GAGAL CPNS GEGARA TKP? SAMAAA SAYA JUGAKK


Alhamdulillah, tes CPNS sudah terlewati. Ah ternyata CPNS tahun ini benar-benar sesuatu yang tralala untukku. Hasil dari tes ini benar-benar menjadi penentu arah kehidupanku selanjutnya. Semakin memperjelas bagaimana kelak akan dikenang sebagian manusia. Kalau boleh jujur, agak sedih juga dengan hasil CPNS ini. Tidak sesuai harapan. Iyaaa harapanku lolos passing grade tetapi tidak ketrima hahaha. Seperti ditulisan kemarin ituuuh.


Ternyata aku juga harus merasakan ganasnya soal TKP. Bekal nilai cukup tinggi di CPNS sebelumnya ternyata tidak memberikan pengaruh signifikan. Nilaiku benar-benar di bawah standarku sendiri jugak. Ah.. atau mungkn memang sekarang aku sudah tidak lagi memiliki karakteristik kepribadian seorang guru? Sehingga tidak lolos PG TKP? hihhi Masih kzl deh sama TKP.


Tak kasih tau nilaiku yaaa, TWK 105, TIU 80, TKP 132. Itu si ITU mepeeeet banget yaaa, soalnya aku udah menyerah pasrah dengan soal bergambar itu. Ehhh soalnya muncul banyak bener... kan galau. Saat semua curhat waktunya kurang, waktuku sisa buanyak. 16 menitan. Bayangin... banyak to itu. Yaa wajar lah kalau TIU yang diharapkan dapat 120 akhirnya gagal.


Dari kejadian itu aku sih mengambil beberapa kesimpulan: Secara kecamata realibilitas soal, maka soal TKP tidak reliabel. Karena hasil nilai tidak menunjukkan grafik normal. Padahal harusnya dilakukan uji normalitas soal dulu ga sih? Terus ada analisis butir soal jugaak. Iya ga sih? wkwkwkwk udah lupa sama kek gituan. Tapi intinya yang aku ingat saat kuliah, kalau ada soal yang menyebabkan banyak ketidak llulusan berarti kualitas soal itu jelek.


Tetapi, aku juga ingat saat bimbingan skripsi dengan pak Ahmad Sofyan. Saat itu skripsiku mengambil judul Self Assessment Pendidikan Karakter. Mirip-mirip buat tes karakter seseorang setelah dia belajar fisika. Sudahnya membuat soal ini adalah, kita mendapatkan data yang benar-benar itu adalah karakternya plus gegara belajar fisika. Membuat soal yang tidak normatif itu tidaklah mudah. Nah... soal TKP kali ini juga bagus banget kalau diliat dari skala kenormatifan soal. Benr-bener bisa dijadikan alat pengukur kepribadian. Kayak aku misalnya, calon guru Fisika. Bayangan sebelum ketemu TKP pastilah pertanyaan seputar pendidikan paling ga nyrempet sebagai pendidik. Malahhh pertanyaannya kayak lagi mau jadi manajer kantor wkwkwkwk ada yang ditanya kalau jadi reseler segala malah. Pokoknya jempol 20 deh buat pembuat soal TKP. Soalnya kereeen.


Well, yang udah lolos PG selamat yaaa...mesk nantinya ga ketrima tetep aja kalian udah jadi pemenang. Yang udah niat banget buat ikutan CPNS dan ternyata belum jadi jalan rizkinya jangan patah semangat. Masih ada kesempatan lain untuk mencoba.

Read More

Peta Hidup #1


Menemukan dan meyakini bahwa aku jujur dengan paradigma hidupku adalah hal mendesak untuk segera dilakukan. Life is never flat. Hidup ga boleh kalau datar-datar aja, dinamisasi itu perlu. Loncatan-loncatan harus dilakukan. Terus mengasah untuk mendefinisikan kemampuan, kepribadian, kehidupan.


