Asmara Gen Z bukan Sinetron Biasa

Lagi di fase pengen udahan nonton sinetron wkwkwk. Tapi, lama kelamaan ni sinetron malah ngasih banyak insight. Meskipun perlu aku pertimbangkan lagi sih tentang waktu nontonnya. Menimbang lagi wort it nggak antara insight yang aku dapat sama waktu yang aku kasih untuk dapet itu. Mungkin perlu dikurangin durasinya, dicukupkan dengan potongan-potongan saja. 


Menonton Asmara Gen Z ini ga ekspek bakal dapet banyak nilai, awalnya aku kira ini hanya tentang kisah cinta anak Gen Z yang rada gimana gitu. Nyatanya di Sinetron ini aku dapet banyak pelajaran tentang manusia yang sedang berproses menemukan jati dirinya. Bagaimana dia mau belajar dari setiap kesalahan yang pernah dilakukan. Mereka akhirnya bertumbuh, bukan berubah. Seandainya ada perubahan pun tanpa mengurangi keaslian dia. 


Be You... berubah bukan karena orang lain tapi memang dia sadar bahwa dia sekarang tidak pada versi terbaiknya. Tetap menjadi diri sendiri jangan pernah menjadi orang lain. Saat kita mau menjadi diri sendiri maka perlahan kita akan tahu pada sisi mana yang perlu kita upgrade dan mana yang tidak perlu ditumbuhkan.


Dorongan berubah karena suara netizen atau orang disekitar kita pasti akan memberikan dampak yang berbeda dengan berubah karena kesadaran. Perubahan yang perlahan dan dimulai dari hal kecil akan bertahan lama dibanding perubahan secara sporadis. 


Selalu menjadi diri sendiri, tidak perlu menjadi orang lain. Tidak perlu merasa insecure dengan pencapaian atau hal yang dimiliki oleh orang lain. Setiap orang memiliki warna cahayanya sendiri. Masing-masing orang pasti akan bersinar dengan tanpa merusak sinar orang lain. PR terbesar dari kita adalah memastikan sinar itu menyala. Jika diibaratkan dengan lampu maka proses pencarian saklar itu seperti mencari klik atau keyakinan pada kemampuan yang kita miliki. Klik pada peran yang seharusnya kita jalankan. 


The last... Be You. Ini bukan kamu dengan segala aksesoris sehingga menjadi menarik. Tapi karena itu adalah kamu maka semuanya menjadi indah, menarik, berarti, dan berwarna.

Read More

Masinis Tua Pembawa Gerbong Kereta



Alkisah sekumpulan masinis tua tengah memandang gerbong-gerbong keretanya. Dia lelah dan dan sangat merasa tua, tapi saat ada masinis muda yang menjanjikan rasanya belum rela. Masinis muda dengan gelora api yang membara ingin membawa gerbong-gerbong itu segera beranjak. Terlampau lama sudah dia stuck, berhenti dan selalu terjebak dalam keindahan nostalgia masa lalu. Darah muda yang mendidih itu seketika membeku karena tatap remeh masinis tua yang masih terjebak dalam keberhasilan masa lalu. Sekarang sudah lebih baik jika dibandingkan sejak pertama mereka menjadi masinis kereta.


Cara kerja masinis tua masih sama seperti membawa kereta era kolonial, like...kereta uap. Padahal zaman telah membawa pada moderenasi. Semua sudah berubah dan semua serba cepat. Masinis tua yang lelah dan sebenarnya sadar dengan usia itu masih keras kepala dengan pemahaman lamanya. Masinis muda yang penuh rasa takdzim dan menghormati yang tua hanya terngaga dan meletakkan selendang semangatnya. Melihat masinis muda tak lagi bersemangat dan bergairah para masinis tua memandang sinis anak muda. 

