Review Buku Insecurity is My Midle Name



 Ini buku sudah lama banget ku incer. Tepatnya setelah salah seorang selebgram dan penulis buku (Larissa) membuat SG daftar isi buku ini. Sampai aku screenshoot segala wkwkwk. Melihat daftar isinya tertarik gitu, seperti merasa wah... cocok ini, sepertinya bisa buat bahan konten yang pas dengan anak muda. Setelah membaca, eh... malah cocok juga buat aku yang kadang terserang badai insecurity. Jadi sebenarnya nyari buku ini karena mau buat bahan konten atau karena emang aku insecure? Beda tipis ini kayaknya mah hahaha.


Kak Alvi Syahrin dengan sangat apik mengemas setiap kalimatnya. Berasa banget kita lagi ngobrol sama beliau. Terus pas kita ngeles sebuah pernyataan, eh dianya juga udah ngasih jawaban di lembar berikutnya. Ini penulisnya membuat sesuai pengalaman pribadi atau cenayang sih? Ngerti amat sama yang ada dalam hati pas membacanya.


Good Looking

Pembahasan yang dilakukan pun runtut dan kita bakal di ajakain buat ber-oia juga sih- sama buku ini. Pertama fokus pembahasan ada pada diri sendiri. Insecure yang datangnya dari diri sendiri. Mulai dari penampilan fisik sampai dengan skill atau kemampuan. Banyak banget sih ini orang disekitarku yang insecure dengan penampilannya. Merasa ga good looking gitu. Ini menjadi masalah karena lingkungan pergaulannya yang seolah tidak bisa menerima keberadaannya sebagai manusia yang ga good looking. Apalagi ada pemikiran bahwa hanya yang good looking yang bakal banyak diterima di tengah masyarakat. Hanya yang good looking yag berhak bahagia dan dicinta #eaa. Lemak dan jerawat seolah menjadi penghalang untuk dapat bersosialisasi sampai dengan mendapatkan pekerjaan. Nah, disini kita akan diajakin untuk ga terlalu pusing dengan hal ini. Konon kalau ada yang masih fokus pada penampilan kita saja tanpa memperhatikan faktor lain tandanya lagi ketemu orang yang dangkal plus ga tulus. Dia hanya melihat casingnya saja. Padahal casing bukanlah jaminan kualitas sebenarnya. Attitiude, skill, kecerdasan emosi, dan sejenisnya dapat membantu kita nampak cantik dalam artian berbeda. Perlu digali lagi sih sebenarnya, orang tidak mau menerima kita karena penampilan kita atau karena yang lainnya? 


Makanya, kita kudu fokus untuk mengembangkan diri. Jangan terlalu memikirkan masalah glow up tetapi lupa buat grow up. Allah itu sudah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Tidak ada satupun makhluk Allah yang diciptakan dengan sia-sia. Sama dengan kita yang kadang merasa hidup tidak berguna. Ibarat kata mah, udah merasa ga good looking merasa ga punya kemampuan pula. Ditambah kita hanya sibuk mikirin kekurangan tanpa melakukan apa-apa. 


Masa Depan

Hey! Jangan mengkambinghitamkan mood atas kemalasan yang dimulai. Ngerti sih, sadar sih tapi magernya ga produktif banget. Ga masalah sih rebahan di kasur mainan HP tapi dia dalam rangka belajar skill tertentu.Jangan karena lulusan kampus tak tenar jadi merasa masa depan suram. Jangan karena sekarang masih di level gini-gini aja dan melihat teman-teman sudah wow lalu kita pasrah. Lalu muncul pembenaran, tuh bener kan masa depanmu pasti suram. Semakin merasa tidak memiliki passion sama sekali. Hidup kok berasa tidak punya keahlian atau skill yang berguna.


Pembahasan mengenai  skill dalam buku ini menjadi bagian cukup menohok sih buat aku. Bukan karena merasa ga punya skill, tapi merasa bisa banyak hal tapi ga ada yang ekspert (hahaha rada sombong). Membaca buku ini menjadi diingatkan untuk memilih satu skill yang akan dipelajari dengan benar dan penuh kesungguhan. Bahkan pada sesi pembahasan mimpi, sesuatu yang nampaknya abstrak dan jadi takut melakukannya karena seringnya gagal pun diulas dan rasanya dapat penyelesaian setelah membaca buku ini. Katanya, ga mungkin orang itu ga punya cita-cita. Pun, ketika kita ragu sebenarnya kita pasti punya mimpi tertinggi yaitu, masuk surga. Uhhh berasa habis ngomongin dunia dibuat adem buat ingat akhirat. Tapi, memang disetiap akhir bab pembahasan pasti endingnya kita diingatkan bahwa ada Allah, bahwa standar sukses versi Allah, tentang ukhrowi. Semakin lama membaca buku Insecurity is My Midle Name berasa lagi baca di bawah pohon aja, adem gitu.


