Kemanapun aku mencoba mencari pelarian dan mencoba menentukan arah tujuan, akan selalu dipertemukan dengan hal yang sama. Dari dulu sampai sekarang ternyata perhatianku tidak pernah bergeser. Masalah anak usia SMP sampai dengan SMA. Entah mengapa aku merasa jika periode ini adalah periode krusial untuk ditemani. Selalu ingin memastikan mereka tumbuh sebagaimana mestinya. Maksimal usia 15 tahun mereka sudah selesai dengan dirinya. Sudah bisa menerima dan mensyukuri hidup yang dia miliki. Tidak pernah lelah untuk terus belajar, memperjelas jati diri dan jalan untuk meraih mimpi. Menjadi pribadi yang hidup bukan hanya untuk diri sendiri. Memiliki kejelasan pandangan tentang peran apa yang harus dimiliki. Tidak lelah meng-upgrade kemampuan diri.
Aku ingin membersamai mereka. Di penghujung tahun ini, aku menemukan ternyata permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan zaman-zaman terdahulu. Masih seputar miras, narkoba, pornografi, hamil di luar nikah. Masalah-masalah yang di blowup maksimal adalah seputar kesehatan mental dan bullying.
Kemarin sempat pusing banget sih, membayangkan masa depan. Anak yang hamil di usi sekolah, apa kabar kesiapan mereka menjadi ibu? Terus, kalau anak mereka sudah lahir, siapa yang akan merawat mereka? Jadi apa mereka di masa yang akan datang?
Anak yang sudah terbiasa dengan sebotol minuman, narkoba, atau melakukan hal asusia lainnya dikeluarkan dari sekolah, apa kabar masa depan mereka? Sekolah seolah bukan lagi tempat mendidik, bagi sekolah lebih baik mengamputasi mereka dari bangku sekolah daripada mencari jalan memperbaiki. Sampai pada kesimpulan, masa depan seorang anak tidak lebih penting dari reputasi sekolah. Jika sekolah sudah bermetamorfosa menjadi tempat transfernya ilmu pengetahuan saja, lalu?
Ah, tapi bisa jadi juga menurut sekolah itu adalah jalan terbaik. Daripada menularkan virus kepada lainnya, kan? Atau bisa jadi ini bentuk keputusasaan. Saat mencoba berkolaborasi dengan orang tua, ternyata orang tuanya juga melakukan kesalahan yang sama. Sehingga, menurut mereka tidak masalah anaknya melakukan hal tersebut. Bisa banyangin ga sih, anak dari seorang pemabuk atau pemakai atau bahkan penjualnya?
Inilah masalah selanjutnya, orang tua yang ternyata juga problematik. Ibaratnya sudah dicekoki dengna hal baik, sudah dicoba untuk diperbaiki tetapi rusak lagi oleh orang terdekat. Jika orang tua melihat anak yang penting bisa hidup kemudian terserah dia mau apa, ya gimana? Kepada siapa lagi harus berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal keluarga adalah sebuah lingkungan terkecil yang mepengaruhi jati diri anak.
Entah harus mulai darimana untuk mengurai semua benang ini.
Realita yang terus nampak ini memanggil hati nurani saya untuk bisa menyadarkan mereka semua. Agar kembali kepada jalan yang benar. Dengan bekal menulis ala kadarnya dan bisa sedikit-sedikit edit canva dan video, sepertinya menggunakan media sebagai wadah penyadaran adalah hal yang paling mungkin dilakukan. Selain tetap menyusun langkah-langkah pembinaan bagi mereka.
Ya, melakukan propaganda isu bagi gen z, alfa, betam dan gamma adalah jalan ninjaku. Menulis di blog ini, aktivasi media sosial, dan menulis buku atau novel mungkin bisa menjadi salah satu pilihan.
Jadi, sudah ketemu kan Ren? Peran apa yang akan kamu ambil. Sekarang saatnya belajar agar bisa melakukan propaganda tersebut.
Yang jelas kepikiran sih melakukan riset, mengolah bahan, up. Bismillah ya Allah, ijinkan kami menjadi fasilitator kehidupan bagi mereka.
Jodoh... adalah misteri yang tersimpan rapi dan akan terkuak setelah kita menemukannya. Jalan untuk menemukannya tidaklah mudah. Ada masa kita merasa sangat dekat dan dia banget jodoh, tapi ternyata bukan. Merasa kayaknya nggak banget tapi nyata-nyata memang dia jodohnya. Orang-orang berfikir itu nggak setara dan nggak sepantasnya, tapi kalau itu memang takdir ocehan mulut manusia apalah artinya. Ada beberapa tanda yang dianggap oleh orang-orang itu adalah tanda jodoh.
Pertama, Jalannya Mudah
Jodoh itu sudah disiapkan oleh Allah secara khusus dan unik. Jalan untuk sampai kepadanya akan banyak rintangan, menguras emosi, air mata, dan luka-luka. Tapi, sebenarnya... rintangan itu datang karena kita saja yang belum benar-benar fokus untuk menemukannya. Atau bisa jadi, rintangan itu adalah cara untuk menyiapkan kita agar bisa bertemu dengan jodoh. Saat kita sudah menyelesaikan ujian dan rintangan dengan baik, sudah mengenolkan diri, cahaya itu akan datang. Banyak orang bilang jika itu jodoh maka jalan untuk bisa bersama akan terasa mudah.
Jodoh itu Saling Menumbuhkan
Jika dia jodoh kita, pasti akan membuat kita semakin bertumbuh. Menjadi manusia dewasa dan mampu menjalankan dengan benar tujuan dari penciptaan. Dia akan mengantarkan kita pada tempat yang seharusnya kita tempati. Bukan jodoh jika memberikan rasa sakit tak berkesudahan. Bukan jodoh jika dia mengkerdilkan. Jodoh itu akan saling menumbuhkan. Menjadikan satu menjadi lebih baik dibanding sebelum bersama.
Tapi... tidak berarti jika saat ini kita menjadi kerdil dengan jodoh yang kita percayai kita belum menemukannya. Karena bisa jadi, kita yang bertemu dengannya sebelum selesai dengan ujian diri. Ah.. berarti jodoh itu akan menumbuhkan jika kita bisa menyelesaikan segala ujian. Ya, kita akan tumbuh bersama disaat yang pantas.
Jodoh, akan selalu dipertemukan
Sejauh apapun mencoba untuk mencari lain jalan, jika jodoh pada akhirnya akan dipertemukan. Kadang bertanya, kok bisa? Karena jodoh itu seperti gembok dan kunci, seperti sepasang alas kaki. Jika bersama dengan lainnya tidak akan tepat. Pernah denger kan istilah, lama jagain jodoh orang? Kecenderungan bisa kepada beragam pilihan, tapi jodoh hanya ada satu yang tepat.
Emmm iya, jodoh ini bukan hanya jodoh dalam pernikahan saja lo. Jodoh dalam pekerjaan, jodoh dalam menentukan peran, bahkan bisa juga jodoh dalam mendefinisikan diri. Eh, yang terakhir gimana? Iya, kadang kita yakin banget kalau kita itu orang yang tulus dan suka menolong. Ternyata di detik kemudian kita menemukan ternyata sikap suka menolong itu bukan karena ketulusan tetapi karena mengharapkan feedback tertentu dari orang lain.
Perkara bertemu jodoh definisi diri ini tidaklah mudah, ingat hukum tentang mengenali manusia adalah proses seumur hidup. Nah, kan... artinya, mengenali diri adalah proses seumur hidup.