Perasaan Sang Developer

Developer...disini bukan diartikan sebagai developer bangunan atau web gitu yaa, tapinlebih ke salah satu peta bakat yang ada di Talents Mapping. Ya, berdasarkan tes tersebut Developer menjadi salah satu bakat di tujuh teratas. Rasa ingin melihat orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan keahliannya sangat kuat. Seorang developer sangat suka jika orang di sekelilingnya berkembang menjadi sosok yang lebih baik.


Tetapi, kekuatan ini juga justru bisa menjadi sumber penyakit dalam dirinya. Saat orang di sekitar tidak mencapai hal yang diharapkan. Stagnan dan tidak ada perubahan atau malah cenderung mengalami penurunan. Sedih rasanya. Sudah mencoba berbagai macam cara agar orang disekitarnya bergerak menuju ke arah yang lebih baik, dan belum berhasil. Kecewa, sedih, sakit hati, dan aneka rasa sejenis berkumpul menjadi satu.

Dampaknya, api semangat yang dirawat meredup. Menyalakan diri sendiri dan menjadi sedikit frustasi. Kepala terus mencari jalan, mencoba menata satu demi satu. Meski jalan terasa gelap, dia akan terus mengejar cahaya. Meski lelah dia mencoba akan tetap berdiri tegap. 

Salah memang kita mensyaratkan sesuatu agar kita bahagia. Karena bahagia terletak darimana sudut pandang kita melihatnya. Bahagia terletak bagaiman rasa syukur diucap setiap harinya. Namun, manusiawi sesaat kita merasa bahwa kebahagiaan ternyata bersyarat. Dan kebahagiaan sang developer adalah pertumbuhan dari orang di sekitarnya. Pertumbuhan atas dirinya. Mampu berkembang dan bermanfaat bagi jalan Tuhan.

Pada akhirnya aku cukup megerti darimana sumber kecewa, rasa sakit, putus asa, dan sebangsanya. Sedang salah mengelola kelebihan. Berada dalam kebuntuan. Mencoba mencari kawan demi menjaga keseimbangan.


Read More

Apa yang kamu cari?

Ya... apa yang sebenarnya kamu cari dan benar-benar sedang diperjuangkan. Saat ini butuh ruang untuk sedikit merenungkan kembali. Meluruskan segala orientasi setelah semua datang bertubi. Menjadi sebaik-baik manusia dan menebar manfaat dengan apa yang dimiliki. Coba sekarang lebih adil dan bijaksana dalam memandang semua. Pasti ada jalan tengah yang telah disiapkan

Apa yang sebenarnya paling kamu takutkan selama ini? Apa yang kamu harapkan lalu benar-benar kamu cari? Muara tak pernah penuh menerima semua. Dia akan menampung lalu menguapkan ke langit agar menjadi berkah bagi seluruh alam.

Cobalah untuk fokus pada semua tujuan. Semua perencanaan. Apa yang kamu butuhkan? Duduk bersama dengan rekan-rekan, mungkin? Mengurai satu persatu. Mulai serius dan lampaui batasan diri. Jangan menyerah lalu kamu mundur untuk kalah. Boleh mundur asal itu bagian dari strategi eksekusi.

Coba telisik kembali apa saja tugasmu sebagai manusia bumi. Coba di list, satu persatu. Tidak harus perfect dalam menyelesaikan semuanya. Pasti bisa dilakukan satu persatu. Hey...apa yang saat ini dirasakan? Ada rasa khawatir yang tak bisa didefinisikan. Serasa ada hal mengerikan di depan sana. Sanggupkah aku melampauinya. Apa? aku juga belum tau apa yang akan terjadi.

Astaghfirullah, kita harus meyakini bahwa masa depan masih suci dan Allah adalah pemegang kendali. Apapun yang terjadi di masa depan adalah konsekuensi dari keputusan di masa sekarang. Hey, kamu tidak mau kan menua tanpa peran?