Dengan bangga mereka berkata, "Kalian anak muda yang minta diberi kesempatan sudah kami beri, kan? Kenapa sama saja? Kenapa kereta tetap tidak berjalan?"Mereka tidak sadar ada kalimat toxic yang bermutasi itu menjadi rem untuk menjalankan tugas. Ada tanggapan yang memunculkan rasa kecewa. Ada rasa sia-sia. Perlukah masinis muda mengabaikkan rasa hormat dan menganggap mereka tidak ada? 

Matanya sayu, dia lelah. 

Di sisi lain ada penumpang gerbong yang idealis, logis, dan realistis. Mereka tak gentar mengungkapkan isi kepalanya. Baginya seluruh gagasan perlu untuk di uji cobakan. Mereka tidak ingin menyesal. Jika nanti semua berakhir setidaknya sudah berupaya dengan apa yang mereka punya. 


Masinis muda menanggapi dengan mata berbinar suara lantang dan cara berfikir mereka. Bukan hanya karena mengerti dan melihat ini sebagai angin segar untuk memberanikan diri mengendarai kereta, ternyata..., itu hanya sebagai ekspresi memberi ruang. Bagi dia memberikan tanggapan sudah lebih baik, paling tidak mereka memiliki ruang. Dia berharap ruang itu akan menjaga nyala mereka. 


Sekelompok idealis, logis dan realistis itu akhirnya akan berfikir ulang, ruang itu adalah satu gerbong penuh yang diberikan oleh masinis kepada mereka. Tapi ... setelah ditelaah kembali, ruang itu tidak akan membuat kereta berjalan. Mereka hanya ada di gerbong khususu tapi masih jauh dari ruang kemudi. Bisa apa?



Aneh tapi nyata, masinis berharap para penghuni mengikuti seluruh peraturan yang dia buat. Saat semua sudah taat, dia hanya diam. Tidak ada instruksi. Hey! apa maksud kalian wahai para masinis? Apakah maksudnya kami disuruh taat tapi tidak ada perintah. Yakin? semua yang diam dan tiak bersuara itu masih taat? Bagaimana kalian yakin jika tidak pernah diuji coba? 


Lalu bagaimana para penghuni gerbong ideologis, logis, dan realistis? Teriakan untuk maju, memperbaiki rel jika memang ada yang salah hanya angin lalu. Bahkan mereka akan mendapatkan stempel sebagai para pembangkang. Hellloww apa coba yang di bangkangi? Ada apa-apa saja tidak, bukan? Seberapapun gerbong itu mencoba dan seberapapun luas ruang yang diberikan pada mereka tidak akan pernah membuat kereta itu benar-benar berjalan. 


Untungnya, penghuni gerbong tidak akan pernah berhenti berbuat pada gerbong yang mereka miliki. Bagi mereka, seluruh kata dan tindakan yang tak henti dilakukan bukan hanya untuk menggerakkan kereta. Mereka melakukannya sebagai ejawantah penghambaan kepada Sang Maha. Sebagai bentuk ekspresi cinta. Dan sebagai tanda kepada siapa mereka berpihak. Kebenaran dan janji menegakkan panji akan selalu mereka usahakan. Bukankah tidak ada yang sia-sia di hadapan Allah? Mereka memastikan dipihak siapakah mereka. Ya... mereka adalah tentara Allah yang tidak akan silau dengan pengakuan.


Suguhan drama opelet fatamorgana 
Read More

Proud Of You, Tabina

Siapa tau setelah menulis ini suara berisik di kepala jadi berkurang wkwk. Ternyata aku serajin itu mengabadikan momen pertumbuhanmu, Bin. Jadi, aku pikir rasa haru berbalut ledekan ke Bapakmu harus ibu keluarkan juga. Ada apa tuh? Sampai ibuk sebangga itu? Iya, kamu sudah menyelesaikan hafalan 1 juz Al Qur'an. Bukan tanpa drama, drama banget malah. Ibuk yang memiliki kesabaran setpis tisu dibagi tiga ini terkadang juga merasa bersalah saat menemani proses yang sedang kamu lakukan. 

