Pesan Manis Buat Anggota Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut)

Hari ini tuh hari yang amaze banget menurutku. Akhirnya si Len-Len mengakhiri masa jomblonya juga. Hidup di masyarakat yang sangat perhatian dengan tetangganya tuh antara seneng sama enggak. Senengnya karena banyak yang perhatian, enggaknya karena terlalu perhatian itu sehingga ada ranah-ranah pribadi yang juga diperhatikan. Menikah, misalnya. Dilema terlalu banyak yang tanya kapan nikah dan orang tua menjadi resah biasanya di alami oleh wanita-wanita yang tinggal di daerah pedesaan. Semi urban juga iya, kadang. Mana nanti ada label perawan tua lah, inilah, itulah. Yaaaa anggap aja itu sebagai dampak negatif atas perhatian para tetangga hihi.

Akutuh bahagia, akhirnya penantian Len-len yang sudah lumayan dengan ragam ikhtiar itu kesampaian juga. Paling tidak, pernikahannya ini membuktikan beberapa prinsip dan kepercayaan yang aku miliki tentang jodoh. Apa aja tuh?

1. Meng-nol-kan diri
Ini adalah pasrah tingkat dewa Mengenolkan segala rasa, segala ingin, segala-galanya. Pasrah tanpa dalih, pasrah tentang segala takdir dengan keyakinan akan ada skenario terbaik. Skenario yang tidak akan mampu logika manusia memahaminya. Istilah ini aku dapatkan saat masih di salah satu Dinas Temanggung. Beliau, bu Iin namanya adalah seseorang yang memperkenalkan istilah itu. Waktu itu beliau bercerita tentang penantian buah hati yang kedua. Berbagai macam ikhtiar dilakukan, bahkan baju bayi sudah disiapkan di dalam lemari. Tapi ternyata sekian tahun, buah hati kedua tersebut tak kunjung datang. Kemudian beliau meng-nolkan diri. Semua baju bayi yang tertata rapi diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan dan beliau berselimut pasrah untuk buah hati keduanya. Dan... tadaaaa setelah melakukan itu akhirnya beliau positif, garis 2. 

2. Jujur dengan kemauan
Aneh memang kita tuh...bahkan sama Allah aja masih suka bohong. Nggak mau benar-benar jujur dengan keingingan. Atau lebih parahnya kita sendiri nggak ngerti sama kemauan kita tuh apa sebenarnya. Kalau kita sudah mulai ngerti apa mau kita, mulai jujur sama keinginan kita ke Allah, lalu serius memintanya, Allah akan mengabulkan. Aku yakin, pertemuan Len-len denga mas Can-can itu adalah buah dari kejujuran Len-len tentang bagaimana sosok lelaki yang diharapkan.

3. Tetap Menjaga Niatan
Dalam bayang-bayang perhatian tetangga dan desakan dari keluarga terdekat terkadang untuk segera mengakhiri masa lajang kadang bisa jadi alasan pertama untuk mulai lupa dengan keinginan dan harapan. Jangan sampai menikah karena merasa sudah terdesak. Segenting apapun posisi tetap jaga niatan. Menjalankan sunnah Rasulullah dan bersiap untuk melakukan ibadah terpanjang. Ingat, terkadang bukan siapa yang paling cepat tapi tentang siapa yang paling tepat.

4. Kalau itu jodoh, semuanya akan serba mudah
Ini sering banget terjadi. Kalau jodoh pasti semuanya serba mudah. Allah pasti akan mempermudah jalan atas niat baik yang kita lakukan. Kita hanya perlu yakin, Allah akan memberika jalan bagi kebaikan. Yakin, pertemuan dengan seseorang yang telah Allah tuliskan pasti terjadi.

Btw, selamat menempuh hidup baru Len-len dan mas Can-Can. Semoga segala kebaikan senantiasa menyertai langkah. Semoga Allah memberikan kebaikan dan keteguhan untuk menjadi penjaganya bagi kalian berdua dan seluruh keturunan kalian. Selamat memasuki babak baru kehidupan
Read More

Menghilangkan Distraksi

Distraksi itu kayak debu di atas kaca, pas awal cuma sedikit nggak terlalu menganggu tapi lama-lama membuat kaca jadi burem. Gitu kali ya... Awalnya hal kecil yang jadi distraksi itu masih nggak masalah karena kita masih bisa melihat ke depan, tapi kalau tidak dibersihkan akan membuat tujuan hidup menjadi bias. 


