Yah, sepenggal kalimat yang akan membayangi langkah kaki beberapa waktu ini. Ketika tumpahan rasa kecewa dan gugatan atas ketidak idealan mulai menyeruak ke permukaan. Lalu datanglah sepenggal pesan yang diperantarakan atas nama pertemanan.
Semakin lama berinteraksi maka, akan seperti seseorang yang berenang ke dalam lautan. Dia akan semakin dalam dan akan semakin mengetahui isinya. Jika selama ini hanya mengenal permukaan, maka lautan dalam menjadi sebuah rahasia. Tapi, setelah perlahan menyelami kita akan melihat apa saja isi benda di dalam sana. Bisa jadi bukan hanya mutiara, tapi tumpukan sampah.
Di tepi pantai memang akan sangat indah. Disana kita bisa melihat batas cakrawala. Angin bertiup sepoi dan menikmati deburan ombak. Awan berarak di antara birunya langit. Hanyalah mengingat keagungan Allah yang dapat kita lakukan saat melihatnya.
Tapi laut masih tetap menyimpan banyak rahasia. Hanya orang tertentu yang sanggup menyelaminya. Banyak pula perbekalan dan kesiapan yang perlu dilakukan agar sanggup melihat hingga ke dasaran. Setelah menyelam menjadi hak bagi masing-masing untuk menentukan. Tetap bertahan untuk tinggal atau pergi dengan ragam rasa kecewa.
Tak ada organisasi yang benar-benar bersih dan sesuai idealisme awal pembuatannya. Seperti kealamian laut yang tetap bisa tercemari oleh tindakan tidak bertanggungjawab. Hm..pergeseran menjadi sebuah kemestian karena berjaraknya pendiri dengan penerus masa kini. Jangan mencari ruh dari pendirian karena kadang dia tidak ikut terkubur bersama jasad pemiliknya, tetapi generasi selanjutnya sudah enggan menggunakan. Tak mampu membuat tafsiran.
Tak perlu juga merasa patah hati, ketika idealisme tak bertemu realitas. Ketika keseharusan sudah tak menjadi harus. Kesalahan menjadi lumrah. Saat ini, yang perlu dikembalikan orientasi bukan mereka, cukup dari kita saja. Kita mungkin hanya riak kecil yang keberadaannya tidak akan memberikan pengaruh apapun. Tapi paling tidak bisa membuktikan tentang niat awal dan tujuan.
Tak perlu risau dengan dukungan dan cara pandang manusia dengan segala yang kita niatkan karena panggilan Tuhan. Seluruh makhluk ciptaan-Nya tak perlu membuat kita terjatuh dan terpuruk. Melukai perasaan. Seandainya seluruh penghuni langit, bumi, dan di antara keduanya tak lagi memberikan sorak dan dukungan tetaplah fokus pada jalan yang kamu yakini kebenarannya.
Bahkan meski kini kamu berada di sebuah rumah yang rusak, atapnya bocor tapi tidak harus dirobohkan. Carilah cara untuk memperbaiki. Pastikan pondasinya masih kokoh. Pastikan pergeseran hanya pada atap bukan lainnya.
Mendapatkan gambar ini dari Ustadzah ada rasa haru yang membuncah. Ketika mendapatkan pemberitahuan dari Ustadzah bahwa kamu akan melakukan ujian kenaikan jilid rasanya ingin menangis. Tapi nyatanya gengsiku lebih besar dari keinginan itu wkwkwk. Oh, Ya Allah aku sampai lupa mengucap rasa syukur kepada-Mu. Betapa besar kasih sayang-Mu kepada anakku. Terimakasih Ya Allah, atas kemudahan yang Engkau berikan kepada Tabina dalam memahami secuil ilmu-Mu. Semoga Engkau selalu permudah dia dalam mempelajari agama-Mu hingga kelak menjadi salah satu bagian dari penegak risalah yang telah Engkau turunkan kepada Nabi-mu.
Hai, Tabina... jika suatu hari nanti kamu merasa lelah bacalah tulisan ibumu ini. Bahwa ketika kamu masih berumur 5.5 tahun telah berhasil berjuang dan tekun belajar. Kamu dilahirkan bukan sebagai orang yang mudah menyerah dengan keadaan. Meski berawal dari hal serba kekurangan dan penuh ketidakmampuan tapi darahmu adalah darah pejuang. Tidak pernah menyerah dan terus menyelesaikan semua tantangan. Aku adalah saksi saat kamu baru saja lulus dari balita. Awal masuk ke kelas TK A, teman-temanmu sudah mendapatkan kitab untuk mengaji. Sebagai tanda mereka telah memiliki start lebih awal darimu. Mereka telah memiliki bekal lebih banyak dari mereka.
Kamu pulang dengan wajah sedih, karena teman-teman sudah berfoto dengan kitab dan kamu belum. Akhirnya, kamu tak merasa lelah untuk belajar dan mendapatkan kitab. Awalan, alfatihahmu pun masih berantakan, sedangkan ada temanmu yang sudah berbekal hafalan lainnya. Aku, ibumu sempat khawatir kamu akan tertinggal. Aku tak bisa meraba perasaanmu seandainya hal itu terjadi. Tapi, sekali lagi kamu menjunjukkan kegigihan. Setiap berangkat sekolah selalu semangat karena memiliki tujuan yang akan dicapai. Di rumah tetap mau murajaah...
Mungkin kamu akan bertanya, kenapa bisa Tabina yang anaknya ibuk dan bapak ketika masuk TK belum bisa apa-apa? Ada beberapa hal, Bin... Pertama, kamu pernah trauma saat belajar mengaji. Kami salah memintamu mengaji bersama teman-teman di desa kelahiran Ibuk. Datang pertama kali di majelis ilmu itu kamu langsung diminta untuk membaca Al Qur'an. Kamu hanya diam saja, karena memang belum bisa. Lalu disuruh pulang oleh guru ngaji pertamamu. Atau akan bertanya, kenapa bukan ibu? Aku tak ingin memaksamu, sebenarnya sudah di ajari tapi sering lupa. Musuhmu belajar adalah smartphone dan TV. Kedua benda itulah yang mendistorsi yang telah kamu pelajari.
Nak. aku percaya kamu adalah anak yang tidak akan mudah menyerah. Hanya sering ragu, dan kamu hanya butuh percaya. Saat nanti kamu butuh orang yang mempercai kemampuanmu datanglah pada ibu.
Selamat berjuang Tabina, jalan panjang menuju Surga Allah itu tidak mudah maka mintalah Allah untuk meberikan kekuatan dalam melewatinya.