Bagian paling inget tentang mimpi tu, cobalah bermimpi dari hal kecil tetapi mendukung mimpi yang besar. Misal, bermimpi menjadi penulis best seller. Nah, biar nggak merasa berat banget nih, kita disarankan buat bermimpi menulis konsisten setiap seminggu sekali pada hari tertentu. Jumlah tulisan pun nggak langsung seribu, sebaris dua baris dulu. Yang penting terlaksana.


Kebanggaan Orang Tua

Kebanggaan orang tua terhadap anak juga sering menjadi part yang cukup "menyiksa" batin. Apalagi saat sudah merasa tidak bisa membanggakan plus menjadi beban orang tua. Biasanya terjadi karena ada harapan orang tua yang tidak mampu kita wujudkan. Atau karena adanya mimpi yang berseberangan antara kita dengan orang tua kita (aku banget hahaha). Jurang pemisah perbedaan itu akan semakin dalam dan lebar jika dibarengi dengan komunikasi yang tidak baik. Bisa jadi saat kita mati-matian berusaha mewujudkan impian kita, orang tua menilai jika kita sedang bermalas-masalan di kamar. Padahal kamar merupakan medan perjuangan mewujudkan impian, menambah skill dan belajar banyak hal. Tetapi, karena tidak dikomunikasikan yang terjadi adalah salah paham. 


Komunikasikan apa yang sedang kamu lakukan. Bedialoglah dengan baik. Sampaikan bahwa apa yang sedang kamu kejar juga akan memebrikan dampak seperti harapan mereka. Jangan biarkan terlalu lama jurang kesalahpahaman itu menganga. Bahkan dalam buku ini kita juga diminta membayangkan bagaimana harapan saat sudah menjadi orang tua kepada anaknya. Kalau mampu melakukan hal tersebut akan membuat lebih memahami keinginan dan perasaan kedua orang tua.


Penutup

Bener banget kata film India Three Idiot... terkadang kita sedih dengan kegagalan yang dicapai oleh teman kita, tetapi lebih menyakitkan ketika mengetahui teman kita jauh lebih baik dari kita. Antara sedih atau bahagia yang kita tidak bisa mendefinisikannya. Melihat teman menunjukkan capaian dalam hidupnya terkadang membuat kita menjadi insecure. Merasa kita belum memiliki keberhasilan apapun. Mereka sudah melejit sampai bintang di langit, kitanya masih saja di bumi menjadi penonton keberhasilannya. Seneng sih pada kalimat, Allah tidak mewajibkan kita untuk sukses, terkadang kita tertekan karena apa yang ada di kepala kita sendiri. Pengennya sih lebih dari mereka padahal sebenarnya yang harus dikalahkan bukan teman tetapi diri sendiri. 


Efek setelah membaca buku ini adalah kita akan menjadi lebih menghargai diri sendiri dan proses yang sedang dilakukan. Menjadi lebih fokus untuk mengembangkan diri tanpa melihat orang lain lebih dalam. Selalu semangat untuk berproses menjadi ahli di suatu bidang. Ketekunan dan konsitensi yang dilakukan pasti akan memberikan hasil. Pohon kurma butuh waktu 4 tahun untuk tumbuh dan belasan tahun untuk berbuah. Tidak ada yang instan dan langsung bisa memetik hasil. Yang terpenting adalah kita jangan pernah berhenti berproses. Kalahkan segala dinding penghalang untuk tumbuh dan berkembang. Jadikan insecurity menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik, bukan dijadikan alasan terpuruk. Takdir Allah selalu indah bagi seluruh hamba-Nya. Bolehlah kita kalah dalam urusan dunia tetapi jangan lupa kita harus berjuang untuk memenangkan urusan akhirat.

So, buat kalian yang merasa insecure dan ingin segera menemukan solusi segeralah membaca buku ini. 

Read More

Review : Ramadhan, Maaf, Kami Masih Sibuk



Judul buku : Ramadhan Maaf Kami Masih Sibuk

Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Tahun terbit : 2021


Isi buku ini mengajak pembaca untuk melihat bagaimana Ramadannya biasa berlalu. Memalui bahasa sederhana kita akan merasakan sebuah gejolak perjalanan ruhani. Secara perlahan akan lebih menginsyafi betapa banyaknya hal sia yang dilakukan saat Ramadan menyapa. Tidak mengherankan apabila buku ini sampai mengalami cetak kembali. Awalnya buku ini berjudul Ramadan, Maaf, Kami Sedang Sibuk, kemudian dengan isi yang sama berganti judul menjadi Ramadan, Maaf, Kami Masih Sibuk. Melihat perubahan judul ini kita akan disentil dengan lembut. Bahwa ternyata, setelah meminta maaf karena sedang sibuk pada Ramadan sebelumnya, tahun ini pun sama... kita masih sibuk.