Semua target yang ditentukan menjadi tidak jelas pencapaiannya. Energi kita habis menuruti distraksi yang sudah banyak itu. Tau endingnya apa? Kita berasa nggak punya tujuan dan nggak ada sedikitpun capaian. Semua ide, gagasan menguap begitu saja. Energi yang seharusnya tidak seberapa jadi sangat besar yang dibutuhkan. 

Oke, well satu yang perlu disyukuri, kita sadar ada distraksi. Sadar kalau semua jadi kabur dan nggak jelas. Langkah selanjutnya hilangkan distraksi itu. 

Bersihkan dulu, perlahan, nanti kita akan melihat lagi lebih jernih apa yang sebenarnya akan kita lihat. Apa sebenarnya yang kita inginkan. Kalau distraksi kalian adalah media sosial, hapus dulu. Kalau distraksi kalian gadget perlu dijadwal kapan kalian megang gadget. Kalau distraksi kalian dracin, coba matikan paket data dulu. Kalau distraksi kalian Drakor coba buat jadwal dulu. 

Karena siapa tau distraksi itu ternyata metamorfosis dari hiburan atas kepenatan kita. Akhirnya kita malah jadi terlena. Niatnya dia cuma iklan malah jadi aktivitas harian yang sangat menyita. Dan ini....tidak sehat. Karena modalitas waktu yang kita miliki harusnya menjadi sumberdaya untuk mewujudkan haparan, tujuan, dan cita-cita. 

Well, yuuuk! Kembali lagi! Bekerja keraslah dan tetap tebarkan kebaikan 🔥🔥🔥

Karena hidup tak sebercanda itu. 
Read More

Mengapa Allah Menciptakan Rasa Takut dan Harap?

Menurut pengertian yang ada di Gemini wkwk, rasa takut adalah slah satu emosi dasar yang dimiliki oleh manusia. Dia merupakan respon saat ada ancaman atau bahaya baik secara fisik maupun emosional. Takut menjadi salah satu mekanisme pertahanan alami yang akan membantu menghindari dan mengatasi potensi bahaya. Sedangkan harap merupakan bentuk dasar dari kepercayaan pada sesuatu yang diinginkan akan terwujud. Uniknya dua kalimat ini bisa kita sandingkan secara bersamaan. Dalam islam mengenal istilah Khouf (takut) dan raja' (harapan), khaouf adalah rasa takut kepada Allah, Raja' adalah harapan akan rahmat Allah. Sumber rasa takut dan juga harapnya berasal dari titik yang sama, yaitu Allah. 

Rasa takut dan harap harus seimbang. Tidak boleh salah satu diantaranya lebih dominan dibandingkan dengan yang lain. Tapi ya, sebenarnya kenapa tulisan ini muncul didasari beberapa hal. Pertama, karena kadang kita memang punya rasa takut terhadap banyak hal. Rasa takut itu seperti mengendalikan, mengambil alih kehidupan yang kita miliki. Hidup tidak tenang karena hidup dalam bayang yang belum pasti. Kemudian munculah harapan untuk mengendalikan rasa takut itu. Harapan itu seperti sugesti yang membangkitkan keyakinan kalau ketakutan itu hanyalah rasa yang belum tentu menjadinyata. Harapan-harapan inilah yang kemudian bermetamorfosa menjadi bait-bait doa. Yakin, bahwa segala hal yang terjadi masih pada batas kemampuan kita. Kedua, aku mulai bertanya karena apakah rasa takut itu muncul? Apakah rasa takut itu datang karena dunia atau karena Allah? Sebagai seorang yang katanya beriman hal ini perlu kita tanyakan. Rasa takut yang ada dalam diri kita itu apakah hanya karena takut kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta yang sudah dicari, tidak lagi memiliki harga diri atau karena kita takut kehilangan Allah, kita takut diabaikan Allah, kita takut Allah murka dan enggan memberikan maafNya? Lalu harapan yang ada itu, apa benar sebuah harap yang menginginkan diri lebih dicintai Rabb-nya? Atau hanya sekadar harapan segala urusan dunia yang ada di hadapannya selesai tanpa drama dan berjalan seperti keinginannya? Hey! dimanakah Allah jika semua sumber rasa takut dan harap itu bukan lagi tentang Sang Maha?

