Inspirasi dari Sinetron Catatan Harian Aisha


Di pagi buta, sekitar pukul 03.00 liat jam di HP kemudian membaca beberapa status WA. Nah, di salah satu status WA seorang anak SMA dituliskan kalau, CHA (Catatan Harian Aisha) tamat. Wuaaa... langsung deh memanfaatkan paket mid nigt buat liat episode terakhir melalui yutube. Niat banget ya? hahaha.... Maklum emak-emak setengah sholihah, bangun jam segitu bukannya sholat malah pensaran dengan ending sinetron tontonan anak SMA hihihi. Wajarlah kalau masih rada ke SMA-SMAan. Biar tetep kekinian gitu, pas ngobrol sama mereka #alibi.

Tapi ini sinetron bukan sinetron sembarangan loh. Hanya tayang sebanyak 66 episode terus udahan, mungkin ratingnya turun terus kisahnya di udahin begitu aja. Tapi kabarnya sih, si penulis naskah mengundurkan diri. Beda banget sama beberapa sinetron yang biasanya sampai ribuan episode. Biar ga penasaran tak kasih dulu deh sinopsis CHA dari wikipedia.

Aisha (Tissa Biani), gadis sholeha yang berada di tengah kehidupan remaja kota penuh hedonisme. Siswi pindahan Sukabumi ini tampil mencolok dengan penampilannya yang berbeda 180 derajat dari teman-teman di sekolah barunya.

Aisha jadi pusat perhatian saat pertama kali datang ke sekolah. Tak terkecuali Rafa (Bio One), Siswa yang memiliki kehidupan bagai langit dan bumi dengan Aisha. Aisha berasal dari keluarga muslim yang taat, sedangkan Rafa berasal dari keluarga yang jauh dari nilai agama dan kurang kasih sayang dari orangtuanya.

Kehadiran Aisha mengganggu Rafa. Ditambah dengan pertemuan pertama mereka yang kurang menyenangkan, yaitu saat mobil Rafa lecet karena sepeda Aisha. Rafa merasa Aisha tak pantas berada di sekolahnya dan siapa pun yang membantunya akan bernasib sama dengan Aisha.

Aisha menguatkan dirinya untuk terus beradaptasi di sekolah. Ridho (Umay Shahab) cowok alim dan lembut diam-diam mengagumi Aisha. Aisha selalu tergerak hatinya untuk membantu masalah teman-teman di sekitarnya. Aisha menuliskan beragam hal yang dialaminya di akun blog miliknya. Kesederhanaan dan ketulusan hati Aisha inilah yang nantinya membuat Aisha disayangi teman-temannya di sekolah.


Sekarang ijinkan saya, emak-emak yang masih gaul sama anak SMA ini untuk menyampaikan suara hati (mau bilang review kon kayak WOW biut hahaha) tentang sinteron ini.

1. Penampilan sosok ukhtifillah

Sejak awal cuplikan iklan sinetron ini sudah cukup menarik perhatian saya. "Wuah... ada sinetron yang mau mengangkat tentang sosok uktifillah nih," batin saya. Pemerannya masih muda pula. Awalnya saya kira pemeran Aisha memang seorang yang berjilbab, eh ternyata oh ternyata kagak hahaha #rada kecewa. Episode pertama, saat Aisha menghadap kepala sekolah sempat ditegur dengan pakaiannya yang tidak seperti siswa-siswa lainnya. Berjilbab lebar di antara anak-anak hedon memang menjadi aneh. Jawaban Aisha cukup membuat tralala si kepala sekolah yang kebetulan juga seorang wanita. Begini kira-kira jawaban Aisha, "Saya tidak mau aurat saya tertutup rapat di saat terakhir hidup saya dengan menggunakan kain kafan". Bisa jadi refrensi jawaban buat anak zaman now, kan? Di hari pertama sekolah dia mencari mushola untuk melakukan sholat dhuha. Naaah kan. Terus pada salah satu kesempatan ditampilkan Aisha membaca Al Qur'an di taman sekolah. Pemandangan yang dirindukan, bukan? Sadar ataupun tidak saat ini sebenarnya masyarakat membutuhkan hiburan segar dan banyak kandungan gizinya. Dan, sinetron ini dibalik beragam kekuranggannya cukup lumayan mendinglahhh

