Logika dan Rasa

Allah telah menciptakan manusia lebih dari makhluk lainnya. Hal yang manusia memiliki sedangkan makhluk lain tidak adalah akal. Dengan satu kelebihan ini manusia memiliki tanggung jawab lebih besar, yaitu menjadi pemimpin di muka bumi. 

Banyak sekali hal yang harus diurusi, sehingga manusia diciptakan tidak seragam. Berbeda-beda, memiliki keunikan yang tidak sama. Manusia terlahir dengan kekuatan dan kelemahan yang perlu diolah sehingga dirinya mampu menjadi pemimpin sesuai dengan tujuan mula dia diciptakan. 

Dari sekian macam bakat, ada dua penggolongan, orang dengan bakat Logika dan Rasa. Orang dengan bakat Logika dia akan mengambil keputusan secara objektif yang berdasar pada data dan fakta. Mengamati masalah dengan detail dan mendalam. Sedangkan orang dengan bakat rasa dia memiliki spektrum rasa yang lebih banyak dari manusia lainnya. Lebih peka dengan kondisi rasa yang dimiliki orang lain dan memiliki empati yang lebih besar. Mereka orang-orang tulus. 

Meskipun manusia dikelompokkan menjadi dua bagian itu, tetap saja ada hal yang perlu kita pahami bersama. Tentang menyeimbangkan keduanya. Percayalah selogis-logisnya orang dia pasti memiliki rasa, dan se perasa-perasanya orang dia pasti punya logika. Diakui atau tidak kadang kita lebih condong kepada salah satunya. Untuk menjadi pemimpin yang baik harus mampu menempatkan keduanya pada porsi yang pas, seimbang. Tidak berat sebelah. 

Okay, well mari kita bahas bagaimana kelebihan dan kekurangan dominasi masing-masing. 

LOGIKA DOMINAN 
Carl Jung 

  • Mengutamakan logika daripada perasaan saat mengambil keputusan

  • Objektif dan suka struktur

Jean Piaget mengatakan bahwa remaja dan dewasa memasuki tahapan operasional formal, di mana kemampuan berpikir logis abstrak berkembang.
Mereka bisa menyusun argumen logis, memahami sebab-akibat, dan menarik kesimpulan.
Kahneman membagi logika manusia dalam dua sistem:

Sistem 1: cepat, intuitif, emosional (bukan logika dominan)

Sistem 2: lambat, penuh pertimbangan, dan logis
Orang yang dominan dengan Sistem 2 lebih rasional, analitis, dan tidak gegabah



Orang yang logika dominan menurut para ahli adalah orang yang:

Mengambil keputusan berdasarkan data dan alasan, bukan emosi

Menyukai analisis dan pemecahan masalah

Cenderung objektif dan sistematis

Orang dengan **logika dominan** punya banyak kelebihan seperti analitis, objektif, dan solutif. Tapi, seperti semua kecenderungan, ada juga **kelemahannya**. Berikut adalah kelemahan umum orang yang dominan logika menurut berbagai pendekatan:

---

### 🔹 1. **Kurang Peka terhadap Emosi Orang Lain**

> Mereka lebih fokus pada fakta dan alasan daripada perasaan.

* Bisa dianggap **dingin, kaku, atau tidak peduli**.
* Sulit memahami isyarat emosional atau kebutuhan afektif orang lain.
* Dalam komunikasi, bisa terlalu to the point, tanpa mempertimbangkan perasaan lawan bicara.

---

### 🔹 2. **Cenderung Overthinking dan Perfeksionis**

> Karena ingin semuanya masuk akal dan sistematis.

* Bisa terjebak dalam analisis berlebihan (analysis paralysis).
* Susah ambil keputusan cepat jika datanya belum lengkap.
* Tidak nyaman dengan ketidakpastian atau ambiguitas.

---

### 🔹 3. **Terlalu Mengandalkan Rasionalitas**

> Tidak semua hal dalam hidup bisa diselesaikan dengan logika.