Okay, langkah pertama adalah mengingat hal yang menjadi golden dalam hidup serta bagaimana perasaan saat itu. Aku selalu merasa rindu dengan masa-masa saat kuliah di semester satu. Keinginan besarku menunjukkan bahwa mahasiswa paralel tidak boleh di anggap sebelah mata jika dibandingkan mahasiswa reguler begitu besar. Saat itu, aku bertemu dengan hal-hal baru. Sangat mungkin untuk aku menjadi aku yang tidak dikenali lagi oleh teman-temanku saat SMA. Saat itu, aku menemukan ritme belajar yang sangat mengasyikkan. Ada nuansa tenang saat belajar dan mengerjakan tugas. Bangun tengah malam, kadang mandi dulu baru belajar lalu sholat malam tilawah subuh berjamaah dan al ma'tsurat menjadi kebiasaan yang sangat menenangkan. Ya... Saar itu aku tenang. Aku yakin dengan obsesiku. Aku mencintai jurusanku. Saat itu pula, aki adalah anak yang disayang oleh ayah dan ibuku. Yaps, paket lengkap kasih sayang dari bapak, ibuk, dan lingkungan baru hadir untukku.


Semua mulai berubah ketika studiku kacau di akhir kuliah. Semua keteteran...semua berantakan. Aku merasa bukan aku. Ya..ada ruang kosong yang tak bisa didefinisikan. Semangat belajar dan ibadahku bisa dikatakan turun drastis. Target di awal kuliah hanya tinggal cerita. Meski aku juga menemukan setitik bahagia, banyak orang yang menganggapku ada. Ya... di akhir perkuliahan ini aku punya banyak orang yang menjadikan aku tempat sampah dan tempat berbagi. Ada bahagia ketika mereka bahagia. Ada sisi otak yang sepertinya terpakai dan aku menjadi merasa berharga namun, disisi lain aku merasa gagal. Gagal menjadi kebanggaan ayah dan ibu karena lamanya masa studi.


Rasanya, ada ganjalan...aku merasa kehilangan kepercayaan ayah dan ibu dalam menentukan masa depan. Hubunganku dengan orang lain tak ada masalah, tapi komunikasi ke kedua ortu itu perlu diperbaiki.


Aku ingin selalu lantang dan ada di bagian terdepan dalam melakukan kebaikan. Menggagas ide baru, melakukan hal-hal segar dalam berkreasi.


Aku sangat ingin ujung dari seluruh usahaku adalah Allah. Namun, kadang ada bisikan yang mengganggu. Yakin Allah? Ortumu saja kau kecewakan. Begitu kurang lebih. Yaaa ternyata, ridha nya ayah dan ibuku benar-benar memberikan pengaruh besar.


Dulu aku pernah bilang, akan berada di jalan kebaikan ini tersebab ingin menjadi alasan bagi ayah dan ibuku masuk ke dalam surganya Allah.


Aku hanya ingin ayah dan ibuku mempercayaiku kembali, mempercatai dalam aku menemukan masa depanku.


Hari ini aku menjadi seorang ibu rumah tangga. Pilihanku jelas, bekerja full time setelah anak-anak sudah bisa ditinggal. Bukan sekarang. Tapi, ini tak bisa diterima. Kadang aku merasa, aku harus menjadi simbol kebanggaan mereka. Kudu perfect.


Aku merenung kembali, dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa, aku menjalani aktivitas dengan penuh semangat, kebahagiaan, dan ketenangan jika aku melakukan sesuatu karena alasan orang lain. Aku bahagia ketika orang lain merasa bahagia dan berhasil karena bantuanku. Ya...aku ingin ikut andil dalam keberhasilan seseorang. Dan seringnya aku lupa kalau aku juga harus sampai pada keberhasilan itu.


Aku mampu jika kuoptimalkan semua. Tak bisa aku dipaksa melakukan sesuatu jika alasannya adalah diriku. Ada orang lain yang lebib berhak menjadi alasan untuk aku bangkit dari keterpurukan. Misalnya, ketika studu S1 ku sudah di ujung tanduk. Hatiku bersikeras ingin menemukan alasan kuat kenapa aku harus lulus. Ternyata, penyulut api semangat terbesar adalah kesadaranku untuk menjaga nama baik organisasi kebaikan yang aku ikuti. Aku tidak mau jika kelak di kemudian hari ada mahasiswa enggan serius menjadi sponsor dan pelaku utama kebaikan gegara ada kisah burukku secara akademik.


Nah, sekarang berarti aku harus menemukan alasan mengapa aku tidak menjadi ibu rumah tangga biasa. Mengapa aku harus kembali bekerja. Benarkah menjadi PNS adalah pilihan terbaik? Atau menjadi penulis?


Serius menjalani hidup, lebih terencana, lakukan seoptimal mungkin, rapikan seluruh mimpi dan sumberdaya yang akan membantu sampai pada mimpi-mimpi itu. Yuks, tata ulang peta hidup.