Tidak jarang dari kita menjalani ramadan dengan biasa saja. Tidak ada sama sekali getar spiritualitas yang dirasakan. Lebih sibuk memikirkan akan berbuka dengan menu apa daripada ilmu apa yang ingin diperdalam. Masih saja sibuk dengan mengumpulkan cuan agar dapat membeli baju baru, kue lebaran, atau mudik yang sudah menjadi langganan. Bahkan seandainya hari ini ada pengumuman dari Jibril tentang peniadaan Ramadan yang kita sesali bukan karena akan kehilangan bulan yang penuh diskon ampunan. Lebih ke..., akan ada hal rutin yang tidak bisa dilakukan. Allah akan melipatgandakan pahala, mengampuni sebagian dosa tetapi... masih saja manusia sibuk dengan urusan dunia.


Pun, pengandaian Ramadan terakhirmu juga tidak mampu menumbuhkan semangat. Bahkan seandainya ada surat dari malaikat Izrail tentang usia yang hanya tersisa selama Ramadan saja belum tentu akan membuat kita semakin memperbanyak sujud kepada Allah. Dan seandainya itu yang terjadi sungguh terlalu kita sebagai manusia. Selemah itukah iman kita? Salah satu tanda orang yang akan menganggap Ramadannya sebagai ramadan terakhir maka akan melakukan pertaubatan sejak Ramadan belum dimulai. Dia sudah akan menyiapkan diri menyambut Ramadan. Hal yang dilakukan untuk mempersiapkan Ramadan antara lain : berdoa, merancang agenda, dan taubat. Berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan dan menjalaninya dengan baik. Persiapan kedua adalah menyusun agenda selama bulan Ramadan, semacam membuat list to do begitu.  Persiapan yang terakhir adalah bertaubat dengan penuh kesungguhan, taubatan nasuha. Seperti yang sudah disebutkan di awal ini sebagai bukti kesungguhan kita dalam menyambut Ramadan.


Penyambutan harus dilakukan dengan sangat meriah secara ruhiah, jasmaniah, dan fikriah. Kita akan menyambut tamu agung yang kehadirannya disambut dengan kata Marhaban bukan Ahlan. Secara tingkat bahasa Marhaban menandakan keagungan tamu yang akan disambut. Sebagaimana para sahabat saat menyambut kehadiran Nabi Muhammad.


Allah menyembunyikan waktu Lailatul Qadr agar kita selalu serius bermunajad di setiap malamnya. Bukan saat malam ganjil di sepuluh hari terakhir kita hanis-habisan kemudian di malam genap beristirahat. Menjelang malam terakhir Ramadan sudah mulai bahagia karena Ramadan akan berakhir. Bukan tangisan untuk menyambut perpisahan dengan Ramadan, tetapi suara riuh petasan sebagai tanda kebahagiaan. 


Benarkah kemenangan itu menjadi milik semua orang? Apakah semua akan terlahir fitri sebagaimana bayi yang baru terlahir tanpa dosa? Tentu semua bergantung dengan bagaimana kita bersikap saat Ramadan. 


Secara keseluruhan buku ini sangat bagus dan perlu untuk dibaca oleh siapapun. Boleh dibaca sebelum Ramadan agar lebih mempersiapkan diri dan tidak sibuk saat Ramadan. Apabila dicermati secara umum buku ini sudah terdapat tiga bagian renungan, sebelum Ramadan, saat Ramadan dan paska Ramadan. Tetapi memang tidak ada batas yang jelas. Dalam KBBI kata baku untuk Ramadan adalah tanpa huruh H setelah D tetapu dalam buku ini masih menggunakan kata Ramadhan tanpa dimiringkan sebagai tanda bahwa ini adalah kata dari bahasa Arab bukan Indonesia. Sekali lagi, buku ini bagus banget buat dibaca. Siap-siap akan merasa tercabik-cabik dan merasa gue banget saat membacanya.


Mari kita persiapkan Ramadan tahun ini dengan sebaik mungkin. Memanfaatkan diskon dan obral maghfirah serta pahala dari Allah.


Read More

Menelisik Ombak Bono



Ombak Bono- Beberapa waktu yang lalu sempat melihat di Instagram tentang seorang ibu-ibu yang sedang membuat video di pinggir sungai. Ajaibnya, di sungai tersebut ada sebuat gulungan ombak yang sangat besar dan ibu-ibu tersebut sengaja menunggu kedatangan ombak kemudian berlari. Kalau melihat detailnya, ibu tadi menggunakan pelampung sepertinya sebagai antisipasi kalau-kalau tergulung ombak. Ternyata, ombak tersebut adalah ombak bono. Sebuah ombak yang terbentuk di sungai karena pertemuan antara arus sungai dengan arus laut. Lokasinya ada di pesisir sungai Kampar Kabupaten Pelalawan, Riau.


Antara Mitos Dan Fakta Ombak Bono

Menurut bahasa setempat, Bono memiliki arti berani. Banyak mitos yang berkembang mengenai ombak Bono ini. Menurut kisah dalam Setadu Gunung, ombak tersebut merupakan perwujudan 7 (tujuh) hantu dengan formasi 1 (satu) hantu di depan dan 6 (enam) gelombang di belakangnya. Menurut kepercayaan nenek motang, Bono merupakan penjelmaan dari tujuh kuda yang dibunuh oleh suku Sinho Bono. Setelah kematian ketujuh kuda tersebut muncullah ombak yang merupakan perwujudan dari tujuh kuda yang telah dibunuh. Para jawara pada jaman dahulu menggunakan ombak Bono sebagai alat mengetes kanuragan. Barangsiapa yang dapatn menyeimbangkan diri di atas ombak maka dia telah naik level.