Saat menemani Tabina hafalan, kadang ibuk merasa sedang berkelahi dengan keinginan ibuk sendiri. Ada satu saat yang ingin memberikan ruang agar kamu bisa menikmati proses. Tapi, kadang ada dorongan ilmiah yang mengatakan Tabina bisa lebih dari itu. 

Ah....kamu yang setelah banyak waktu main tersita mengeja ayat demi ayat akhirnya berdiri di panggung sederhana itu. Berdiri paling pojok belakang, karena paling tinggi 😆. Pegang mic (?) sumpahhh ini adalah moment yang membuat ibuk dag-dig-dug. Pecah kan konsentrasi, antara mau terharu SMA rasa khawatir kalau Tabina lupa ayat atau lirik lagu. Untungnya kamu pinter, Bin. Akan diam saat lupa. Keren yaaa bisa sadar kalau aku lupa. Nggak maksa untuk menyuarakan ingatan, udah ada semacam alarm yang bilang bagian ini kamu lupa dan ga bisa wkwk. 

Hal yang membuat deg-degan parah saat munaqasah. Kok ya... ustadzah itu menyebut nomermu, nomer 24. Tau ga? Ada jiwa dokumentasi yang pengen mengabadikan momen itu, tapi disisi lain juga kaget gitu. Apalagi saat ditanya nama kamu malah lupa. Hah? Terus gimana kalau sama ayatnya lupa? Etapi, ada bisikan dari hati ibuk, kalau dia bisa aja lupa nama tapi bukan ayat. Ahhh ternyata tetep lupa ayat juga di pertanyaan pertama. Setelah diulang...ahhh kereeen ternyata ingat. Gimana ibuk ga terharu cobaaa. 

Anak bayi yang gembul itu...sekarang sudah menyelesaikan juz pertama dalam hidupnya. 

Bin, dengerin ya... Ibuk memasukkan kamu ke kelas Tahfidz bukan untuk mahkota di surga. Bukan biar ibuk dapat previlage menghuni surga jalur anak hafal Al Qur'an. Bukan. Ini adalah bekal untuk Tabina menghadapi dunia. Ibu tidak pernah tau zaman seperti apa yang akan kamu hadapi, tapi satu keinginan ibuk..kamu tetap dalam agama Allah apapun kondisi zaman itu. Dan Al Qur'an itu akan jadi pedoman hidupmu. Bukan hanya menghafal tapi kamu juga memahami arti dan mengimplementasikannya. 

Suatu hari, saat kamu yakin kamu ada Da'i pemahaman tentang Al Qur'an ini adalah sarana untuk mengajak orang mengingat Allah. 

Ibuk sayang dan bangga sama Tabina. 
Proud Of You....

*Catatan ibu biasa yang sedang belajar menjadi ibu dengan doa yang hebat. 
Read More

Mari Kembali Ke Dunia Nyata

Sebanyak 43 episode, hampir dua bulan ini aku terlalu lama dan serius mantengi sinetron deh kayaknya wkwk. Udah saatnya perlu perlahan tapi pasti move sih ini. Sudah cukup ya, riset-risetnya. Kamu udah tau kan, gimana caranya cari kalimat biar related sama anak Gen Z? Yuhuu buka aja tiktok terus lihat komen-komen. Karena ternyata banyak hal yang akan ditemui disana. 

Sekarang kembali ya...ke dunia nyata. Dunia yang katanya perlu misi penyelamatan dari pahlawan bertopeng tanpa tanda jasa. 

Masak niatnya mau riset malah keblabasan nyari spoiler tiap hari, itu nggak worth it wkwk. Yok bisa Yook mulai di list lagi tugas-tugas yang harus diselesaikan. Banyak, kan? Sampai lupa kaaan buat apa aja yang ingin kamu capai di tahun ini. Tahun kemarin jujurr kalau kamu kayak air mengalir, ya kan? Jadinya ga ada capaian baru emang. Mau ikutan online course aja ga jadi dengan alasan chat gpt banyak. Eh, ngomong-ngomong chat gpt, ini salah satu aplikasi yang pasa akhirnya aku lumayan menguasai cara penggunaannya wkwk. Lumayan, hemat beberapa waktu buat cari ide. 