Kejar lagi mimpi-mimpimu. Selesaikan targetmu. Jangan terjebak oleh suasana dan nuansa santai ini. Kamu yang memilki tombol stelan frekuensi. Ayok, kejar lagi apa yang ingin kamu cari. Fokus, kerjakan, dan berlarilah... sampai keputusasaan lelah mengejar tekadmu.

Apa yang kamu cari? Sudah ada kan? Realisasikan. Segera dan tanpa tawar. Waktumu sangat berharga untuk berlalu begitu saja. Kamu bisa, pasti bisa.
Read More

Dimana Posisi Kita?

Terkadang, manusia butuh mengetahui dimana sebenarnya posisinya dihadapan manusia lainnya. Bagaimana orang sekitar memandang dirinya dan apa yang dipikirkan ketika nama kita disebut. Ini bukan dalam rangka insecure atau OT, tetapi lebih sebagai kontrol awal tolok ukur pertama bagaiaman seharusnya bersihkan saat berada dalam lingkungan mereka.

Seringnya, kita salah menilai diri kita saat berada pada suatu tempat. Sudah PD kita adalah seseorang yang berharga, eh nyatanya dalam lingkup itu kita bukan apa-apa. Seluruh niat dan pikiran yang sudah di set pada mulanya tidak begitu pada akhirnya.

Kita berfikir bahwa kita adalah orang penting, tapi ternyata kita hanya dibutuhkan sebagai pelengkap etalase saja. Bukan diminta keberadaannya karena dibutuhkan. 

Peringatan beruntun ini perlu disyukuri, karena tanda bahwa Allah sedang menyayangi kita. Menunjukkan segala lemah agar terhindar dari sombong dan riya'. Mengingat kembali betapa lemahnya manusia. 

Hanya karena ingat terhadap hal menyakitkan di masa lalu, langsung menarik kemungkinan di masa depan. Hey, tapi ini kita sedang bermain hipotesa. Kisah hidup manusia siapa yang tau,bukan? 

Karena sampel terhadap suatu keadaan berbicara berbeda dengan harapan. Maka, wajar saja kan jika kemudian dia berfikir betapa tak bermanfaatnya hidupnya.

Allah,...
Read More

Masih Pada Batas Mampuku

Pernah nggak sih, kalian merasa buntu dan sudah tidak ada jalan keluar lagi? Berada pada masa seolah Allah mendekat ke telinga lalu berbisik, ayok buktikan imanmu pada-Ku. Seberapa besar kita percaya dengan kuasa Allah. Sampai titik mana kamu akan berhenti dan merasa putus asa. Ditanyakan lagi dimana keyakinan yang kamu punya. Hey, bukantah Dia tidak akan menguji di luar batasmu?


Cobalah berfikir sederhana. Gunakan segala potensi yang dipunya. Pasti Allah telah selipkan jalan melalui kemampuan yang kamu miliki. Jalan itu ada pada kekuatanmu. Cobalah sadari itu. 

Tidak pernah ada jalan buntu, semua pasti ada jalan keluar. Semua sudah disiapkan. Apakah hati terdalammu mau menerimanya? Sesat pikir yang mengganggu akan segera menemukan jalan kebenarannya. Luruskan orientasi. Cobalah berpijak pada nilai yang kamu miliki. 

Jalan ini masih panjang. Kamu mungkin belum pernah serius berjuang. Selama ini hanya bermain tanpa pembuktian. Hey, Allah telah menyapamu dengan keras, masihkah kau merasa cepat lelah?

Benarkah kamu telah berjuang? Memperjuangkan kehidupan ini. Benarkah....dan benarkah? Seluruh gejolak hati bertemu lalu beradu menjadi satu. Aku merasa sendirian tak berkawan. Aku merasa tak menemukan jalan. Tuhan... terlalu tebalkah dinding dosaku hingga mataku tang sanggup melihat cahaya petunjuk Mu. Jalan terbaik yang masih Engkau simpan.