Secara ilmiah, keberadaan ombak Bono ini dapat dijelaskan. Bono Wave adalah salah satu fenomena alam yang terjadi karena ada pertemuan antara arus pasang air laut dengan arus sungai.  Adanya benturan arus air dari Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan aluran air Sungai Kampar. Benturan ini mengakibatkan terjadinya gelombang air di muara sungai. Ketinggian gelimbang dapat mencapai 4-6 meter. Sebelum terjadi gelombang biasanya akan ada suara gemuruh yang hebat.


Detail Ombak Bono

Ombak Bono akan mencapai puncak ketinggian saat bulan purnama pada saat musim penghujan. Bulan November-Desember adalah waktu yang paling tepat untuk melihat keindahan ombak di tengah sungai. Secara umum faktor yang mempengaruhi besar kecilnya ombak adalah : aliran arus sungai menuju muara, posisi bulan, air pasang, lingkuran disekitas Daerah Aliran Sungai (DAS). Ombak Bono akan menggulung dari pesisir muara di Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Merandi dan Tanjung Mentangor. Gulungan ombak tersebut dapat mencapai 50-60 km dengan kecepatan rata-rata 40 Km/Jam. Gulungan ombak tersebut terjadi tanpa terputus. Ombak akan semakin mengecil pada ketinggian 0.7 - 1 meter setelah menjauhi muara, 


Peluang Bencana dan Wisata Ombak Bono

Besarnya gulungan Ombak Bono yang sangat besar meresahkan masyarakat. Ombak ini sering merusak sampan yang ada di tepi sungai kampar. Selain merusakkan sampan, tercatat pada tahun 2005 terjadi kecelakaan kapal Motor Tuakal Ekspress. Kecelakaan tersebut mengakibatkan 13 orang meninggal. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2016, speed boat yang mengangkut 20 orang penumpang dihantam ombak Bono dan 4 orang dinyatakan hilang.

Meskipun berbagai macam ancaman menghantui masyarakat sekitar sungai Kampar tetapi ada peluang wisata air yang diciptakan ombak ini. Gelombang Ombak Bono sangat menarik bagi para peselancar. Keunikan ombak yang berada di sungai serta lamanya gulungan ombak sangat cocok digunakan untuk berselancar. Beberapa rekor dunia tercipta disini. Pemerintah Provinsi Riau menjadikan ombak Bono sebagai saah satu ikon pariwisata. International Bono Surfing Festival menajdi event Internasinal di Riau sejak tahun 2013. Sebuah event yang mengumpulkan para peselancar dunia.


Read More

Lagu Bulan Desember


 

 Desember- Beberapa hari ini sering banget liat tanggalan di bulan Desember. Rasanya aku sedang menunggu sesutu di bulan ini. Entah di tanggal berapa yang aku tunggu sebenarnya. Apa ini karena memang aku yang sedang tidak baik-baik saja dari kemarin? 


Selama hampir satu bulan ini aku merasa sedang tidak menjadi aku. Hidup rasanya hanya itu-itu saja. Banyak keinginan yang ingin dilakukan tetapi ada penghalang yeng belum dapat aku kalahkan. Terasa kosong dan tidak bertenaga. Berasa ya sudahlah. 


Sampai kemarin aku mencari refrensi tentang kesehatan mental, ah masak sih aku mengalami depresi mayor. Meski ga sampai level pengen mengakhiri hidup sih. Yakali, aku masih memiliki banyak sekali misi yang belum selesai.


Aku tidak tau kemana jiwaku yang dulu. Meski keliatan banget aku sedang lemah secara spiritual. Semua perlu di perbaiki. Mungkin Desember ini ingin mengajak aku untuk menata hidup kembali. Menjadi orang yang lebih bermakna.


Perlu melakukan banyak hal baru. Keluar rumah menyapa banyak orang, berbagi isi kepala dan melakukan tindakan nyata. Aku tidak bisa hanya terdiam dan menghitung hari-hari sampai tahun ini habis.


Semua permasalahan yang aku hadapi tidak membutuhkan orang lain dalam penyelesaiannya. Hanya butuh Allah yang membantu. Karena sebenarnya yang aku alami adalah permasalahan pada diri sendiri. Kehilangan jiwa emm apa ya yang lebih tepat. Apakah aku kehilangan gairah?


Sepertinya aku harus kembali mengingat, bahwa ada amanah besar yang harus diselesaiakan. Ada banyak keinginan yang harus diwujudkan. Semua tidak akan pernah terjadi jika aku hanya seperti ini. 


Ayo, perbaiki semuanya. Give up! Be the best! Tata ulang lalu lakukan.