Selebihnya? Ke pendewasaan aja kali, ya. Diingetin kalau bisa usia 40 sudah jadi master piece. Punya apa gitu. Waaah kaaaan. Punya apa ya enaknya? 

Mau bilang blog, kok nyatanya nih blog juga gini-gini aja. Belajar menulis sih ini kayaknya. Tahun ini saatnya mengasah kalimat-kalimat biar mudah dipahami dan maksud yang ingin disampaikan nyampek gitu.

Bismillah belajar buat majalah a.k.a selebaran buat anak-anak sekolah. Semoga bisa jadi awalan. 


Terus masih mau nonton sinetron Asmara Gen Z? Iyaaa masih kayaknya, terlanjur penasaran sama kisah Aqeela dan Fattah wkwk. Mereka bakal udah atau gimana gituu. Meski effortnya ga sebesar yang sebelumnya sih. Tim pantau aja lah ya... 

Sungguh tanggung jawabmu itu lebih banyak dari waktu yang kamu miliki. So, fokus dan bekerja keraslah. 
Read More

Crazy Rich Di Sekitar Rasulullah

Pada mulanya aku selalu berfikir sangat menakutkan menjadi orang kaya. Peluang untuk menjadi sombong sangat besar plus hisabnya nanti juga banyak. Kayak-kayaknya tu, ga pengen banget jadi orang yang banyak uang. Pengennya jadi orang yang cukup, pas mau apa-apa uangnya cukup gitu hihi. 

Ketakutan itu muncul disebabkan oleh penghayatan terhadap kisah Karun. Iyaaa Karun yang tenggelam bersama hartanya. Saking menghayatinya, sampai lupa kalau para Sahabat di sekitar Rasulullah mereka juga bukan orang dengan keuangan yang kembang kempis. 

Gegara terbayang uang = Karun sampai lupa ada Abdrrahman Bin Auf yang beliau kaya raya banyak uang dan tetap masuk surga dengan hartanya itu. Kalau pada masa Rasulullah para sahabat jadi enggan bekerja maka saat perang Tabuk tidak akan cukup perbekalan perang. 

Nggak bakal ada cerita itu Usman Bin Affan menyumbangkan 950 onta, 70 kuda, dan 1.000 dirham. Banyak banget! Pada kepo nggak sih berapa aja kekayaan para sahabat yang ada di sekiar Rasulullah? Yuk, simak!

Daftar Kekayaan Sahabat Nabi

Abdurrahman Bin Auf
Salah satu orang yang ingin miskin dengan membeli kurma busuk dengan harga tinggi, eh... malah setelahnya ada orang yang mencari kurma busuk dengan harga empat kali lipat. Gagal miskin deh!

 Sahabat satu ini memang sering banget dijadikan rujukan para pengusaha muslim. Karena kesuksesannya dalam berwirausaha. Kekayaan beliau berupa 1.000 ekor unta, 1.000 ekor kuda,  ribuan kambing. Seperempat harta warisannya aja 84.000 dinar!

Kerennya lagi, beliau masih mewasiatkan agar seluruh alumni perak badar yang masih hidup diberi 400 dinar. Padahal alumni pasukan badar yang masih hidup pada waktu itu masih 100 orang. Dihitung aja berapa uangnya kalau full hihi. Ya gimana ya, sekali duduk dalam majelis infaknya aja ga kaleng-kaleng. Tu kotak infak masjid lubangnya kecil-kecil ga bakalan muat. Saking banyaknya uang yang di infakkan. 

Ga cuma infak, sebagai pebisnis ulung beliau juga ngga pernah absen dalam peperangan pada zaman Rasulullah.