* Bisa **menolak hal-hal intuitif atau spiritual** jika tidak bisa dijelaskan secara rasional.
* Kurang fleksibel dalam situasi yang butuh spontanitas atau empati.
* Kadang tidak memahami atau meremehkan pentingnya nilai-nilai budaya atau norma sosial.

---

### 🔹 4. **Kurang Apresiatif terhadap Imajinasi dan Estetika**

> Fokus mereka sering pada "fungsi", bukan "rasa" atau "keindahan".

* Bisa mengabaikan seni, perasaan, dan ekspresi kreatif.
* Kurang menikmati proses dan lebih fokus pada hasil atau solusi akhir.

---

### 🔹 5. **Relasi Sosial Bisa Terganggu**

> Logika tidak selalu cocok untuk membangun hubungan personal.

* Bisa sulit membangun kelekatan emosional.
* Dalam kerja tim, bisa terlihat arogan karena terlalu percaya pada "akal sendiri".
* Kadang tidak menyadari bahwa "being right" tidak selalu lebih penting dari "being kind".

---

### Kesimpulan:

> Orang yang dominan logika **hebat dalam berpikir rasional dan pemecahan masalah**, tapi perlu belajar **menyelaraskan akal dengan hati**, agar bisa lebih manusiawi, hangat, dan adaptif.

Kalau kamu ingin tahu cara menyeimbangkan logika dengan empati atau intuisi, aku bisa bantu juga. Mau?

PERASAAN DOMINAN 
Bagus banget kamu menggali dari sisi berlawanan: **dominasi perasaan (emosi)**. Dalam psikologi, banyak ahli membahas tentang orang yang dominan secara emosional atau perasa. Berikut ini beberapa **teori atau pendapat ahli** tentang orang dengan **perasaan dominan**:

---

## 💡 **1. Carl Jung & MBTI – Feeling (F) Personality**

Menurut Jung yang dikembangkan jadi MBTI, ada tipe kepribadian dengan dominasi fungsi **Feeling (F)**.

### Ciri orang dengan dominan perasaan:

* Mengambil keputusan berdasarkan **nilai-nilai pribadi dan empati**.
* Fokus pada **keharmonisan, perasaan orang lain, dan hubungan antar manusia**.
* Seringkali mengutamakan **apa yang "baik" menurut hati**, bukan sekadar yang "benar" menurut logika.

📌 Tipe MBTI yang dominan Feeling: **INFP, ENFP, ISFJ, ENFJ**, dll.

---

## 💡 **2. Daniel Goleman – Kecerdasan Emosional (EQ)**

Goleman mengusulkan bahwa selain IQ, **EQ** sangat penting.

### Orang dengan EQ tinggi:

* Mampu mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri dan orang lain.
* Dominan perasaan bukan berarti lemah, justru mereka **kuat secara sosial dan empatik**.
* Mereka pandai membangun hubungan dan menghindari konflik.

📌 Goleman menekankan bahwa dominasi emosi perlu diiringi kemampuan **regulasi emosi** agar tidak destruktif.

---

## 💡 **3. Elaine Aron – The Highly Sensitive Person (HSP)**

Elaine Aron memperkenalkan konsep **orang yang sangat peka (HSP)**.

### Ciri-ciri HSP:

* Merespons dengan kuat terhadap **emosi, suasana, seni, dan hubungan**.
* Lebih mudah stres karena **meresapi perasaan dengan intens**.
* Sering punya intuisi tajam dan empati tinggi.

📌 Dominasi perasaan mereka membuat mereka cenderung **reflektif, lembut, dan perhatian**, tapi juga **rentan cemas atau kewalahan**.

---

## 💡 **4. Antonio Damasio – Emosi Sebagai Dasar Keputusan**

Damasio menyatakan bahwa **emosi adalah pusat dari pengambilan keputusan**.