Read More

Menikah Itu...,


Menikah itu... artinya menyatukan dua yang berbeda. Kebiasaan,cara pandang, budaya... terlalu naif jika aku mengatakan mudah untuk melakukannya. Ungkapan jika sudah menikah berarti kita sudah bersiap menikahkan segala embel-embel yang ada pada diri kita dengan pasangan bukan perkara sederhana untuk melakukannya. Seolah kita membutuhkan taaruf seumur hidup untuk bisa sempurna. Atau bahkan tidak pernah sempurna,karena ruang pemakluman harus dibuka lebar agar tak ada luka yang menganga.


Menikah itu... mempertemukan dua cara pandang untuk selaras menjadi satu. Beda cara berfikir bisa diminimalisir asalkan memiliki visi yang sama. Semua masih bisa dikomunikasikan asalakan tidak ada yang merasa paling dibanding yang lain. Mencari titik temu dari perbedaan dan semakin memupuk persamaan baik yang dimiliki akan menyebabkan relationship goals terjadi.


Menikah itu... Ibadah seumur hidup. Setiap usaha menumbuhkan mili per mili rasa cinta adalah ibadah dan bernilai pahala. Saling menguatkan untuk mendekat kepada Sang Pencipta. Berjuang bersama memenuhi salah satu dari 7 maratibul amal adalah kemestian bagi mereka yang meyakini bahwa menikah adalah bagian dari membangun peradaban.


Amarah, selisih, beda paham itu hal biasa. Bahkan kadang air mata menghiasi pernikahan karena ulah pasangan kita. Lalu, haruskah kita menyerah? Tentu tidak.


memandang perbedaan sebagai alat untuk saling melengkapi, bukan memandang perbedaan sebagai benteng untuk memisahkan. Kita harus yakin tak ada yang sempurna. Suami kita bukanlah malaikat tanpa cela, dan suami pun bukan bidadari penghuni surga. Semuanya manusia biasa ada salah lupa adalah fitrah dari-Nya.


Entah mengapa akhir-akhir ini terngiang dengan kisah perceraian di kalangan sahabat Rasulullah. Perceraian itu terjadi bukan karena ketidaksholihan tetapi tidak bisa menahan keegoisan. Menerima kekurangan dan saling mendengar, bertukar penapat adalah cara ampuh menyembuhkan benih keraguan.


Kita harus meyakini bahwa menikah itu adalah titian mengantarkan islam sebagai guru peradaban. Rumah kita, keluarga kita akan menjadi sebuah organisasi terkecil di masyarakat yang menyalakan cahaya kebaikan. dari keluarga kitalah peradaban manusia akan diperbaiki.


Menikah itu... Bukan penghalang kita melakukan beragam aktivitas. Bukan menjadikan semuanya berbatas. Semuanya tetap bebas hanya saja butuh ingat posisi dan kewajiban yang bertambah. Jangan sampai kita menjadi lilin. Mencoba menerangi sekitar akan tetapi membakar diri. Coba kita sampaikan kebaikan diluar rumah tetapi lupa menjaga nyala kebaikan dalam rumah kita. Mencoba beribadah mendekat kepada Yang Maha tetapi lupa ada ibadah terlama yang tak lagi kita jaga.


Menikah itu...

Read More

Aku dan CPNS


Ini adalah kali kedua kesempatanku untuk mengikuti tes CPNS setelah lulus. Semangat yang kedua ini sangat berbeda dengan yang pertama, mengingat posisi dan kondisi yang berbeda. Jikalau saja boleh jujur, aku tidak terlalu berminat untuk menjadi PNS. Hari-hari bersama Tabina menjadi alasan terkuat untuk untuk enggan menjadi wanita karir. Meninggalkan Tabina dalam waktu lama itu... menjadi ujian terbesarku setelah hampir 11 bulan menjadi seorang ibu.

Rasa malas belajar pastinya ada. Ikut sekadar formalitas. Menghormati keinginan bapak dan ibuuk. Dalam doa selalu kuselipkan semoga tidak diterima wkwkwkwk. Belajar alakadarnya saja. Tapi... akhir-akhir ini, menjelang jadwal tes yang ditentukan mendekat semuanya menjadi berubah. waktu tes CPNS ku tanggal 4 November 2018, bertepatan dengan hari Minggu. Ibuku libur, bapak juga sudah pensiun. Walhasil tercetuslah ide dari my mom untuk satu keluarga mengantarku pergi ke Magelang mengikuti tes. Heloowww... rasanya pengen tersedak air liur wkwkwkkw.