Read More

Tusuk Konde End (Membuka Tabir)




"Bapak ibumu sering ritual di kali. Mereka melakukan ritual di dalam air. Hingga kemudian Ratu Pantai Selatan marah mengirim banjir bandang. Jasad Meraka mungkin sudah sampai istana Ratu Kidul. Kamu selamat, dan terdampar di ujung pohon besar dekat kali. Tempat kamu dulu menaruh sesaji." Jawab kakek.

Apa? Ratu pantai selatan? Ini sangat tidak masuk akal dan tidak mungkin sekali. Kenapa aku malah merasa kedua orang tuaku masih hidup, ya. Kuambil tusuk konde milik ibuku. Eh, ternyata bisa diputar. Ada isi di dalamnya.

---
Kuurungkan niatku untuk membukanya lebih dalam. Firasatku mengatakan tidak boleh membuka ini di hadapan Mbah Kakung.

"Lalu, setelah itu Mbah Kakung merawatku?", tanyaku

"Iya, aku mengambilmu dan merawatmu seorang diri. Karena sebenarnya, aku hanya punya ibumu saja di dunia ini. Kurawat kamu dengan bantuan beberapa tetangga. Aku ini laki-laki, kurang telaten merawat bayi. Mbok Sumi yang sering membantu ku", kenang kakekku 

"Terimakasih ya, Mbah...di sisa waktu hidup Mbah Kakung masih mau merawat aku dengan baik. Anak dari orang yang mungkin Mbah tidak suka", kataku sambil terisak

"Nduk, melihat matamu itu selalu mengingatkan aku kepada ibu da Mbah putrimu. Kalian, cantik. Lagipula mana tega aku menyia-nyiakan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa", jawab kakek sambil memelukku.

"Mbah, kotak ini boleh buat Suryati?", tanyaku sambil menunjukkan kotak kayu yang berisi foto dan sebuah tusuk konde.

"Boleh, Nduk. Itu memang punyamu. Mbah, merasa lega sudah bisa menceritakan ini padamu. Rasa sakit yang kupendam bertahun-tahun sendirian. Jangan tinggalkan Mbah sendirian, ya?", perkataan yang sangat jarang bahkan tidak pernah keluar dari mulut Mbah Kakung. Perkataan ini mengubah persepsi tentang seorang kakek di mataku. Selama ini aku selalu merasa aku punya Mbah yang kaku, galak, dan tidak mau menerima informasi baru. Tetapi, sekarang aku melihat beliau menjadi laki-laki tua penuh kehangatan dan sayang terhadap keluarganya. 

Kalau kata Kyai Mojo, memiliki kecemburuan terhadap keluarganya. Sehingga muncul rasa ingin melindungi setiap anggota keluarga.

Setelah berbicara dengan kakek, aku izin untuk kembali ke kamar. Rasanya aku lelah sekali seharian ini. Rahasia besar tentang hidupku sudah mulai terkuak. Meski aku masih harus memastikan, upacara apa yang dilakukan oleh ayah dan ibu di dalam sungai? Benarkah mereka dibawa oleh ratu Pantai Selatan?

Kusandarkan badan ke dipan, sambil mencoba membuka tusuk konde ini dengan perlahan. Kalau menurut cerita kakek, tusuk konde ini adalah perhiasan turun temurun keluarga Mbah Putri. Kuputar pelan-pelan, ada kertas di dalamnya. Tetapi aku tidak bisa membacanya. Tidak menggunakan bahasa seperti biasa. Ini tulisan arab, tanpa harokat. Ya Allah bacanya gimana coba. Kyai Mojo belum mengajari aku membaca tulisan semacam ini. Owhh...iya kyai Mojo, besok aku harus menemuinya.

---
Siang hari, sebelum kelas Qur'an a dimulai aku memberanikan diri menemui kyai Mojo. Aku menceritakan apa yang aku dapatkan tadi malam. Kemudian aku bertanya, "Apakah ayah ibu saya akhirnya menjalani kehidupan yang sesat? Sampai-sampai melakukan ritual di bawah air?"

Kyai Mojo terlihat tersenyum saat aku bertanya. Lalu menjawab, "Ayah dan Ibumu adalah sepasang suami istri yang taat. Aku menjadi saksi atas kebaikan mereka. Ritual yang disebutkan oleh Mbah Kakung mu itu adalah sholat di dalam air".

"Lhoh??", Aku sedikit terpejerat dan kaget. 

"Waktu itu untuk melindungi keislaman dari ibumu ayahmu mengajak untuk melakukan itu saat berada di luar rumah. Meski kakekmu pemimpin aliran kepercayaan tetap saja beliau sangat sayang kepada Rukmini. Dia tidak punya kuasa untuk menahan reaksi para anggotanya jika mengetahui Rukmini telah berpindah keyakinan. Akhirnya mereka sholat di bawah air", jelas kyai Mojo.

"Tapi, sepertinya kakek sangat benci dengan ayahku dan tidak suka dengan pernikahan orang tuaku", tanyaku penuh keheranan.