> Dalam bukunya *Descartes’ Error*, ia membuktikan bahwa orang yang kehilangan kemampuan merasakan emosi justru **tidak bisa membuat keputusan yang baik**, meski kemampuan logiknya utuh.

📌 Artinya: **dominasi rasa atau emosi bukan kelemahan, tapi bagian penting dari fungsi manusia.**

---

## Kesimpulan:

> Orang dengan **dominasi rasa/perasaan** cenderung:

* Memutuskan berdasarkan **hati dan nilai personal**
* Peka terhadap hubungan dan perasaan orang lain
* Kuat secara **empatik, sosial, dan spiritual**

Tapi juga bisa:

* Terlalu memikirkan perasaan orang lain
* Sulit bersikap objektif
* Lebih mudah baper atau emosional

---

Kalau kamu tertarik, aku bisa bantu membandingkan **logika vs perasaan dominan**, atau bikin tes mini untuk cek kamu lebih condong ke mana. Mau?



AGAR KEDUANYA SEIMBANG 
Pertanyaan kamu bagus banget—**menyeimbangkan logika dan perasaan** adalah kunci untuk menjadi pribadi yang utuh: rasional sekaligus manusiawi. Berikut ini adalah **langkah-langkah praktis** untuk mencapainya, tergantung dari dominansi awalmu.

---

## 🔹 Jika Kamu Dominan Logika:

> Kamu cenderung rasional, cepat ambil keputusan, tapi mungkin kurang empatik.

### Langkah Menyeimbangkan:

1. **Latih Empati**

   * Dengarkan orang lain tanpa langsung memberi solusi.
   * Coba tanyakan: *“Apa yang sedang kamu rasakan?”* bukan *“Apa yang akan kamu lakukan?”*

2. **Perhatikan Bahasa Emosi**

   * Belajar mengenali dan menyebutkan emosi, misalnya dari *emotional wheel*.
   * Baca fiksi atau puisi—itu melatih rasa.

3. **Jeda sebelum merespons**

   * Beri ruang antara stimulus dan reaksi untuk mempertimbangkan sisi emosional.

4. **Refleksi Harian**

   * Tulis jurnal tentang kejadian yang kamu alami dan apa perasaanmu saat itu.

---

## 🔹 Jika Kamu Dominan Perasaan:

> Kamu peka dan penuh perhatian, tapi bisa baper atau sulit objektif.

### Langkah Menyeimbangkan:

1. **Latih Rasionalitas**

   * Gunakan teknik berpikir kritis: Apa fakta vs opini? Apa penyebab dan akibat?
   * Buat mind map logis saat membuat keputusan penting.

2. **Gunakan “Logika Dingin” Saat Perlu**

   * Pikirkan: *“Kalau ini terjadi ke orang lain, apa solusi objektifnya?”*

3. **Tetapkan Batas Emosional**

   * Belajar berkata *tidak* tanpa merasa bersalah.
   * Evaluasi apakah kamu terlalu memikul beban emosi orang lain.

4. **Ambil Jarak Saat Emosi Tinggi**

   * Jangan langsung bereaksi saat marah atau sedih.
   * Latihan napas dalam atau teknik grounding bisa sangat membantu.

---

## 🔁 Latihan Gabungan untuk Keseimbangan:

| **Latihan** | **Manfaat** |
| ----------------------------------------------------------- | --------------------------------------------------- |
| Menulis jurnal: “Apa yang kupikirkan & kurasakan hari ini?” | Melatih kesadaran logika dan emosi secara bersamaan |
| Mendengarkan podcast/kisah hidup orang lain | Memperluas perspektif logis dan rasa |
| Bermain roleplay atau diskusi dua posisi | Melatih berpikir dua sisi: logis dan emosional |
| Meditasi / muhasabah diri | Menyelaraskan hati dan pikiran secara tenang |

---

## 🌱 Kesimpulan:

> Menyeimbangkan logika dan perasaan itu bukan soal memilih salah satu, tapi **melatih diri untuk tahu kapan harus menggunakan yang mana.**
> Pikirkan seperti dua sayap—akal dan hati—kita butuh keduanya untuk terbang.