Mau tes CPNS di antar orang satu rumah dan anakku dibawa, masak iya aku kerjakan alakadarnya. Tidak aku persiapkan sama sekali. Mana banyak saudara yang daftar pula. Okeh... targetku tetep ga ketrima tapi paling ga lulus passing grade dengan nilai tinggi, 400an lah ya. Prinsipku, ibu dan bapak akan tetep bangga kepada anaknya dan aku tetap akan terhormat sebagai peserta CPNS yang tidak diterima ketika nilaiku juga mendekati sempurna. Pastinya akan ada alasan aku tidak ketrima, tidak lolos SKB misalnya. Kan konon bagi yang sudah memiliki sertifikat pendidik langsung dapat nilai 100 SKB nya. Hahaha.... Skenario dari Allah yang aku harapkan adalah, aku lolos passing grade dengan nilai bagus tetapi terkalahkan oleh mereka yang memiliki sertifikasi. Aku ikhlas hihihi. 465 itu targetku.

Belajar dengan serius, seandainya aku kalah pun akan kalah dengan terhormat dengan capaian nilai itu. Kemarin aku pernah berhasil dengan nilai 385, maka 465 menjadi angka realistis untuk aku wujudkan. Asal belajar dengan benar, berproses maksimal, maka hasil biarlah menjadi urusan Allah. Kalau kata suamiku, "Anaknya ikutan nganter ujian, nilainya jangan memprihatinkan". Kurang lebih gitulah nasihatnya. Efek satu keluarga ngaterin bahkan berencana mau bawa bekal makan adalah aku belajar sampai aku bosan.

Well tulisan ini diturunkan untuk menghilangkan sedikit rasa penat dan tetap menjaga kewarasan. Sampai tahap ini aku tinggal banyak latihan soal dan menghafal beberapa bagian yang belum diingat, terutama pasal-pasal dan nomer peraturan-peraturan dalam bentuk UU, PP atau bahkan TAP MPR. Matematika dan bahasa Indonesia banyak latihan, TWK banyakin baca dan perkaya jenis soal. Untuk TKP relatif lebih mudah, akan tetapi tidak ada salahnya ada satu hari kugunakan untuk belajar ini. Ini semua kulakukan demi menjaga harga diri, nama baik, dan kehormatanku. YA Allah... tolonglah emak-emak ababil ini, yang sedang mengejar rasa puas karena berhasil mengerjakan soal dengan nilai maksimal. Semoga Engkau Ridha dengan hidupku dan aku ridha dengan ridhamu, suamiku dan kedua orang tuaku pun ridha dengan itu.
Read More

Suara Hati Tania

Hai laba-laba... misi, numpang ngelapak tulisan yaaa. Udah lama ya tinggal di blog ini? Makasih ya... udah dijagain. Beberapa waktu ini aku sok sibuk jadi belum nulis dimari. Ga cuma dimari aja, sih... di tempat lain juga kagak. Bulan puasa jadi puasa juga nulisnya wkwkwkwk. Hmhh padahal seharusnya makin banyak inspirasi yang nyantol.

Tau ga sih, Ba (red:laba-laba) rasanya kayak orang bisul terus mau pecah itu. Idenya berseliweran kesana kemari macam ayu ting-ting nyari alamat palsu, tapi jempol-jempol mager ga mau ngetik. Rasanya ada yang berbisik, "Udah, nulisnya nanti aja". Gituuu terus tiap mau nulis. Walhasil, ya belum ketulis.

Padahal ide menulisku itu banyaaak.... banyak banget malah. Tak tulis ya idenya apa aja.
1. Mati di jalan Allah, ini menanggapi kasus bom di Surabaya beberapa hari sebelum ramadhan lalu.
2. Proposal penelitian tentang indeks kebahagiaan pelajar.
3. Melanjutkan tulisan buat buku move on ala newton.
4. Alasan kenapa harus ada Yayasan Daya Muda Indonesia.
5. Mau hijrah? Gabung YQQ aja biar hijrahmu lebih berfaedah.
6. Pengen curhat juga tentang rasa sakit hatiku gegara merasa menjadi bukan wanita baik-baik dan kasihan sama Tabina yang lahir dari aku, wanita biasa banget. Kadang berfikir, apa aku masih baby blues, yaaa.
7. Menulis buku panduan mentoring untuk YQQ, kalau bisa dicetak gitu biar ketjeh.