2. Pendidikan Keluarga Mempengaruhi Perilaku Anak

Dalam sinteron ini benar-benar menampilkan berbagai macam anak dari beragam kondisi. Raffa anak orang kaya yang ayah dan ibunya sibuk dengan urusan pekerjaan akhirnya menjadi anak dengan kepribadian keras. Aisha terlahir di keluarga yang taat beragama. Kesulitan apapun yang menimpa selalu dikembalikan kepada Allah. Keluarga pak Ahmad (Ayah Aisha) menjadi contoh keluarga ideal yang seharusnya banyak terbentuk di era sekarang. Contoh sederhana, makan bersama kemudian salah satu anggota keluarga memimpin doa. Setelah sholat maghrib membaca Al Qur'an bersama. Selepas isya keluarga berkumpul sambil minum teh dan saling bercengkrama. Menanamkan kepada anak-anak bahwa Allah tidak akan menyalahi janji. Di episode 65, ketika Aisha menceritakan kepada Ummahnya tentang perasaan Aisha kepada Rafa. Ummah berpesan agar tidak mengungkapkan perasaan tersebut dan mengingatkan Aisha jangan sampai kecintaan kita kepada Makhluk melebihi kecintaan kepada manusia.

3. Kata-Kata Bagus Tentang Cinta dan Persahabatan Yang Bisa Bikin Baper

Di sinetron tersebut dikisahkan ada 3 laki-laki yang mecintai Aisha yaitu, Arga (playboy teman Raffa), Rafa, dan Ridho. Arga adalah orang pertama yang ketauan menyukai Aisha. Kemudian Aisha berkata kepada Arga bahwa kebaikannya kepada Arga selama ini karena menganggap Arga sebagai sahabat baiknya. Daaan selama ini Aisha mengenal Arga sebagai orang yang baik. Ridho, sebagai anak alim dan punya prinsip ga ada pacaran sebelum pernikahan ga bakalan ngungkapin perasaannya.

Di episode terakhir Ridho berkata dalam hati, "Biarkanlah perasaan ini tersimpan dalam setiap sujud-sujud panjangku".


Lalu, ketika Aisha meminta maaf kepada Rafa karena tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sama kepadanya.

Aisha berkata, "Biarkan ini semua tetap seperti ini hingga takdir mempertemukan kita".


Dalam sinetron tersebut terdapat berapa percakapan tentang persahabatan. Misalnya, "Sahabat yang baik akan menerima keadaan kita, apapu itu".

Persahabatan kalau sudah sampai pada puncak permasalahan, saling marah misalnya maka persahabatan tersebut akan semakin kuat.

4. Semoga Tidak Menjadi Muhajir Ummu Qais

Di episode trakhir pula, kalimat Rafa untuk Aisha adalah, "Bagiku, kamu adalah yang pertama dan terakhir, Sha. Aku berjanji akan menjadi lebih baik lagi". Nah,.. langsung deh keingetan tentang ashabul wuruud hadits arbain pertama yang berbicara tentang niat. Jadi, dikisahkan ada seorang sahbat yang rela hijrah dari mekkah ke madinah untuk dapat menikahi Ummu Qais sehingga dia mendapat julukan Muhajir Ummu Qais dan dia tidak mendapatkan Allah serta RasulNya. Hanya mendapatkan wanita yang diinginkannya. Semoga, kalimat yang di ungkapkan oleh Rafa bukan hanya berdasar pada keinginan untuk menjadi imam yang baik untuk Aisha saja tetapi memang diniatkan karena Allah.

Ada lagi ga ya? udah kayaknya. Meskipun usia periodenya termasuk singkat (bagi sinetron Indonesia), tetapi cukup memberikan kita gambaran nyata dalam kehidupan. Bahwa anak SMA pasti ada tugas kelompok, ada juga yang ga mau pacaran, ada yang rajin sholat dhuha saat istirahat. Bukan melulu tentang genk, rebutan pacar, dan nonton bioskop. Saya juga meyakini, di negeri ini masih ada keluarga yang mampu mendidik anak-anaknya sebagaimana ayah Aisha mendidik kedua putrinya. Meski singkat tetapi sinetron ini cukup memberikan sebuah kesan.

1 komentar:

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.