terlalu banyak. Ketika akan dibangunkan, orang-orang rumah bilang kasihan, mungkin kamu kecapean atau merasa nyaman di rumah jadi tidak mau bangun. Tidurmu sangat nyenyak. Malam itu, benar-benar tak terdengar tangismu, tak terbangun sama sekali. Cuma sekali ibu mendengar kau mengecap mulut, tapi ibu tidak bisa terbangun sendirian. Kita terpisah tempat tidur waktu itu. Dengan pertimbangan, ibu masih sulit untuk bangun dari tempat tidur. Sebenarnya kuning pada bayi bisa dihilangkan dengan menjemur bayi dan memperbanyak minum asi. Pernah sekali kamu dijemur, tapiii saat kamu dijemur kamu berpakaian lengkap dengan bedong yang amat kuat. Padahal seharusya cukup menggunakan popok saja. Ah... lagi-lagi orang rumah berkata, "Kasihan kalau cuma menggunakan popok nanti kedinginan". Waktu itu yang sering melakukan aktivitas menjemurmu adalah Bulik Ratna.

Sebagai ibu yang mantan anak IPA, tidakan medis itupun langsung ibu terima. Tapi muka Mbah Minah penuh kekhawatiran dan berkata untuk menunggu bapak sebelum mengatakan setuju atas saran dokter. Ah... tapi ibu yakin dengan langkah menyetujui untuk kamu di ambil darahnya. Setelah Bapak selesai dengan urusannya, datang ke ruangan kontrool dan ibu berkata padanya, "Debay mau di ambil darahnya, soalnya kata dokter dia agak kuning, mau dicek kadar bilirubinnya".

Kayaknya sih, muka kaget hihihi Bapak pun mengamini perkataan ibu tadi. Lalu kita bertiga menuju ruang Lab untuk mengantri diambil darahnya. Disana, kau tak boleh ditunggui katanya, biasanya orang tua tidak tega melihat bayinya diambil darahnya. Terdengar tangismu saat jarum suntik mengambil sampel darah. Satu jam lamanya kami menunggu hasil lab. Dan hasilnya... semua high..... Bilirubin yang harusnya 5 eh punyamu 13. Itulah penyebab kamu suka bobok dan sulit dibangunkan. Bukan karena nyaman atau capek, tapi karena bilirubin mu tinggi.

Sampai ruang dokter yang tadi, Bapak sudah sedikit ngeblank. Dalam situasi ini tentunya ibu harus lebih logis dan tenang. Agar diambil tindakan yang tepat. Kata dokter kamu harus disinar selama 36 jam, tapi itu masih bersifat tawaran. Keputusan tetap di tanga Bapak dan Ibumu. Lalu ibu bertanya, apa efek kalau kamu disinar dan tidak disinar.

Kalau disinar kemungkinan akan alergi dan keluar bintik merah di kulit, tapi ada salep yang bisa menyembhkan. Kalau tidak, 2 minggu kedepan kamu bisa panas kemudian kejang dna itu akan berampak pada perkembangan otakmu. Pengganti sinar adalah dijemur dibawah sinar matahari, tapiii waktu itu lagi musim hujan. Mendung setiap pagi. Oke, mendengar penjelasan dokter sudah tau kan? Keputusan Bapak dan Ibu? Kami bersepakat untuk kamu dirawat kembali dan disinar semalam 36 Jam.

Kami harus memilih ruangan untuk rawat inap. Jika di kelas 1, yang boleh masuk hanya ibunya saja. Ada satu ruangan khusus tempat Bayi prematur atau yang senasib denganmu. Dan di ruangan itu ga ada fasilitas untuk tidur ibu. Disediakan tempat tidur tapi posisinya dilantai dan kamar mandi yang jadi satu dengan kamar mandi pasien di kelas 3. Kau tau rasanya? tralala trilili.. ibu hasi SC, belum berani untuk jongkok... dan ini harus tidur dibawah? Ahhhh mana tega Bapakmu hahaha. Akhirnya di upayakan untuk pindah kelas, kita harus ngungsi ke VIP atau VVIP. Alhamdulillah selepas maghrib kita bisa pindah ke ruang VIP.

Dapat kasur dan fasilitas yang cukup bersahabat dengan kondisi ibu. Taukah kau? Selama 36 jam kau disinar, Bapak dan ibu belajar sangat banyak. Bagaimana cara menjadi orang tua dan saling bekerja sama dalam menjagamu. Kami berdua memang orang tua yang amat teramat amatir, mengganti popok saja perawat harus bolak-balik kamar untuk melakukannya. Kami belum terbiasa menimangmu. Apalagi aku, menggendongmu pun belum berani, ya... ibu masih merasa belum mampu melakukan itu. Tetapi di ruang itu, ibu dipaksa untuk melakukan aktivitas yang seharusnya seorang ibu lakukan.

Melihat tingkahmu dibawah sinar biru, kami baru menyadari ternyata tanda kamu haus tidaklah menangis. Hanya memainkan bibir saja. Ternyata dibalik bedong yang agak menyiksa itu kau simpan tingkah energik. Di saat bayi-bayi lain terdiam di bawah sinar kau bisa melepaskan penutup mata sampai 4 kali, membuang gelang pengenal, menendang kaca box. Owh... ternyata seperti itu tingkahmu. Di selal lelah kami memandang lelapmu, setiap dua jam bergantian memberikan asi melalui dot padamu. Bahkan lebih sering kami paksa kamu untuk meminum asi itu.

Alhamdulillah, bilirubinmu sudah mulai stabil dan kau diperkenankan untuk kembali ke rumah. Dengan jiwa keibuan dan kebapakan kami yang baru. Tidurmu tak lagi terpisah dengan kami. Kita mulai tidur bertiga. Pada awalnya mbah uti menemanimu tidur terpisah dengan ibu. Ya... hubungan yang terjadi pada manusia pertama kali adalah dengan ibunya. Sudah seharusnya di saat kau akan tidur dan terbangun selalu ada ibu disampingmu. Terimakasih Tabina, sudah bersabar menjadi anak ibuk semenjak kelahiranmu. Terimakasi, kau memberikan bapak dan ibu kesempatan untuk memahamimu.

0 comments:

Posting Komentar

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.