Selain ide menulis ada juga ide kegiatan yang pengen aku lakukan.
1. Jualan, keuntungan buat YDMI
2. Buat akun jualan dengan brand Mbok Demi
3. Buat akun jualan buat tambahan tabungan pembelian isi rumah kelak
4. Menghias kamar tabina dengan kertas Krep.

Udah agak lega, setelah nulis apa aja yang mau tak lakukan. Bener ya, menulis itu dapat menjaga kewarasan.


Read More

Emak Amatir Belajar MPASI

Memiliki seorang anak pertama menjadi ajang pembelajaran tersendiri dalam fase kehidupanku. Meskipun nilai biologiku tak terlalu jelek-jelek amat, tetap saja mengikuti fase kehidupan anakku -Tabina Evren Karissa- adalah hal baru. Seolah semua pelajaran di bangku sekolah tak ada yang berguna wkwkwkwk. Yaps, perlu nih mengaminkan kalau manusia adalah pembelajar seumur hidup di sebuah universitas kehidupan.


Awalnya ku kira mengenalkan makanan pertama pada seorang bayi adalah 6 bulan, ternyata 180 hari kehidupan. Beda lo yaaa 6 bulan dengan 180 hari kehidupan ituu. Kalau 6 bulan kan, misal Tabina lahir 2 Desember 2017 berarti 6 bulannya adalah 2 Juni 2018 sedangkan 180 harinya adalah 31 Mei 2018. Cuma beda beberapa hari sih hihi.

Para embah-embah sebenernya udah maksa buat ngasih makan ke Tabina sejak dia hobi ngeces sama makan jempol tangan dan kaki. Cuma karena bisikan dek Bidan akhirnya aku kekeh ngasih asi ekslusif selama 6 bulan. Meski Tabina di bawah pengasuhan ibuku tetap aku awasi hahahaha mbokan my mom tetiba ngasih makanan gituiu.

Okay well, 180 harinya pun tiba. Si emak amatir mulai galau. Mau makan apakah dia? Setelah sercing sana sini, baca ini itu akhirnya memutuskan makan pertamanya adalah nasi. Alasannya karena kelak dia akan banyak mengkonsumsi bahan yang satu ini (padahal pesenan bahan makanan lain belum ada hahaha). Disinipun ada perdebatan dengan Mbah Uti nya Tabina. Yaaa mempertemukan pengalaman orang tua dengan pengetahuan baru yang dimiliko anak tak berpengalaman memang tak mudah. Berdasarkan pengalaman Mbah Uti, tu bubur dikasih garam biar ada rasanya. Nah, si emak kagak mau soalnya berdasarkan hasil serch nya fase 14 hari pertama adalah fase pengenalan makanan. Biarkan anak mengenali jenis makanan dengan rasa aslinya. Bahasa orang MPASI nya menu tunggal gitu. Huumh, satu menu sama dengam satu bahan makanan. Tanpa tambahan gula ataupun garam. Gegara dipaksa buat ngasih garam dengan alasan biar ada rasanya aku ngalah dengan menambahkan ASI pada nasi pertamanya Tabina. Sebenarnya penambahan ASI g masalah sih, cuma kurang baik untuk tahap pengenalan rasa makanan kepada anak. Tapi daripada di mukain kayak gitu, nambah ASI adalah pilihan terbaik daripada nambah gula apa garam, kan?

Dari pengamatan sementara, Tabina ga suka manis dan susah makan jenis kacang-kacangan. Tahu, tempe gituu rads susah ni anak. Tapi khusnudzan ku karena si emak ga pinter ngolahnya aja sih.

Semua gedubrasanku belum berakhir. Setiap nyari resep pasti nemu buat ditambah EVOO sama Belcube atau UB. Walahhh opo neh kuwi. Ternyata, itu semacam lemak tambahan yang bisa memboost BB debay. Asing pakai banget sama tu istilah. Ternyataaa EVOO itu sama dengan Extra Virgin Olive Oil sama dengan minyak zaitun yang dipakai buat bahan salad gitu. Hahahaha keliatan banget ga gaulnya. Belcube atau UB itu macam keju yang direkomendasikan buat bayi. Hmh, fixed nyari dua bahan itu.