"Iya betul, tetapi sebenarnya Mbah Djati sangat hormat kepada ayahmu. Walau bagaimanapun dia adalah prajuritnya Pangeran Diponegoro. Di mata Mbah Djati, Syekh Ahmad Ali Syakieb adalah abdi dalem dan tamu istimewa untuk keraton. Yang membuatnya tidak suka adalah karena Rukmini jadi meninggalkan "agama" lamanya". Kyai Mojo menjelaskan panjang kali lebar.

"Waktu mereka sedang melakukan sholat di dalam air, tiba-tiba ada banjir bandang. Waktu itu hujan lebat terjadi di lereng sumbing. Sehingga volume air sungai menjadi sangat besar. Tetapi, penduduk mengira itu adalah amukan Ratu Kidul. Padahal tidak seperti itu kejadiannya." Jelas Kyai Mojo.

"Kyai bisa bantu saya untuk membaca ini?", Kutunjukkan kertas berwarna coklat itu kepada kyai Mojo. "Saya mendapatkannya dari tusuk konde yang katanya warisan turun temurun dari keluarga Mbah Putri", imbuhku

Sekejap mata Kyai Mojo nampak terkejut. "Boleh lihat tusuk kondenya?", suara kyai Mojo tampak bergetar. Lalu aku serahkan tusuk konde itu kepada beliau.

Tiba-tiba, air mata beliau menetes kemudian berkata, "Inilah akhir pencarianku selama ini".

"Maksud Kyai?", tanyaku penuh keheranan.

Terlihat Kyai mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Ternyata tusuk konde yang bentuknya sama hanya warna saja yang berbeda.

"Ini adalah tusuk konde yang sama dengan punya ibumu. Tusuk konde ini hanya ada dua di dunia. Dibuatkan secara khusus oleh orang tuaku dan diserahkan kedapa putra dan putrinya. Suatu hari, putri kesayangannya hilang di tengah perjalanan. Aku, mendapat wasiat dari ayahku untuk mencari pemilik tusuk konde itu, kakakku. Ya, Suryati ...kamu adalah cucu keponakanku." Jelas kyai Mojo dengan suara parau.

"Ayo ikuti aku..." lanjut Kyai.

Aku masih syok, ternyata Mbah Putri kakaknya Kyai Mojo. "Owhh... iya kyai", jawabku terbata tak percaya 

Aku dibawa oleh kyai Mojo menuju belakang Langgar. Ternyata disana ada dua makam. Bertuliskan nama Rukmini dan Ali. "Ini malam ayah dan ibu saya?", tangisku sudah tidak bisa dibendung lagi 

"Ya, waktu itu aku melihat jasad mereka. Sengaja aku tidak memberi tahu Mbah Djati. Agar pemakaman mereka bisa dilakukan secara Islam. Aku dibantu beberapa santri dari kota, merawat jenazahnya", jelas kyai Mojo

"Isi dari tusuk konde ini adalah, berpegang teguhlah kepada 5 perkara yaitu rukun Islam. Kamu memiliki darah keturunan kyai Besar di tanah Jawa ini. Cucu keponakanku", pungkas kyai Mojo.

Aku masih terisak, tidak percaya... Kubuka mata, ternyata masih di kamar. Ah.... mimpi aneh apalagi ini. Aku harus menemui kyai Mojo pagi ini juga.
Read More

Tusuk Konde Part 6 (Rukmini dan Ali)



Dengan perlahan aku mulai menggeledah isi lemari. Meskipun aku yang biasa mencuci dan melipat baju Kakek, tetapi tidak pernah boleh menata baju di lemarinya. Ora elok, katak Kakek. Menurut kakek tidak etis jika seorang cucu masuk ke kamar kakeknya. Ada satu kotak hitam, ternyata isinya adalah tusuk konde. Aku tidak mengerti, apa ini? Dibawahnya ada selembar kertas foto. Seorang wanita dengan rambut di sanggul dan menggunakan tusuk konde ini. Dia cantik, apakah dia ibuku?

------
Karena saking asiknya melihat foto itu, aku jadi tidak menyadari keberadaan kakek yang sudah ada di belakangku.

"Ngapain kamu di situ Suryati!", Suara kakek membentak, membuatku kaget.

"Mbah Kakung....", Suaraku pelan dan bergetar. Kotak di tanganku hampir terjatuh.

"Lancang kamu! Apa ini ajaran si Mojo itu? Berani kamu melawan Kakung mu sendiri? Hahh! Aku ini orang yang merawatmu sejak kamu masih bayi merah. Saat orang tuamu meninggalkanmu. Ini balasannya?", Aku tidak pernah melihat mata kakek yang seperti ini. Benar, beliau sangat marah sepertinya.

"Mbah...", suaraku parau. Aku mulai terisak-isak.

"Apakah salah jika aku ingin tau siapa orang tuaku? Siapa namanya, bagaimana orangnya, kenapa mereka meninggalkan aku saat masih bayi. Jika memang benar mereka meninggal, lalu dimana makamnya?", tanyaku masih dengan suara bergetar.