Rabb, ini masih batasku, berikan aku kemampuan melihat tanda dan petunjuk darimu. Hanya kuasaMu aku bisa berjalan setegak itu. Rabb...tolong aku. Dalam sudut tak seberapaku ku ungkap ingin panjangku. Ah, malu rasanya. Memang pantas aku mendapat seperti itu...


Ini masih pada batasku...ijinkan aku, sekali ini saja serius memenuhi hak-hak impianku. Tujukilah jalanMu
Read More

Kepercayaan Itu Menguatkanku

Kadang aku merasa sudah merasa lelah, hampir jatuh malah. Tapi, aku tidak punya alasan kuat kenapa aku harus benar-benar jatuh. Meski kadang rasanya ingin berhenti sejenak. Menenangkan pikiran dan menyesap energi semesta. Tapi seringnya tidak jadi dilakukan. Aku ingat dengan mimpi. Aku ingat dengan target. Aku ingat dengan janji diri. Mejadi manusia yang lebih produktif dan bermanfaat. Di usia yang tak lagi muda.  

Terkesan terlambat memang untuk membuat portofolio diri, tapi bukankah setiap orang memiliki masanya sendiri-sendiri? Tidak ada jaminan orang sukses itu erasal dari masa muda yang gemilang. Ada kok, beberapa orang menemukan diri mereka di kala senja. Ya, meskipun aku nggak mau sesenja itu menemukan makna diri dan lebih pandai memaknai hidup.Kemarin, aku sempat tidak yakin dengan jalan yang aku tempuh. rasanya aku belum serius dalam mendefinisikan kata sukses untuk diriku sendiri. Terlalu sibuk dengan andil dalam mensukseskan orang lain. Oh,,, apakah beberapa waktu ini aku hidup dalam ilusi? Lalu lupa menarget diri? Nggak berani melewati batasan-batasan diri.  

Entah sudah berapa aku aku berkata, bahwa aku ingin menjadi seorang penulis. Nah, masalahnya mana ada seorang penulis tanpa sebuah tulisan. Atau aku dengan yakin mengatakan ingin menjadi blogger. Hey, seberapa konsisten kamu menulis. Bener banget, me jadi penulis hanya butuh untuk menulis. Bukan berwacana dan mengumbar mimpi kesemua orang. Sudah tidak saatnya merasa sendiri, merasa tidak berarti.  

Ini saatnya bangkit. Tunaikan semua tugas dengan sempurna. Istirahat itu hanya di surga! Menenangkan pikiranmu itu hanya dengan semakin mendekat kepada Allah.  

Dijamin, kalau sedang pikiran kemana-mana. Nggak fokus dengan mimpi dan tujuan hidup, dijamin itu karena kamu sedang menjauh dari pusaran. Ayok, bergerak perlahan.... meski harus merangkak, meski harus tertatih. Meski kamu harus menjadi pejuang sendirian, tapi harus bertahan. Selesaikan misi. Tidak ada kata berhenti. Tata hati, pikiran, lalu berbuatlah. Sudah cukup beberapa tahun tersiakan. Ini saatnya pembuktian. Lakukan. Just Do It.
Read More

A Dispointed

Sesekali gaya judulnya pakai bahasa Inggris. Kekecewaan sering kali hadir karena antara harapan dan realitas jauh dari kenyataan. Standar yang dibuat terlampau sulit untuk didapat. Menyandarkan harapan kepada sesuatu yang salah juga bisa menjadi titik kekecewaan tertinggi yang dimiliki seseorang. Bener banget, perintah untuk menyandarkan harapan kepada Allah, jangan kepada manusia. Ada titik tertentu bagi sebagian manusia agak lambat menyesap makna dan mengambil hikmah dari kejadian. Mempercayai bukan hal mudah, memasang standar kepada orang lain juga harus menyesuaikan. Tidak boleh terlalu dipaksakan  

Sedih memang di awal. Rasanya hati tidak mau menerima begitu saja, Semacam luka menganga dan tak ada obatnya. Sakit karena kekecewaan bisa diibaratkan dengan paku tertancap di pepohonan. Bisa diambil penyebab rasa sakit. Tapi, sampai kapanpun luka itu akan tetap membekas. Butuh waktu cukup lama agar bekas tancapan paku tersebut dapat hilang.  