Utsman Bin Affan
Sahabat yang dikenal kalem dan punya hobi berbagi ini, saat wafat meninggalkan properti kekayaan senilai 200.000 dinar dan sejumlah onta serta kuda. Bahkan hingga saat ini masih ada kebun kurma, hotel, dan rekening atas nama Utsman Bin Affan. 

Saat Rasulullah masih hidup tentu banyak yang telah diberikannya untuk islam, selain infak saat perang Tabuk, Utsman juga membeli sumur dari Yahudi dengan harga tinggi agar umat muslim dapat mengakses air dengan mudah.

Thalhah Bin Ubaidillah
Ini juga ga kalah fantastis. Penghasilannya dari usaha yang ada di Irak adalah 1.000 dinar per hari! Itu baru satu tempat usaha, gaes! 🙀

Masih ada lagi usahanya yang ada di Yaman. Bisa dibilang penghasilan harian Thalhha Bin Ubaidillah lebih dari 1.000 dinar per hari. 

Sa'ad Bin Abi Waqqas 
Rumahnya bisa dibilang sangat mewah. Bayangin aja temboknya dari bahan yang sama seperti batu akik dengan halaman yang luas. Ketika wafat beliau mewariskan harta setara degan 15,38 M

Zaid Bin Tsabit 
Kekayaan sahabat Rasulullah yang satu ini adalah 100.000 dinar dan tanah. Selain itu masih ada emas dan perak. Konon karena saking banyaknya, saat harta warisannya akan dibagi harus dipecah degan kapak. Kebayang ga, sih kalian? Gimana bentuk emasnya sampai kapak maju?

Zubair Bin Awwam
Sahabat yang memiliki keahlian berkuda ini juga nggak kaleng-kaleng, lho! Harta warisan yang beliau bagi-bagikan sebanyak 57.600.000 dirham ini setara dengan 3.543.724.800 rupah. Tiga trilyun lebih!! 

Abu Bakar 
Manusia yang timbangan keimanannya lebih berat dibandingkan dengan keimanan seluruh manusia ini juga memiliki kekayaan yang besar. Aku belum nemu sumber yang menjelaskan tentang berapa besarnya harta Abu Bakar sih, tapi kalau dilihat dari kisah-kisahnya kita bakal bisa menyimpulkan kalau Abu Bakar ini juga kaya. Bayangkan dia membebaskan budak, salah satunya Bilal Bin Rabbah. Selalu menjadi yang pertama dalam membantu orang kesusahan. Menginfakkan seluruh hartanya saat perang Tabuk. Jadi, bisa dibilang seluruh hartanya digunakan untuk islam.

Umar Bin Khathab 
Umar Bin Khathab ini merupakan salah satu pengusaha properti yang sukses serta memiliki ladang pertanian seluas 70 ribu hektare. Dimana per hektare bisa menghasilkan uang setara 160 juta per tahun. Artinya dari hasil panen di ladangnya Umar akan mendapatkan penghasilan 2,8 T. Fantastis sekali, kan?

Realita ini seharunya cukup untuk menjadi penyemangat bagi orang islam untuk bekerja keras namun tetap berorientasi akhirat. Dalam artian dia tidak terlena dengan pekerjaan yang dilakukan. Spirit yang perlu dibangun adalah banyak ibadah yang memerlukan biaya. Banyak agenda dakwah yang butuh biaya. Yuk... bisa yuuuk semangat bekerja. Jadikan pekerjaan kita sebagai jalan mendapatkan surga-Nya.