Ironi memang, tapi mungkin tak apa juga. Sebagai manusia yang sedang berproses meraba tangga iman menurutku hal wajar jika semua ternyata masih beralasan dunia. Hanya saja, jangan sampai kita larut terlalu dalam pada ketakutan kehilangan dunia. Terkadang ada harga yang perlu kita bayar agar tersadar bahwa sesunggunhnya hidup dan mati kita untuk Allah. Ketika dunia ini serasa sedang tidak berpihak ada Allah yang menanti kita kembali merintih, meminta, dan menghiba dalam sujud panjang kita. Dalam proses meraba tangga iman kita juga perlu meminta agar segala rasa mendapatkan bimbingan untuk selalu sampai pada Allah semata.

Sungguh, suatu saat nanti kita pasti akan menyadari makna, dunia sebagai sarana mendapatkan akhirat. Kita akan tau pada akhirnya kepada siapa semua bermuara. Jangan sampai karena rasa takut kita kepada dunia sampai kita lupa menghidupkan rasa takut diabaikan oleh Allah SWT. 

Ya.... kita hanya perlu takut kalau Allah tidak lagi bersama kita dan berharap Allah benar-benar menyambut kita dengan berlari saat kita sadar untuk kembali. 
Read More

Semua Manusia Pasti Dapat Bagian Overthinking

Entah mengapa tetiba punya sebuah keyakinan kalau setiap orang itu pasti punya overthinkingnya masing-masing. Menurutku ini juga wajar karena Allah memberikan akal pada manusia. Kemampuan manusia untuk berfikir atau thinking bisa berdampak pada over thinking, terlalu banyak berfikir. 

Kecenderungan banhak berfikir yang sering dilakukan ada pada hal-hal yang belum terjadi. Sebenarnya nggak terlau masalah sih, kalau hasil overthinking itu adalah strategi agar pikiran negatif tidak terjadi. Tapi, seringnya kita jadi kayak terpenjara gitu dalam pikiran-pikiran yang ramai dan berisik. Penuh prediksi yang disertai ke khawatiran. Padahal mah, masa depan itu sesuatu yang disembunyikan sama Allah. Nggak ada dari kita yang benar-benar bisa tahu bagaimana masa depan. 

Kebiasaan overthinking bisa berkurang kalau kita memang punya kendali atas diri kita. Setiap hal yang Allah berikan berupa hati dan pikiran membutuhkan kendali berupa sinyal jika dia sudah berlebihan. Kalau kita memiliki sensor yang kuat maka kita akan tahu pada batas mana seharusnya kita menghentikan hati dan pikiran kita secara berlebihan. 

Ini emang menuntut banget buat kita tu kenal sama diri sendiri. Kalau berlebihan kita harus melakukan apa agar tidak itu tidak memenjarakan diri kita. Aneh tapi nyata sih kadang, kita terpenjara oleh pikiran kita sendiri. Lucu juga, ternyata yang membuat kita nggak merdeka itu diri kita sendiri. Aaaaaa ini gimana yaaa konsepnya. 

Kembali ke topik pertama, setiap manusia sudah punya bahan overthinkingnya masing-masing. Bahan overthinking bisa dari hal yang kita sukai juga, hal yang paling kita kuasai, hal yang paling kita miliki. 

"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami". (QS. Al Anbiya:35)

Orang yang sepertinya hidup lurus-lurus aja pasti punya kok overthinking tu. Cuma ya gituu cara memanggapi dan menanganinya itu yang berbeda. Tergantung kondisi setiap orang. Tergantung kedewasaan dalam bersikap atas masalah yang datang. Jadiii...yuk pastikan kita bisa mengendalikan apa yang ada pada diri kita. Biar jadi manusia merdeka 🇮🇩🇮🇩
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.