Di Temanggung belum nemu tempat, tanya mbak Lusi, eh dianya beli online. Tanya Mba Novi beli sama tetangganya di Ungaran. Tanya Mbak Ari beli di supermarket. Walhasil, Tabina beli di Super Indo Ngaliyan hihi. Sengaja banget pagi buta ikutan jemput mbah Ibu' dengan maksud terselubung beli dua bahan, EVOO dan keju.

Hmh, dan saat akan mulai menu dengan 4 bintang (ini istilah juga ga nemu di bangku kuliah) kembali aku galau. Beli Slow Cooker apa blender, ya?

Akhirnya memutuskan beli blender aja, kalau buat tim makanan mah bisa pakai alat dapur yang ada.


Terkesan rempong banget yaaa, banyak yang berpendapat buat dikasih makanan instan aja. Tapi, apa artinya? Salah satu alasanku jadi full momy adalah untuk memberikan yang terbaik buat Tebi. Mengawalnya dari lahir sampai gedhe nanti. Rempong masakin dia yo ga masalah, kan? Lahh kalau ga mau rempong mah, aku tetep pakai ART buat bantu-bantu. 

Anggaplah segala kerempongan emak amatir ini sebagai ladang pahala, sebagai catatan jalan jihad di jalan Allah. Yaaa aku emak-emak amatir yang masih belajar. Aku perempuan yang lulus kuliah dengan IPK 3,07 dari prodi Pendidikan Fisika akan menjadi guru kehidupan untuk anak bernama Tabina Evren Karissa.

Bismillah, Rabb inilah jalanku untu sampai padaMu.


Read More

Saat Sinyal Tidak Bersinergi dengan Ide dan Regristrasi Terhalang e-KTP


Judul yang sangat menggambarkan perasaanku saat ini. Beberapa waktu yang lalu ide-ide untuk menulis berseliweran, apa daya... ujung batas kota membatasi seluruh jaringan seluler. Udah pakai si merah ya tetep ajaaa kudu geser sana geser sini. Menulis yang awalnya sebagai sarana menenangkan diri malah bisa membuat emosi. Iya emosi, karena sinyal internetnya lola.

Terkadang, pengen rasanya beli sinyal sekarung dibawa pulang ke rumah. Apa daya penjual sinyal tidak ada. Belum lagi masalah persinyalan selesai sudah dhadapkan dengan pemblokiran dari pemerintah yang ternyata beneran wkwkwk. Hadeuh, main inet susah, panggilan keluar tak kuasa. Ya sudah akhirnya menyerah untuk melakukan regristrasi kartu. Ketik-ketik ke 4444 kirim NIK dan no KK eh, dapet balesannya No KK tidak Valid. Hadeih mentang-mentang KK gue baru terus belum kedata, gitu? Kuulang dua kali, tetap gagal. Ya sudahlah menyerah aja. Nanti-nanti juga bisa.

Sampai akhirnya Mas Djo juga penasaran kenapa dia juga gagal regristrasi. Datanglah dia ke Dindukcapil untuk curhat tentang kondisi kita berdua. Owh...owh cuma pwh. Nomer KK kita yang udah ada tambahannya Tabina baru aja dibuka, dan bisa di akses 2-3 hari kemudian. Artinya kita berdua bisa regristrasi setelah 2-3 hari laporan ke dindukcapil. Eh bentar, ternyata aku emang ga bisa regristrasi, tau kenapa???? Karena aku pindah alamat. Yaaa, setelah dua tahun lalu aku menikah dengan seorang laki-laki yang tinggal di Traji otomatis pindah alamat ngikuti alamat suami. Tau sendiri kan e-KTP uangnya ketilep banyak banget? Dan semua itu berimbas pada pencetakan KTP yang luamaaaa. Sekadar info, sekarang aku tak punya KTP adanya surat keteragan, iya keterangan yang terangnya kurang dari 5 watt. Bisa regristrasi dengan NIK dan KK kalau e-KTP dah jadi. Laaah, kapan coba itu bakal terjadi? Setelah Tabina siap nikah jangan-jangan.

Ending dari kisah ini adalah aku pulang ke rumah mertua lagi buat cari sinyal bersahabat (sekarang pakai biru looh si merah menghong plus kudu regristrasi kartu perdana inetnya) dan regristrasi kartu dengan data Mas Djo. Hihii... akhirnya nulis juga, meski entah ini itu apa.Yang penting mah, nulis aja.
Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.