Daaan satu lagi, kesibukan mencari harta tidak menjadi alasan untuk tidak turut serta dalam dakwah. Jangan mentang-mentang sudah infaq paling banyak untuk Islam, lalu tidak mau terjun langsung dalam mensyiarkan agamanya. Karena ternyata, para sahabat yang kaya raya itu juga tidak absen dari panggilan jihad dengan alasan mengurusi usahanya. 
Read More

Hai! Aku Tania Sahabat Gen Z dan Alfa

 Kemanapun aku mencoba mencari pelarian dan mencoba menentukan arah tujuan, akan selalu dipertemukan dengan hal yang sama. Dari dulu sampai sekarang ternyata perhatianku tidak pernah bergeser. Masalah anak usia SMP sampai dengan SMA. Entah mengapa aku merasa jika periode ini adalah periode krusial untuk ditemani. Selalu ingin memastikan mereka tumbuh sebagaimana mestinya. Maksimal usia 15 tahun mereka sudah selesai dengan dirinya. Sudah bisa menerima dan mensyukuri hidup yang dia miliki. Tidak pernah lelah untuk terus belajar, memperjelas jati diri dan jalan untuk meraih mimpi. Menjadi pribadi yang hidup bukan hanya untuk diri sendiri. Memiliki kejelasan pandangan tentang peran apa yang harus dimiliki. Tidak lelah meng-upgrade kemampuan diri.


Aku ingin membersamai mereka. Di penghujung tahun ini, aku menemukan ternyata permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan zaman-zaman terdahulu. Masih seputar miras, narkoba, pornografi, hamil di luar nikah. Masalah-masalah yang di blowup maksimal adalah seputar kesehatan mental dan bullying. 


Kemarin sempat pusing banget sih, membayangkan masa depan. Anak yang hamil di usi sekolah, apa kabar kesiapan mereka menjadi ibu? Terus, kalau anak mereka sudah lahir, siapa yang akan merawat mereka? Jadi apa mereka di masa yang akan datang?


Anak yang sudah terbiasa dengan sebotol minuman, narkoba, atau melakukan hal asusia lainnya dikeluarkan dari sekolah, apa kabar masa depan mereka? Sekolah seolah bukan lagi tempat mendidik, bagi sekolah lebih baik mengamputasi mereka dari bangku sekolah daripada mencari jalan memperbaiki. Sampai pada kesimpulan, masa depan seorang anak tidak lebih penting dari reputasi sekolah. Jika sekolah sudah bermetamorfosa menjadi tempat transfernya ilmu pengetahuan saja, lalu?


Ah, tapi bisa jadi juga menurut sekolah itu adalah jalan terbaik. Daripada menularkan virus kepada lainnya, kan?  Atau bisa jadi ini bentuk keputusasaan. Saat mencoba berkolaborasi dengan orang tua, ternyata orang tuanya juga melakukan kesalahan yang sama. Sehingga, menurut mereka tidak masalah anaknya melakukan hal tersebut. Bisa banyangin ga sih, anak dari seorang pemabuk atau pemakai atau bahkan penjualnya? 


Inilah masalah selanjutnya, orang tua yang ternyata juga problematik. Ibaratnya sudah dicekoki dengna hal baik, sudah dicoba untuk diperbaiki tetapi rusak lagi oleh orang terdekat. Jika orang tua melihat anak yang penting bisa hidup kemudian terserah dia mau apa, ya gimana? Kepada siapa lagi harus berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal keluarga adalah sebuah lingkungan terkecil yang mepengaruhi jati diri anak.


Entah harus mulai darimana untuk mengurai semua benang ini. 


Realita yang terus nampak ini memanggil hati nurani saya untuk bisa menyadarkan mereka semua. Agar kembali kepada jalan yang benar. Dengan bekal menulis ala kadarnya dan bisa sedikit-sedikit edit canva dan video, sepertinya menggunakan media sebagai wadah penyadaran adalah hal yang paling mungkin dilakukan. Selain tetap menyusun langkah-langkah pembinaan bagi mereka. 


Ya, melakukan propaganda isu bagi gen z, alfa, betam dan gamma adalah jalan ninjaku. Menulis di blog ini, aktivasi media sosial, dan  menulis buku atau novel mungkin  bisa menjadi salah satu pilihan. 