"Aku sebentar lagi 17 tahun, Mbah...sudah besar. Sudah sepantasnya aku tau tentang masa laluku. Tapi, Mbah dan seluruh penduduk desa ini seolah menutupi semuanya. Aku ingin tahu....Mbah! Tolong...", air mataku mulai tidak bisa dikontrol. Seluruh kesedihan dan rasa penasaran kutumpahkan juga akhirnya.

Melihat aku menangis, luluh juga hati kakek. Sekeras-kerasnya kakek, dia tidak akan tahan melihat air mataku. Itu juga alasan kenapa kakek sampai hari ini tidak melarang aku untuk belajar dengan Kyai Mojo. Disadari atau tidak, aku adalah segalanya untuk beliau.

Hanya aku satu-satunya keluarga yang dimiliki. Pakde Marto dan keluarganya mengalami kecelakaan. Padahal dia adalah satu-satunya saudara ibu. Ibuku? Entah dimana rimbanya akupun tak tahu. 

"Foto yang kamu pegang adalah foto ibumu. Namanya Rukmini. Cantik seperti kamu, Nduk", kalimat itu akhirnya muncul. Benar saja kakek menyerah di hadapan air mataku. Tahu begini sejak dulu aku nangis merengek-rengek. 

"Dan tusuk konde itu, miliki ibumu. Ibumu adalah penari yang menjadi primadona di kampung kita ini. Dia baik dan selalu menebarkan kebahagiaan. Sifatnya, tutur katanya lembut. Sangat mirip denganmu", imbuh kakekku.

Lho kok? Ibuku penari? Kata Kyai Mojo ibuku seorang muslim yang taat. Kenapa jadi begini? Apa mungkin ibuku mengenal islam lantaran ayahku? Aku menyimpan kalimat ini di dalam hati. Sambil menunggu penjelasan lanjutan dari kakek. Siapa tau, beliau akan memberitahu ku lagi. 

"Ahh ibuku cantik sekali... jadi, aku adalah Suryati Putri Rukmini Binti Djati Sasongko Adji", kataku memotong cerita kakek.

"Iya, benar...", kalimat yang keluar dari kakek sambil mengelus kepalaku.

"Ibumu cantik. Banyak sekali orang yang ingin mendapatkannya. Dia adalah gadis desa. Bukan hanya penduduk sini, kecantikannya tersohor sampai kabupaten. Pernah salah satu anak Bupati ingin menikahinya. Tetapi dia menolak. Malah dia lebih tertarik dengan seorang laki-laki tidak tahu diri itu ", penjelasan kakek mulai nyambung dengan penjelasan kyai Mojo. Benar, kakekku tidak merestui hubungan mereka. 

Aku masih diam, dan menunggu ceritan lanjutan Kakek.

"Laki-laki asing itu berasal dari daerah selatan. Dia mengaku sebagai anggota pelarian dari perang Jawa. Termasuk laskarnya Pangeran Diponegoro. Wajahnya bukan wajah Jawa. Jelas guratan tampang Arabnya. Apa kamu nggak sadar, wajahmu itu bukan wajah gadis Jawa? Hanya matamu yang benar-benar mirip ibumu". Setelah aku mendengar penjelasan itu secara refleks melihat kaca. Ah, benar juga hidungku terlalu mancung jika dibandingkan hidung ibu di foto.

"Aku tolong dia untuk bersembunyi, kubiarkan dia menginap disini. Eh, malah menjalani hubungan dengan Rukmini di belakang ku. Dia baik sebenarnya, tetapi tidak memenuhi kriteria sebagai menantuku. Dia itu sejenis si Mojo. Tidak mengenal sesajen, kembang, dan menyan. Hanya bedanya, dia menentang secara diam-diam dan perlahan. Makanya aku bisa tertipu olehnya. Dia mengambil Rukmini ku dari adat kebiasaan gadis Jawa. Rumkini tidak mau lagi menjalankan ritual bersamaku. Persis sekali denganmu. Rukmini juga...anak keras kepala. Tidak tahu diuntung". Cerita kakek dengan intonasi yang cukup beragam. Ada marah, sedih, kecewa.

"Siapa nama ayahku, Mbah?" Tanyaku tidak sabar.

"Namanya, Ahmad Ali Syakieb, dia mengaku sebagai pasukan Diponegoro. Dia adalah suruhan Usmani, begitu ngakunya. Aku menghargainya karena membawa na besar keturunan keraton. Kalau bukan, mana Sudi aku." Jawab kakek.

"Kalau tentang mereka akhirnya meninggalkan aku?", Ini adalah part penting yang tidak boleh dilewatkan.

"Bapak ibumu sering ritual di kali. Mereka melakukan ritual di dalam air. Hingga kemudian Ratu Pantai Selatan marah mengirim banjir bandang. Jasad Meraka mungkin sudah sampai istana Ratu Kidul. Kamu selamat, dan terdampar di ujung pohon besar dekat kali. Tempat kamu dulu menaruh sesaji." Jawab kakek.