Untuk menerima bahwa semua sudah menjadi garis takdir Tuhan sangatlah tidak mudah. Butuh banyak rasionalisasi dalam diri untuk kemudian memerintahkan kepada seluruh anggota badan untuk menerimanya. Sebagian penonton bisa jadi berharap agar bisa segera pulih seperti sediakala. Tetapi, hati juga memiliki kuasa menolak sementara. Hanya diam, mencoba mencari celah agar bibir mau bergerak menyunggingkan senyum menjadi tidak mudah.  

Ada manusia jenis ini. Manusia yang semuanya perlu dipikirkan dan diterima akal sehat. Bukankah iman juga masih bisa diterma oleh akal? Pemuja bukti atas segala kata tak cukup menerima ribuan janji. Tak mudah memberikan maaf, meski ribuan maaf diucap berulang kali. Keras hati, begitu mungkin label yang akan diberi. Tetapi, kecewa dan rasa sakit tak semudah itu untuk diobati. Nggak ada obat di apotek.  

Jangan terlampau mudah mengumbar janji. Berkata sayang pada seorang wanita. Pada kenyataannya tidak semua wanita akan terbang melayang mendengar rayuan gombal dan kata pemanis bibir belaka. Jika cinta adalah kata kerja, maka bekerjalah untuk membuktikan cinta itu.  

Rasa Kecewa akan memberikan kita ruang belajar mengelola rasa. Merenungi segala situasi. Dan lebih jeli dalam memberi takaran. Lebih memahami lagi kepada siapa kepercayaan harus diberikan. Tidak mudah menaruh harapan. Kita harus merelakan dan belajar bangkit dari keterpurukan. Cobalah pahami, langit tak selamanya cerah. Angin tak selamanya menyejukkan. Matahari tak selamanya memberikan kehangatan. Pemilik kesempurnaan hanyalah Tuhan. Hanya Dia yang mampu menjalankan peran dengan apik dan tiada tanding. Sekali lagi, ikhlaskan. Kembalikan kepada sandaran paling tepat.  

Lalu, siapakah yang dapat mendatangkan obat itu? Hanya pemiliki kekecewaanlah yang mampu mengobatinya.... Biarkan semesta bekerja, menuntun hatinya untuk bisa normal seperti sediakala
Read More

Mengkondisikan Hati

Pada dasarnya kita hanyalah manusia biasa. Yang jauh dari kata sempurna dalam berucap, bersikap, berprasangka, atau berbuat. Bukan superhero yang bisa datang dan menyelamatkan semuanya. Saat semua sudah diberikan selalu ada rasa belum apa-apa. Belum sempurna.


Kita pengen fokus bergerak menuntaskan tanggung jawab, tapi sekali lagi manusia biasa seperti kita tidak akan mampu melakukan semuanya dengan sempurna. Tidak bisa sefokus itu rupanya.

Wajar kan ya kalau Tetiba merasa sendirian dan tak berkawan. Tegur sapa teman seperjuangan tak kunjung datang. Padahal hati menunggu ada kepekaan. 

Hey, aku harus gimana? Udah sesak rasanya memendam sendirian, seolah ingin hancur berkeping dan tak bertuan. Aku sedih... serasa dilepaskan kemudian terserah apapun yang bisa dilakukan, lakukanlah...padahal energi sudah mulai menipis. Hey, aku cuma butuh sapaan. 

Haaah se-receh itukah keinginan. Apa hanya karena itu rasanya menjadi sakit tak bertuan. Bendungan sudah tak sanggup lagi menahan. Dada sudah terasa sesak...aku ingin bicara. Tapi, dengan siapa dan tentang apa? 

Allah...ingin kutautkan hati ini hanya padaMu. Ingin kukonsentrasikan segalanya untuk Mu. Tapi sakit ini adalah yang terparah yang pernah aku rasakan. Berasa patah hati karena ditinggal pergi
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.