Jadi, sudah ketemu kan Ren? Peran apa yang akan kamu ambil. Sekarang saatnya belajar agar bisa melakukan propaganda tersebut. 


Yang jelas kepikiran sih melakukan riset, mengolah bahan, up. Bismillah ya Allah, ijinkan kami menjadi fasilitator kehidupan bagi mereka.

Read More

Pertanda Jodoh

 Jodoh... adalah misteri yang tersimpan rapi dan akan terkuak setelah kita menemukannya. Jalan untuk menemukannya tidaklah mudah. Ada masa kita merasa sangat dekat dan dia banget jodoh, tapi ternyata bukan. Merasa kayaknya nggak banget tapi nyata-nyata memang dia jodohnya. Orang-orang berfikir itu nggak setara dan nggak sepantasnya, tapi kalau itu memang takdir ocehan mulut manusia apalah artinya. Ada beberapa tanda yang dianggap oleh orang-orang itu adalah tanda jodoh.

Pertama, Jalannya Mudah

Jodoh itu sudah disiapkan oleh Allah secara khusus dan unik. Jalan untuk sampai kepadanya akan banyak rintangan, menguras emosi, air mata, dan luka-luka. Tapi, sebenarnya... rintangan itu datang karena kita saja yang belum benar-benar fokus untuk menemukannya. Atau bisa jadi, rintangan itu adalah cara untuk menyiapkan kita agar bisa bertemu dengan jodoh. Saat kita sudah menyelesaikan ujian dan rintangan dengan baik, sudah mengenolkan diri, cahaya itu akan datang. Banyak orang bilang jika itu jodoh maka jalan untuk bisa bersama akan terasa mudah. 


Jodoh itu Saling Menumbuhkan

Jika dia jodoh kita,  pasti akan membuat kita semakin bertumbuh. Menjadi manusia dewasa dan mampu menjalankan dengan benar tujuan dari penciptaan. Dia akan mengantarkan kita pada tempat yang seharusnya kita tempati. Bukan jodoh jika memberikan rasa sakit tak berkesudahan. Bukan jodoh jika dia mengkerdilkan. Jodoh itu akan saling menumbuhkan. Menjadikan satu menjadi lebih baik dibanding sebelum bersama.

Tapi... tidak berarti jika saat ini kita menjadi kerdil dengan jodoh yang kita percayai kita belum menemukannya. Karena bisa jadi, kita yang bertemu dengannya sebelum selesai dengan ujian diri. Ah.. berarti jodoh itu akan menumbuhkan jika kita bisa menyelesaikan segala ujian. Ya, kita akan tumbuh bersama disaat yang pantas.


Jodoh, akan selalu dipertemukan

Sejauh apapun mencoba untuk mencari lain jalan, jika jodoh pada akhirnya akan dipertemukan. Kadang bertanya, kok bisa? Karena jodoh itu seperti gembok dan kunci, seperti sepasang alas kaki. Jika bersama dengan lainnya tidak akan tepat. Pernah denger kan istilah, lama jagain jodoh orang? Kecenderungan bisa kepada beragam pilihan, tapi jodoh hanya ada satu yang tepat.


Emmm iya, jodoh ini bukan hanya jodoh dalam pernikahan saja lo. Jodoh dalam pekerjaan, jodoh dalam menentukan peran, bahkan bisa juga jodoh dalam mendefinisikan diri. Eh, yang terakhir gimana? Iya, kadang kita yakin banget kalau kita itu orang yang tulus dan suka menolong. Ternyata di detik kemudian kita menemukan ternyata sikap suka menolong itu bukan karena ketulusan tetapi karena mengharapkan feedback tertentu dari orang lain. 


Perkara bertemu jodoh definisi diri ini tidaklah mudah, ingat hukum tentang mengenali manusia adalah proses seumur hidup. Nah, kan... artinya, mengenali diri adalah proses seumur hidup.


Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.