Apa? Ratu pantai selatan? Ini sangat tidak masuk akal dan tidak mungkin sekali. Kenapa aku malah merasa kedua orang tuaku masih hidup, ya. Kuambil tusuk konde milik ibuku. Eh, ternyata bisa diputar. Ada isi di dalamnya.



Read More

Tusuk Konde Part 5 (Pencarian)



Punggung Kyai Mojo semakin jauh. Aku masih duduk di serambi. Mencerna apa saja informasi yang aku dapatkan. Aku cukup lega, karena Bapak dan Ibuk menurut cerita itu adalah orang baik. Dan ternyata beliau berdua adalah muslim.

--
Saatnya aku pulang. Meski hari masih sore tapia gelap sudah mulai datang. Matahari sudah bersembunyi sedari tadi. Kabut pekat dan dingin sudah mulai turun. Butuh penerangan untuk menembus jalan.

Hari ini aku cukup bahagia mendengar penuturan Kyai Mojo. Satu hal yang akan aku lakukan. Mencari jejak ayah dan ibuku di rumah. Aku yakin, kakek pasti menyimpan sesuatu sebagai petunjuk. Barang ibuku atau sukur-sukur fotonya ada disimpan kakek. Tidak mungkin aku bertanya langsung kepada kakek. Kalau melihat hubungan di masa lalu sepertinya kakek marah dan kecewa dengan ibuku. Tapi sekaligus menjadi tanda tanya, kenapa kakek sangat baik denganku. Bahkan ketika akhirnya aku memilih untuk menjadi muslimah ekspresi kakek hanya marah sehari namun kemudian membiarkan aku terus belajar. Meski beliau akan diam dan bersikap dingin setiap aku pergi ke langgar untuk belajar agama dengan kyai Mojo.

"Kulo nuwun, Mbah...", Salamku saat berada di depan pintu. Iya, tidak dengan ucapan salam seperti biasanya, kan kakekku tidak berkenan aku melakukan itu.

"Eh, ada tamu, to? Monggo Pak De..", ternyata di dalam kakekku tidak sendiri, beliau sedang bersama Pak De Tejo. Saudara sepupu ibu dari garis Mbah Jati.

"Iyo, Nduk. Darimana? Kok baru pulang?", Tanyanya

"Biasa dia, sudah kena bujuk rayu si Mojo pendatang itu. Belajar dia sama dia", jawab kakekku dengan nada tidak suka.

"Lhohhh....", Singkat tapi padat dan bermakna apalagi disertai mata yang terbelalak dari Pakde Tejo.

Aku hanya bisa tersenyum tipis dan miris. "Eh, belum ada minum, sebentar njeh Pakde", kataku coba untuk mengalihkan perhatian.

Aku yakin, setelah ini Mbah Jati, kakekku pasti akan menceritakan segala hal buruk tentang kyai Mojo. Seperti biasa, akan mengungkit tentang pendatang yang ingin mengubah tatanan. Baru juga datang sudah memprovokasi warga untuk tidak melakukan ruwat rigen. Terlalu banyak kemusyrikan katanya. Mbah Jati sering bilang bahwa, para wali saja yang menjadi pendahulunya mau meleburkan diri dengan budaya masyarakat. Lah, Kyai MoJo... terlalu kaku untuk diterima di masyarakat pada awalnya.

"Monggo, Pakde..." Tawarku kepada sepupu kakek ini. Sekaligus memotong cerita kakak.
"Tidak duduk sini dulu, Sur?", Tanya pakde.
"Saya masih harus mengerjakan banyak tugas, pakde"
"Tugas apa? Tugas dari Mojo?", Kalimat pakde penuh introgasi. 
"Bukan, pakde. Saya sedang ikut kejar paket. Biar pinter dan bisa mencari pekerjaan nantinya", tetap kucoba tersenyum menanggapi pertanyaan pakde.

Aku tinggalkan dua sepupu itu untuk meneruskan ceritanya. Mumpung kakek masih bercerita di ruang depan ini saatnya aku menjalankan misi. Mencari apapun itu. Aku coba masuk kamar kakek. Tidak sopan memang yang aku lakukan ini. Tetapi tidak ada jalan lain. Aku harus menemukan jejak dari kedua orangtuaku. Tidak mungkin aku terlahir dari batu. Pasti ada rahim yang melahirkan ku. Dan itu adalah putri dari Mbah Jati. 
Misi pertamaku adalah mencari kartu keluarga atau dokumen lain. Sebagi informasi, aku belum tau siapa namanya. Tadi sore kyai Mojo belum menceritakan padaku 

Dengan perlahan aku mulai menggeledah isi lemari. Meskipun aku yang biasa mencuci dan melipat baju Kakek, tetapi tidak pernah boleh menata baju di lemarinya. Ora elok, katak Kakek. Menurut kakek tidak etis jika seorang cucu masuk ke kamar kakeknya. Ada satu kotak hitam, ternyata isinya adalah tusuk konde. Aku tidak mengerti, apa ini? Dibawahnya ada selembar kertas foto. Seorang wanita dengan rambut di sanggul dan menggunakan tusuk konde ini. Dia cantik, apakah dia ibuku?
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.