Kalau kamu mau, aku bisa bantu buatkan **program latihan mingguan sederhana** berdasarkan kecenderunganmu. Mau?

Read More

Lone Wolf

Dapat istilah istilah Lone Wolf dari repostan akun tiktoknya Harry Vaughan wkwk. Penasaran deh, kenapa dia repost itu? Ternyata itu berkaitan dengan peran yang sedang dilakoninya dalam salah satu judul sinetron. Apa tuh sinetnya? RAHASIA, padahal sih udah aku posting juga.


Kepolah aku, apa itu Lone Wolf? Serigala yang sendirian? Setelah searching di google akhirnya tau kalau Lone Wolf itu merujuk pada salah satu kepribadian manusia. 

Lone Wolf adalah istilah yang mengacu pada seseorang yang cenderung menyukai kesendirian dan kemandirian, seringkali tidak suka bergantung pada orang lain atau kelompok.


Kayak kepribadian yang intorvert gitu. Sebelum bahas lebih lanjut tentang lone wolf, rasa penasaran pertama adalah... mengapa serigala banget? Ternyata ada beberapa fakta menarik. 

Osman I, Sang Gokboru

Setelah ngobrol dengan Mbak Dita tentang serial film Osman yang sedang diikutinya, ternyata Osman I memiliki julukan Gokboru. Julukan ini diberikan oleh orang-orang Mongol. Dalam mitologi yang mereka percayai, gokboru adalah serigala abu-abu bermata biru, berbulu singa, bermata berapi-api. Datang ke bumi satu kali dalam seratus tahun untuk membawa kekuatan, persatuan, hukum kepada kawanannya dan perubahan besar di dunia pada umumnya. 


Seneng banget, pas tahu ternyata ada hal yang menghubungkan antara Asmara Gen Z dengan Serial Osman wkwk. Ya, titik temu kita ada di serigala haha.


Penasaran dong pastinya, kenapa si Osman I ini dijulukinya pakai Serigala, nggak singa? Jawabannya ada pada filosofi kuno yang dipercaya oleh masyarakat Tiongkok.


Jika ingin kuat dan ditakuti, belajarlah kepada singa. Namun jika ingin menjadi pemimpin yang diikuti belajarlah pada serigala


Dalam salah satu VT dari akun tiktok Aming aku jadi mengerti bagaimana serigala itu sebenarnya. Kalau ditulis gini jadinya


Mengapa Orang bijak sering bilang untuk menjalani hidup seperti serigala? 

Karena serigala tidak sibuk membuktikan dirinya. 

Dia tahu kapan harus diam dan kapan harus menyerang. 

Serigala tidak hidup untuk disukai, dia hidup untuk bertahan dan menang. 

Dia tidak butuh banyak suara, karena ketenangan lebih tajam dari teriakan. 

Dia tahu kapan harus berjalan sendiri dan kapan harus bergerak bersama. 

Serigala tidak butuh pengakuan karena, kekuatannya tidak datang dari perhatian, tapi dari ketahanan.

Jadilah seperti serigala, tenang tapi berani, sendiri tapi tetap kuat. 

Bukan yang paling kuat, tapi yang paling konsisten sampai akhir. 


Sepertinya perlu ini membahas tentang per-serigalaan sebelum membahas kepribadian Lone Wolf. Dari beberapa artikel yang sudah dibaca dapat disimpulkan jika serigala itu...

1. Serigala adalah binatang Monogami

Serigala itu sosok yang sangat setia. Sampai dia mati, dia tidak akan pernah selingkuh wkwk. Bagi seekor serigala memiliki pasanagan itu hanya satu dalam seumur hidup. Ini juga dalam rangka menjaga keturunan yang murni dan kuat dari paparan penyakit. Monogami menjadi langkah  untuk mempertahankan spesies dari proses evolusi.

2. Cerdas dan stamnina prima

Dalam berburu mangsa, bisa dibilang Serigala adalah hewan dengan strategi terbaik. Mereka tidak asal menerkam mangsa. Hewan buruan serigala badannya lebih besar, hal ini tentu membutuhkan strategi dan stamina yang prima. Sebelum menerkam mangsa biasanya serigala sudah melakukan beberapa tahapan, yaitu: mengawasi, mengintimidasi, membuat mangsa kelelahan, baru membunuhnya. 

3. Memiliki kemampuan mendengar dan melihat yang tajam

Tahu nggak, sih? Indra pendengaran Serigala 100 kali lebih kuat dibandingkan dengan pendengaran manusia. Sedangkan retina Serigala sangat reflektif sehingga dapat melihat denga jelas meski dalam kegelapan

4. Memiliki Sistem Hierarki Sosial

Serigala memiliki sisten herarki sosial yang sangat kuat. Kumpulannya akan dipimpin oleh pasangan alfa, diikuti oleh anggota beta, dan omega ada pada strata terlemah. 

Serigala Alfa bertanggungjawab memimpin dan menjaga kawanan. Satu-satunya pasangan yang bereproduksi dan memastikan keturunan mereka mendominasi kawanan.

Serigala Beta, bisa dianggap sebagai tangan kanan serigala Alfa. Tugasnya menjadi penasihat Alfa, menjadi komandan saat Alda tidak mampu, dan penjaga kedisiplinan kawanan.

Serigala Omega, memiliki pangkat terendah. Mengikuti semua perintah pimpinan dan menanggung beban kesalahan dalam perburuan.


Meskipun mereka terkenal dengan kesolidan dan sistem hierarki sosial yang kuat, ada sebagian serigala soliter yang akhirnya memutuskan menjadi Lone Wolf. Serigala ini memisahkan diri karena berbagai macam alasan, antara lain: ingin memperluas wilayah, membuat perkumpulan baru, atau dikeluarkan dari kawanan. 


Okay, tibalah saatnya kita membahas tentang ciri-ciri Lone Wolf!

1. Penyendiri 

Seorang Lone wolf adalah penyendiri, tetapi bukan karena malu bersosialisasi atau malas. Hal itu terjadi karena dia tidak butuh validasi orang lain dalam bergerak. Dia tidak butuh cahaya dan pengakuan. Terkadang visi dan misinya bertentangan dengan ke-umuman orang di sekitarnya. Bisa dibilang dia cukup percaya diri karena yakin dengan tujuannya dan tahu jalan mana yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut. 


2. Analisator 

Lone Wolf memilih diam untuk mengamati sampai dengan hal-hal detail. Dia berfikir mendalam, kesunyian yang dia pilih dijadikan ruang untuk berfikir lebih jernih.  Kemampuan ini yang membuat dia bisa menentukan kapan harus bergerak dan kapan harus berhenti. Kapan harus bersama dan menyendiri. 


3. Memiliki Integritas yang Kuat 

Bukan hanya analisator, Lone Wolf juga memiliki kompas moral yang kuat. Fondasi dari integritas yang dimiliki Lone wolf antara lain : memegang prinsip yang diyakininya sebagai kebenaran meski di bawah tekanan dan berani menolak hal-hal yang bertentangan dengan prinsip yang dia punya.

4. Tidak banyak bicara 

Lone wolf tidak banyak bicara soal idealisme, tetapi hidup yang dijalaninya sudah mencerminkan idealisme yang dimiliki. Meskipun jarang tampil dan bicara di depan umum, sekali bicara selalu berdasarkan data, nurani, kebenaran, dan keberanian.


Sumber

https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-anggara/fakta-tentang-serigala-c1c2.


Read More

Banyak Dilihat

Pengikut

Pengunjung

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

inspirasi tania. Diberdayakan oleh Blogger.